Tuesday, February 25, 2014

PSIKOSOMATIS



PSIKOSOMATIS
       I.            PENDAHULUAN
Penyakit Psikosomatis (yang sekarang lebih dikenal sebagai penyakit Psikofisiologis), merupakan penyakit fisik yang gejalanya disebabkan oleh proses mental dari penderitanya. Jika dalam sebuah pemeriksaan medis, tidak ditemukan penyebab fisik atas gejala-gejala yang muncul, atau jika penyakit ini muncul sebagai akibat dari kondisi emosional, seperti kemarahan, depresi, rasa bersalah, maka penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai penyakit psikosomatis.
Psikosomatis disebabkan oleh berbagai masalah dalam pikiran seseorang yang memicu reaksi emosionalnya. Ketika, misalnya, seseorang merasa tertekan, stress, dan kacau, maka tubuh akan bereaksi terhadap pikirannya ini. Rata-rata reaksi tubuh terhadap pikiran yang tertekan dan/atau stress adalah dengan meningkatnya asam lambung (sehingga memicu sakit ”maag”), munculnya gejala ketombe di kepala, adanya gatal-gatal disekitar kulit di sekujur tubuh, atau rasa mual-mual yang berkala, semua itu biasanya disebabkan karena sebuah beban di dalam pikiran.
Beban pikiran ini seringkali menjadi sebuah ”bibit” untuk penyakit psikosomatis, karena bila tidak segera ditanggapi (baik diselesaikan, diiklaskan, dll), maka beban pikiran tersebut akan semakin kuat berada di pikiran bawah sadar, yang perlahan-lahan mulai menunjukkan gejala-gejala sakit secara fisik.
    II.            PERMASALAHAN
a.       Apakah yang dimaksud dengan psikosomatis?
b.      Apa saja penyebab dari psikosomatis?
c.       Bagaimana terapi untuk menyembuhkan psikosomatis?
 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Psikosomatis
Sesungguhnya Ilmu Psikosomatis adalah suatu konsepsi yang terbaru dalam Ilmu Kedokteran di dunia Barat, baru ditemukan 30 tahun lebih dan di Indonesia didirikan mulai tahun 1957. Istilah psikosomatis terdiri dari dua kata, yaitu psiko yang berarti jiwa dan soma yang berarti badan.
Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.
Jadi psikosomatik artinya penyakit-penyakit badan yang timbul dari keluhan jiwa. Misalnya: orang yang merasa takut terkadang-kadang menimbulkan penyakit buang air besar.[1]
B.     Faktor Dan Penyebab Psikosomatis
Di bagian psikosomatik ini lebih dulu dilakukan pemeriksaan yang teliti tentang phycic penderita, bahkan dikirim juga ke bagian rontgen. Ternyata hasil pemeriksaan dari rontgen itu negatif atau tidak apa-apa. Maka sesudah itu penderita  dilakukan pemeriksaan sejarah hidupnya dari kecil sampai dewasa. Ternyata bahwa sejarah hidupnya dari masa kecil penuh dengan keluhan jiwa, susah gelisah, sedih, jengkel dan lain-lain. Dan itulah selaku faktor predisposisi. Maka waktu dewasanya menderita penyakit kepala pusing, nafas sesak, jantung berdebar, perut terasa mual, dan itulah yang disebut faktor presipitisi.[2]
David Cheek M.D., dan Leslie LeCron dalam bukunya 'Clinical Hypnotherapy(1968)' , terdapat 7 hal yang bisa mengakibatkan penyakit psikosomatis :
1.      Internal Conflict : konflik diri yang melibatkan minimal 2 parts.
2.      Organ Language : bahasa yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan perasaanya.
3.      Motivation/Secondary Gain : Keuntungan yang dapat diterima dari seseorang dengan penyakit fisiknya, misalnya perhatian dari orang tua, suami, istri, atau lingkungannya, atau menghindari tanggung jawab tertentu.
4.      Past Experience : Pengalaman masa lalu yang bersifat traumatik yang mengakibatkan emosi yang intens dalam diri seseorang.
5.      Identification : Penyakit muncul karena mengidentifikasi seseorang yang dianggap memiliki otoritas atau figur. Klien akan mengalami sakit seperti yang dialami figur otoritas itu.
6.      Self Punishment : pikiran bawah sadar membuat klien sakit karena klien punya perasaan bersalah akibat dari melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang klien pegang.
7.      Imprint : Program pikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar klien saat mengalami emosi yang intens. Contohnya orang tua yang mengatakan,"Jangan sampai kehujanan, nanti kamu bisa flu."
C.    Terapi yang Digunakan Untuk Mengatasi Psikosomatis
Tebetts mengatakan ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit psikosomatis dan mengatasi simtomnya dengan teknik uncovering :
1.      Memori yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan dibawa ke pikiran sadar untuk diketahui.
2.      Perasaan atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali dialami dan dirasakan oleh klien.
3.      Menemukan hubungan antara simtom dan memori.
4.      Harus terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran bawah sadar, sehingga membuat seseorang membuat keputusan di masa depan, yang mana keputusannya tidak dipengaruhi lagi oleh materi yang tertekan (repressed content) di pikiran bawah sadar klien.[3]

 IV.            PENUTUP
Pada saat alasan terciptanya penyakit psikosomatis ini dihilangkan, maka pikiran bawah sadar tidak mempunyai alasan lagi untuk memunculkan penyakit ini di masa mendatang.
Penyakit psikosomatis memang sederhana, tetapi butuh suatu tindakan yang tidak mudah untuk menyelesaikan penyakit psikosomatis, terutama untuk menggali penyebab sebenarnya, karena itu adalah salah satu kunci utama dalam menyelesaikan masalah ini. Setelah penyebabnya dapat dikenali, maka tindakan berikutnya sedikit lebih sederhana, yaitu membangun basis kenyamanan dalam diri penderita psikosomatis ini terhadap kondisi dan masalah yang menjadi penyebabnya tersebut. Dengan kata lain, mengiklaskan apa yang sudah terjadi, dan berusaha untuk mencari solusi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
K.H. SS. Djam’an, Islam dan Psikosomatis, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975
http://hipnotiscenter.com/index.php/pdf/AplikasiManfaat-Hipnotis/apa-itu-psikosomatis.pdf


[1] K.H. SS. Djam’an, Islam dan Psikosomatis, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975, Hal. 7
[2] Ibid, K.H. SS. Djam’an, Hal. 9

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...