Tuesday, February 25, 2014

PSIKOLOGI KLINIS




A.    PENDAHULUAN
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya.
B.     PERMASALAHAN
Bagaimana pendekatan psikoanalisis dan pendekatan belajar dalam psikologi klinis?
C.    PEMBAHASAN
1.      Pendekatan Psikoanalisis atau Psikodinamika
Bentuk teori kepribadian dan terapi ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Freud menyebut pendekatan ini psikoanalisis, tetapi istilah psikodinamika lebih banyak digunakan karena dapat mencakup psikoanalisis dan berbagai macam pendekatan yang muncul berdasarkan pemikiran Freud, yang semuanya menekankan pada pentingnya ketidaksadaran. Kata dinamik dimaksudkan sebagai istilah psikologis yang paralel dengan dinamika fisik, yang berhubungan dengan berbagai kekuatan yang mengubah sebuag benda dari inertia (kelembaman ) dan equilibrium (kesetimbangan) yang terus –menerus. Psikoterapis psikodinamika tertarik dengan kekuatan-kekuatan perubahan, terutama emosi, insting, motif, dan konflik.[1]
Pendekatan psikoanalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensif), yang mengganggu penyesuaian diri. Menurut Freud, pribadi seseorang bukan terletak akan apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Atas landasan teori tersebut, pendekatan ini mengutamakan penggalan isi ketidaksadaran seseorang. Aspek-aspek kepribadian yang menjadi perhatian adalah ego-id-superego (Freud), persona-ego-shadow-archetype (Jung), jenis orientasi moving toward-away-againts (Horney), inferiority-compensation (Adler) dan sebagainya.[2]
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit.[3]
Ø  Adapun tokoh- tokoh pendekatan psikodinamika adalah
1.      Sigmund Freud
Teori Psikoanalisis dikembangkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
Struktur Kepribadian Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.[4]
Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.
2.      Alfred Adler
Tokoh yang mengembangkan teori psikologi individual adalah Alfred Adler (1870-1937), yang pada mulanya bekerja sama dengan dalam mengembangkan psikoanalisis. Karena ada perbedaan pendapat yang tidak bisa diselesaikan akhirnya Adler keluar dari organisasi psikoanalisis dan bersama pengikutnya dia mengembangkan aliran psikologi yang dia sebut Psikologi Individual (Idividual Psychology).
a.       Konsep-konsep psychology individual
·         Menurut Adler manusia itu dilahirkan dalam keadaan tubuh yang lemah. Kondisi ketidak berdayaan ini menimbulkan perasaan inferior (merasa lemah atau tidak mampu) dan ketergantungab kepada orang lain.
·         Manusia, menurut Adler, merupakan makhluk yang saling tergantung secara sosial. Perasaan bersatu dengan orang lain ada sejak manusia dilahirkan dan menjadi syarat utama kesehatan jiwanya.
b.      Dua dorongan pokok
Dalam diri setiap individu terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatar belakangi segala perilakunya, yaitu :
·         Dorongan kemasyarakatan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan orang lain;
·         Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak untuk kepentingan diri sendiri.
c.       Perjuangan menjadi sukses atau ke arah superior
·         Individu memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menimbulkan perasaan inferior. Perasaan inilah yang kemudian menjadi pendorong agar dirinya sukses dan tidak menyerah pada inferioritasnya.
d.      Gaya hidup (style of life)
·         Menurut Adler setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang menjadi superior. Namun setiap orang berusaha mewujudkan keinginan tersebut dengan gaya hidup yang berbeda-beda. Adaler menyatakan bahwa gaya hidup adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan oleh yang bersangkutan dalam kehidupan tertentu di mana dia berada.[5]
e.       Minat sosial (social interest)
·         Adler berpendapat bahwa minat sosial adalah bagian dari hakikat manusia dalam dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkah laku setiap orang. Minat sosial membuat individu mampu berjuang mengejar superioritas dengan cara yang sehat dan tidak tersesat ke salah suai. Bahwa semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pem,abuk, anak bermasalah, dst., menurut Adler, terjadi karena penderita kurang memiliki minat sosial.

3.      Carl Gustav Jung
Dikenal mengmbangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud, Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidak sadaran. Meskipun keduanya menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku menusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini) tapi mereka berbeda posisi tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsure seksual adalah factor utama dan dominant dalam ketidaksadaran, sementara Jung sangat tidak setuju dengan pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya social dan tergantung ras.
Ø  Prinsip dan Karakteristik Inti Terapi Psikodinamika

a)      Konflik intrapsikis dan tak sadar sangat penting bagi perkembangan manusia.
b)      Pertahanan berkembang dalam struktur internal untuk menghindari konsekuensi konflik ynag tidak menyenangkan; terapis mengeksplorasi berbagai upaya untuk menghindari topic-topik atau aktivitas-aktivitas yang menghalangi kemajuan terapi.
c)      Psikopatologi berkembang terutama dari pengalaman masa kanak-kanak awal.
d)     Representasi internal dari pengalaman diorganisasikan di seputar hubungan interpersonal dengan orang lain.
e)      Diharapkan bahwa isu-isu dan dinamika-dinamika kehidupan yang signifikan akan muncul kembali dalam hubungan ynag dibentuk pasien denagn terapis, yang menghasilkan transferansi (perasaan terhadap terapis) kontratransferensi (persaan terapis terhadap pasien), yang masing-masing dapat bersifat positif atau negative.
f)       Asosiasi bebas adalah metode utama untuk mengungkap konflik-konflik dan maslah-masalah internal, terutama melalui eksplorasi keinginan, mimpi, dan fantasi.
g)       Interpretasinya difokuskan pada transferensi, mekanisme pertahanan, dan gejala-gejala saat ini, serta penyelesaian masalh-masalah ini.
h)      Insight merupakan aspek sentral atau paling tidak sangat diharapkan untuk keberhasilan terapi, bukan hanya katarsis atau pengekspresian perasaan.

Ø  Kekurangan dan Kelebihan Pendekatan Psikodinamika

Pada teknik psikodinamika, meskipun sebagian psikoanalis terus mempraktikan psikoanalis tradisional dengan cara yang sama dengan Freud, Kelemahan psikoanalisis tradisonal yakni:
a)      Bentuk yang lebih singkat dan kurang intensif
b)      Klien dan treapis umunya duduk berhadapan
c)      Terapis tidak memberikan interpretasi secara berkala, melainkan terlibat dalam pertukaran verbal yang lebih sering dengan klien.
Kelebihan psikodinamika (psikoanalitik/terapi psikodinamika)baru:
a)      Bentuk penanganan yang lebih singkat dan murah atau lebih intensif
b)      Bertujuan mengungkapkan motif-motif bawah sadar dan menghancurkan resistansi dan pertahanan psikologis
c)      Fokusnya lebih pada hubungan klien
d)     Terapinya membutuhkan dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung dari pertahanan klien dan transference disbanding bentuk tradisional. [6]
2.      Pendekatan Belajar
Orientasi belajar dalam pendekatan dan penyembuhan gangguan jiwa didasarkan atas teori-teori belajar, antara lain prinsip-prinsip kondisioning klasik, kondisioning operan dan belajar sosial. Salah satu asumsi model belajar untuk memahami gangguan jiwa adalah bahwa gangguan jiwa merupakan respons yang tidak cocok (inapropriate) yang terbentuk melalui proses belajar dan dapat bertahan karena adanya penguat yang mempertahankannya. Neurosis adalah ‘an inapropriate response affecting your life’.
Dalam interviu, tidak perlu digali peristiwa-peristiwa di masa lampau dan konflik-konflik yang tidak disadari seperti halnya dalam pendekatan psikoanalisis. Pendekatan belajar tidak melihat adanya peran semua itu. Yang penting untuk memahami dan menyembuhkan suatu simtom adalah keadaan masa kini yang langsung mencetuskan simtom tersebut. Suatu simtom hanya diperhatikan kuantitasnya apakah berlebihan (excess) atau kekurangan (deficit).[7]
Ø  Gangguan model belajar
Model belajar menganggap bahwa gangguan perilaku terjadi karena pengalaman salah belajar (faulty learning) . Yang dimaksud salah belajar adalah:
1)      Mempelajari dengan benar contoh perilaku yang tidak baik
2)      Mempelajari dengan salah contoh perilaku yang baik
Dalam model belajar ini, yang terutama dipelajari adalah perilaku sosial (Ullman dan Krasner, 1975). Faktor faali sebagai faktor penyebab perilaku salah dilihat sebagai faktor kedua dari kebanyakan kasus.
Dibandingkan dengan model-model lain, model belajar memusatkan diri pada perilakunya itu sendiri daripada terhadap proses konflik internal atau faktor-faktor faali yang mempengaruhi perilaku. Melalui perilaku aktual yang pasti, model belajar memungkinkan menggunakan prinsip metode ilmiah dengan asumsi yang lebih sedikit daripada model lain. Model belajar pun dapat menjadikan prinsip terbentuknya perilaku maladaptif dalam usaha mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif.[8]
Banyak hal-hal atau hambatan yang menyebabkan kesulitan belajar, tapi pada pokoknya dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu:
1.      Faktor Indogin ialah faktor yang datang dari diri sendiri. Faktor ini meliputi:
-          Faktor Biologis (faktor yang bersifat jasmaniah), misalnya kesehatan dan cacat badan.
-          Faktor psikologis (faktor yang bersifat rohaniah), misalnya intelligensi, perhatian minat, bakat dan emosi.
2.      Faktor Exogin ialah faktor yang datang dari luar diri seseorang. Faktor ini meliputi:
-          Faktor lingkungan keluarga; misalnya faktor orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi
-          Faktor lingkungan sekolah
-          Faktor lingkungan masyarakat[9]

Ø  Prinsip-prinsip pendekatan belajar diantaranya adalah:
a.       Belajar harus bertujuan dan terarah.
b.      Belajar memerlukan bimbingan.
c.       Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
d.      Belajar memerlukan latihan agar apa yang dipelajari dapat dikuasainya.
e.       Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
f.       Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan dalam praktek sehari-hari.[10]

Ø  Perbedaan Terapi Psikoanalisa dengan Terapi Belajar
Terapi dengan menggunakan pendekatan belajar dinamakan behavior therapy. Terapi pada psikoanalisis dinamakan insight therapy. Perbedaan antara behavior therapy dan insight therapy adalah: Insight therapy (dinamakan juga psikoterapi tradisional) yang dipelopori oleh Freud pada dasarnya masih mempertahankan model penyakit yang diterapkan pada kesehatan mental. Pusat perhatian terapis adalah ke masa lalu yang dianggap sebagai sumber permulaan terjadinya gangguan. Konflik-konflik di masa lalu yang tidak disadari itu harus disadarkan agar tidak terjadi penyembuhan. Behavior therapy memusatkan perhatian pada tingkah laku yang mudah diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di dalam diri individu melainkan mencari determinan determinan luar dari suatu tingkah laku patologis.[11]
Ø  Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
Kekurangan :
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Kelebihan :
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh : Percaapan bahasa Asing, menari, mengetik, olah raga, dll. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian. Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.[12]

D.    KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya pendekatan psikoanalisis dengan pendekatan belajar sangat bertolak belakang. Hal ini dapat diketahui dari segi interviu hingga tahap terapinya. Psikoanalisis bertujuan untuk mengungkap hal-hal yang tersembunyi atau tak sadar, yaitu pengalaman masa lalu yang traumatik. Sedangkan behavioristik bertujuan memahami dan menyembuhkan suatu gejala yang ada dalam masa kini tanpa melihat sesuatu di belakang.
Sebagai konselor rohani, untuk mendapatkan hasil yang terbaik yaitu dengan cara menggabungkan atau menggunakan kedua teori ini. Karena masing-masing terapi mempunyai kekurangan dan kelebihan.
E.     Penutup
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya dalam kehidupan ini. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1999,Psikologi Sosial,  Jakarta: Rineka Cipta
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, Hal. 3-4
Slamet Dan Sumarmo Markam, Suprapti, 2003, Pengantar Psikologi Klinis, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Wiramihardja, Sutardjo, 2007, Pengantar  Psikologi Klinis, Bandung: Refika Aditama


[2] Suprapti Slamet Dan Sumarmo Markam, 2003, Pengantar Psikologi Klinis, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, Hal 64
[3] Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, Hal. 3-4

[4] Ibid, hal 17
[5] Ibid, hal 97
[7]Op. Cit. Suprapti Slamet, hal 68-69
[8] Sutardjo Wiramihardja, 2007, Pengantar  Psikologi Klinis, Bandung: Refika Aditama, Hal 53-54
[9] Abu Ahmadi, 1999,Psikologi Sosial,  Jakarta: Rineka Cipta, Hal 283
[10] Ibid, Hal 282
[11] Op. Cit. Suprapti Slamet, hal 70

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...