PSIKOSOMATIS
I.
PENDAHULUAN
Penyakit Psikosomatis (yang sekarang lebih dikenal sebagai penyakit
Psikofisiologis), merupakan penyakit fisik yang gejalanya disebabkan oleh
proses mental dari penderitanya. Jika dalam sebuah pemeriksaan medis, tidak
ditemukan penyebab fisik atas gejala-gejala yang muncul, atau jika penyakit ini
muncul sebagai akibat dari kondisi emosional, seperti kemarahan, depresi, rasa
bersalah, maka penyakit ini dapat diklasifikasikan sebagai penyakit
psikosomatis.
Psikosomatis disebabkan oleh berbagai masalah dalam pikiran
seseorang yang memicu reaksi emosionalnya. Ketika, misalnya, seseorang merasa
tertekan, stress, dan kacau, maka tubuh akan bereaksi terhadap pikirannya ini.
Rata-rata reaksi tubuh terhadap pikiran yang tertekan dan/atau stress adalah
dengan meningkatnya asam lambung (sehingga memicu sakit ”maag”), munculnya
gejala ketombe di kepala, adanya gatal-gatal disekitar kulit di sekujur tubuh,
atau rasa mual-mual yang berkala, semua itu biasanya disebabkan karena sebuah
beban di dalam pikiran.
Beban pikiran ini seringkali menjadi sebuah ”bibit” untuk penyakit
psikosomatis, karena bila tidak segera ditanggapi (baik diselesaikan,
diiklaskan, dll), maka beban pikiran tersebut akan semakin kuat berada di
pikiran bawah sadar, yang perlahan-lahan mulai menunjukkan gejala-gejala sakit
secara fisik.
II.
PERMASALAHAN
a.
Apakah
yang dimaksud dengan psikosomatis?
b.
Apa
saja penyebab dari psikosomatis?
c.
Bagaimana
terapi untuk menyembuhkan psikosomatis?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikosomatis
Sesungguhnya Ilmu Psikosomatis adalah suatu konsepsi yang terbaru
dalam Ilmu Kedokteran di dunia Barat, baru ditemukan 30 tahun lebih dan di
Indonesia didirikan mulai tahun 1957. Istilah psikosomatis terdiri dari
dua kata, yaitu psiko yang berarti jiwa dan soma yang berarti
badan.
Gangguan
psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan
fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang
disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu
antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa,
kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi
pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.
Jadi psikosomatik artinya penyakit-penyakit badan yang
timbul dari keluhan jiwa. Misalnya: orang yang merasa takut terkadang-kadang
menimbulkan penyakit buang air besar.[1]
B.
Faktor Dan Penyebab Psikosomatis
Di bagian psikosomatik ini lebih dulu dilakukan pemeriksaan yang
teliti tentang phycic penderita, bahkan dikirim juga ke bagian rontgen.
Ternyata hasil pemeriksaan dari rontgen itu negatif atau tidak apa-apa.
Maka sesudah itu penderita dilakukan
pemeriksaan sejarah hidupnya dari kecil sampai dewasa. Ternyata bahwa sejarah
hidupnya dari masa kecil penuh dengan keluhan jiwa, susah gelisah, sedih,
jengkel dan lain-lain. Dan itulah selaku faktor predisposisi.
Maka waktu dewasanya menderita penyakit kepala pusing, nafas sesak, jantung
berdebar, perut terasa mual, dan itulah yang disebut faktor presipitisi.[2]
David Cheek M.D., dan Leslie LeCron dalam bukunya 'Clinical Hypnotherapy(1968)' , terdapat 7 hal yang bisa mengakibatkan
penyakit psikosomatis :
1.
Internal
Conflict :
konflik diri yang melibatkan minimal 2 parts.
2.
Organ
Language :
bahasa yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan perasaanya.
3.
Motivation/Secondary
Gain : Keuntungan yang dapat diterima
dari seseorang dengan penyakit fisiknya, misalnya perhatian dari orang tua,
suami, istri, atau lingkungannya, atau menghindari tanggung jawab tertentu.
4.
Past
Experience :
Pengalaman masa lalu yang bersifat traumatik yang mengakibatkan emosi yang
intens dalam diri seseorang.
5.
Identification
: Penyakit muncul karena
mengidentifikasi seseorang yang dianggap memiliki otoritas atau figur. Klien
akan mengalami sakit seperti yang dialami figur otoritas itu.
6.
Self
Punishment : pikiran
bawah sadar membuat klien sakit karena klien punya perasaan bersalah akibat
dari melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang klien pegang.
7.
Imprint
: Program pikiran yang masuk ke
pikiran bawah sadar klien saat mengalami emosi yang intens. Contohnya orang tua
yang mengatakan,"Jangan sampai kehujanan, nanti kamu bisa flu."
C.
Terapi yang Digunakan Untuk
Mengatasi Psikosomatis
Tebetts mengatakan ada 4 langkah
yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit psikosomatis dan mengatasi simtomnya
dengan teknik uncovering :
1.
Memori
yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan dibawa ke pikiran sadar
untuk diketahui.
2.
Perasaan
atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali dialami dan dirasakan
oleh klien.
3.
Menemukan
hubungan antara simtom dan memori.
4.
Harus
terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran bawah sadar, sehingga
membuat seseorang membuat keputusan di masa depan, yang mana keputusannya tidak
dipengaruhi lagi oleh materi yang tertekan (repressed content) di pikiran bawah
sadar klien.[3]
IV.
PENUTUP
Pada saat alasan terciptanya penyakit
psikosomatis ini dihilangkan, maka pikiran bawah sadar tidak mempunyai alasan
lagi untuk memunculkan penyakit ini di masa mendatang.
Penyakit
psikosomatis memang sederhana, tetapi butuh suatu tindakan yang tidak mudah
untuk menyelesaikan penyakit psikosomatis, terutama untuk menggali penyebab
sebenarnya, karena itu adalah salah satu kunci utama dalam menyelesaikan
masalah ini. Setelah penyebabnya dapat dikenali, maka tindakan berikutnya
sedikit lebih sederhana, yaitu membangun basis kenyamanan dalam diri penderita
psikosomatis ini terhadap kondisi dan masalah yang menjadi penyebabnya
tersebut. Dengan kata lain, mengiklaskan apa yang sudah terjadi, dan berusaha
untuk mencari solusi ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
K.H. SS.
Djam’an, Islam dan Psikosomatis, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1975
http://hipnotiscenter.com/index.php/pdf/AplikasiManfaat-Hipnotis/apa-itu-psikosomatis.pdf
No comments:
Post a Comment