KONTROL atau EVALUASI
(Q.S. AN-NISA’ : 71)
I.
PENDAHULUAN
Di dalam memahami kandungan al-qur’an, kita perlu penafsiran yang
benar agar dalam memahami pesan yang disampaikan oleh al-qur’an bisa kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari yang tentunya sesuai dengan tuntunan dari
Allah. Dari banyak peristiwa yang terjadi, dan kehidupan sehari-hari banyak
yang keliru dalam melaksanakannya dan agar manusa tidak terjebak dalam
kesesatan yang dalam. Maka dari itu, disini akan sedikit dipaparkan tentang
kontrol atau evaluasi yang dikaitkan dengan Q.S. An-Nisa’ ayat 71.
II.
PERMASALAHAN
1.
Ayat
Dan Artinya
2.
Pengertian
Ijmal (Global)
3.
Asbabun
Nuzul
4.
Tafsir
Mufrodat
5.
اِيْضَاحْ (Penjelasan)
III.
PEMBAHASAN
1.
Ayat Dan Artinya
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan
majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!
(Q.S. An-Nisa’: 71)
2.
Pengertian Ijmal (Global)
Di dalam ayat sebelumnya, dijelaskan bahwasanya barang siapa yang
mentaati Allah dan rasulnya, maka Allah akan membalas dengan karunia yang
tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya. Mereka diantaranya ialah Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Hubungan
dengan ayat sebelumnya adalah penjelasan lebih lanjut mengenai bagaimana
menjadi kelompok orang yang mendapat karunia Allah dalam hal jihad atau
berperang.
Di dalam surat ini Allah Ta’ala telah banyak menerangkan perkara
keagamaan, seperti ibadah kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu pun; perkara peradaban seperti bergaul dengan kaum kerabat, tetangga,
anak-anak yatim dan orang-orang miskin; serta urusan-urusan pribadi, seperti
hukum-hukum perkawinan, perbesanan dan perwarisan. Di dalam ayat ini Allah
menerangkan beberapa hukum perang dan politik, serta menggariskan bagi kita
jalan yang harus ditempuh dalam melindungi agama dan pemerintahan kita yang
berdasarkan pokok-pokok itu dari musuh.
3.
Asbabun Nuzul
Dalam ayat ini tidak diketemukan asbabun nuzul.
4.
Tafsir Mufrodat
حِذْ رَكُمْ : al-hidzru dan al-hadzar seperti
al-mitslu dan al-matsal; yakni berjaga-jaga dan bersiap-siap
untuk menghadapi kejahatan musuh.
اَلنَّفْرُ : lari dari sesuatu dan lari kepada sesuatu.
Contoh dari yang pertama ialah firman-Nya :
“Dan
sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu
tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran).” (Al-Isra’, 17:41)
5.
اِيْضَاحْ (Penjelasan)
يَاَ يُّهَا الَّذِ يْنَ اَ مَنُوْا خُذُوْا حِذْ رَكُمْ
Berjaga-jaga dan bersiap-siaplah kalian untuk menghadapi kejahatan
musuh, seperti dengan mengetahui keadaanya dan kadar persiapan serta
kekuatannya. Apabila kalian mempunyai musuh yang banyak, maka ketahuilah apa
yang menjadi kesepakatan dan perselisihan mereka, carilah berbagai cara untuk
melawan mereka apabila mereka menyerang dan gunakanlah cara-cara itu. Termasuk
dalam persiapan ini adalah mengetahui keadaan musuh, dan mengetahui peta
daerahnya, persenjataan serta cara-cara menggunakan dan implikasinya seperti
mengetahui masalah arsitektur, kimia, dan pengangkutan beban-beban. Ringkasnya,
hendaknya kalian memparsiapkan segala peralatan perang, seperti pesawat
terbang, bom, tang, kapal perang berlapis baja,
senjata anti-pesawat dan lain sebagainya. Sehingga musuh tidak menyerang
kalian terlebih dahulu atau mengancam kalian dalam negeri, dan tidak
menghalang-halangi kalian di dalam menegakkan agama atau di dalam
menyerukannya.
Nabi saw. dan para sahabatnya sangat mengerti tentang peta daerah
musuhnya, sebagaimana mereka juga mempunyai mata-mata yang disebarkan untuk memberi
kabar. Maka, ketika belau diberitahu bahwa kaum Quraisy melanggar perjanjian
(syarat-syarat perjanjian dalam perdamaian Hudaibiyah) beliau segera mengadakan
persiapan untuk menaklukkan Makkah, dan Abu Sufyan tidak berhasil memperbarui
perjanjiannya kembali. Sebelum itu, ia mengira bahwa kaum Muslimin tidak
mengetahuipelanggarannya terhadap janji
Dalam perang Yamamah, Abu Bakar berkata kepada Khalid bin Walid,
“Perangilah mereka dengan peralatan yang mereka gunakan untuk memerangimu:
pedang balas dengan pedang dan lembing balas dengan lembing”.
Halim meriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwa kesiap-siagaan tidak
bertentangan denga takdir, karena perintah untuk bersiap-siaga termasuk di
dalam takdir. Perintah untuk itu adalah demi melindungi kita dari kejahatan
musuh-musuh, bukan melindungi takdir, lalu kita tidak mengadakan persiapan.
Sebab yang dimaksud dengan takdir ialah berjalannya segala perkara dengan
aturan, dimana sebab berlaku berdasarkan musabab. Kesiap-siagaan termasuk ke dalam
kelompok sebab. Maka mengadakan persiapan berarti mengamalkan tuntutan takdir,
bukan mengamalkan hal yang bertentangan dengannya.
فَا
نْفِرُوْا ثُبَا تٍ اَوِ انْفِرُوْا جَمِيْعًا
Berangkatlah kalian kelompok demi kelompok atau berpencar, jika
jumlah bala tentara besar atau strategi musuh mengharuskan yang demikian. Atau
hendaknya umat secara keseluruhan berangkat ke medan pertempuran, jika kondisi
menuntutnya sesuai dengan kekuatan musuh.
Ringkasnya, hendaknya kalian memilih: apakah berangkat kelompok demi
kelompok, ataukah seluruh kaum Mukminin akan berangkat sesuai dengan kondisi
musuh.
Untuk melaksanakan perintah ini menuntut agar umat selalu berjihad,
seperti setiap individu mempelajari dan beratih tehnik berperang, mencari
persenjataan yang dibutuhkan di dalam peperangan ini, dan mempelajari cara
menggunakannya di dalam setiap masa sesuai dengan keadaannya.
Dari sini dapat diketahui, bahwa negara Islam wajib menegakkan
tugas ini dengan sendirinya, bukan tetap menjadi beban pihak lain. Kemudian
umat berkewajiban membantunya, bahkan mengingatkannya apabila pemerintah
melalaikannya. Keadaan sekarang berbeda, umat-umat Islam tampak lengah dan
lalai dalam masalah itu, sehingga setiap negara yang bertetangga dengannya
tamak terhadapnya, merongrongnya dari setiap sudut dan mencaplok banyak
daerahnya.
Agama sangat menekan masalah ini. Maka terdapat seperti firman
Allah Ta’ala:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apapun yang
kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian”. (Al-Anfal,
8:60)
IV.
KESIMPULAN
Setelah kita memahami penjelasan ayat di atas, maka akan disimpulkan
sebagaimana dikaitkan dengan “Kontrol atau Evaluasi”.
Telah dijelaskan bahwa di dalam perang kita harus berjaga-jaga dan
bersiap-siap menghadapi musuh, ini dapat disimpulkan bahwa kita juga harus
mengkontrol atau mengevaluasi terlebih dahulu sesuatu yang akan kita lakukan. Segala
sesuatu yang akan kita hadapi harus dipersiapkan terlebih dahulu. Agar nantinya
tidak timbul kekecewaan. Kita juga harus memahami hal seperti apa yang akan
kita hadapi. Misalnya, kita akan menghadapi ujian yang mana kita pun telah
berkali-kali melewatinya. Jadi dengan pengalaman yang lama, kita telah memahami
bagaimana bentuk-bentuk ujian itu. Dengan begitu kita berusaha mempersiapkan
segala sesuatunya untuk menghadapi ujian, seperti belajar, menjaga kesehatan,
mempersiapkan alat-alat ujian, dan lain sebagainya. Apabila segala sesuatunya
sudah dipersiapkan dengan baik, maka presentase dari kegagalan itu pun sedikit.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Tentunya jauh dari
kesempurnaan, dan karena itulah saya mohon kritik serta saran yang membangun.
Dan saya mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin..
DAFTAR PUSTAKA
Rasyidi, Anwar, Drs., Tafsir Al-Maraghy, Semarang: Penerbit
Toha Putra, 1986
No comments:
Post a Comment