Tuesday, February 25, 2014

PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORISTIK



PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
       I.            PENDAHULUAN
Perilaku dapat dibedakan menjadi nyata (overt) dan tersembunyi (covert). Perilaku nyata pada dasarnya merupakan jelmaan dari perilaku tersembunyi. Pembagian ini penting artinya karena ada yang penelitiannya hanya dan terhenti pada perilaku nyata yaitu behaviorisme dengan stimulus responnya, seperti menyetel tv dengan dengan menekan knop (stimulus) dan gambar muncul di layar (respons) tanpa ingin tahu apa yang terjadi antara keduanya atau bagaimana terjadi.[1]
Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya sendiri berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil tingkah laku behavioral membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Dengan perkataan lain membantu klien agar tingkah lakunya menjadi adaptif dan menghilangkan yang maladaptif.
Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi seksual. Pendekatan ini juga berguna untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan kecemasan (anxiety), stress, asertivitas, berfungsi sebagai orang tua atau interaksi sosial.[2]
    II.            PEMBAHASAN

1.      Pengertian Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati.[3]
Dalam pembahasannya, Burrhus Frederic Skinner (1904-1990), menyebutkan bahwa para behvioist radikal menekankan manusia sebagai dikendalikan oleh kondisi-kondisi lingkungan. Pendirian deterministik mereka yang kuat berkaitan erat dengan komitmen terhadap pencarian pola-pola tingkah laku yang dapat diamati. [4]
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. [5]
Terapi behavioral berbeda dengan sebagian besar pendekatan terapi lainnya, ditandai dengan: (a) pemusatan perhatian pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian-penguraian tujuan treatment, (c) perumusan prosedur treatment yang spesifik dan sesuai dengan masalah, (d) penaksiran objektif atas hasil terapi.
2.      Karakteristik Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah penyesuaian terbentuk melalui proses interaksi dengan lingkungannya. Behaviorist memandang perilaku yang bermasalah adalah sebagai berikut:
a.       Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b.      Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
c.       Manusia yang bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
d.      Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar da juga tingkah laku tersebut juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

3.      Tujuan Pendekatan Behavioristik
Tujuan umum terapi behaviorist ini menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik “learned”, maka ia bisa “unlearned” (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang didalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari.
4.      Prosedur Konseling Behavioristik
Tokoh aliran psikologi behavior John D. Krumboltz dan Carl Thoresen menempatkan dalam empat kategori, diantaranya:
a.       Belajar operan (operant learning), adalah belajar didasarkan atas perlunya pemberian ganjaran (reinforcement) untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
b.      Belajar mencontoh (imitative learning), yaitu cara dalam memberikan respons baru melalui menunjukkan atau mengerjakan model-model perilaku yang diinginkan sehingga dapat dilakukan oleh klien.
c.       Belajar kognitif (cognitive learning), yaitu belajar memelihara respons yang diharapkan dan boleh mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi sederhana.
d.      Belajar emosi (emotional learning), yaitu cara yang digunakan untuk mengganti respons-respons emosional klien yang tidak dapat diterima menjadi respons emosional yang dapat diterima sesuai dengan konteks (clasical conditioning).[6]

5.      Deskripsi Langkah-Langkah Konseling

a.       Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkap kesuksesan atau kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya,  pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian dan area masalahnya). Konselor mendodrong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.assesment diperlukan untuk mengidentifiasi metode atau tehnik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
b.      Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling.
c.       Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan tehnik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
d.      Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan koonseling.
e.       Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

6.      Teknik-Teknik Spesifik Konseling Behavioral
Teknik-teknik utamanya yang pertama adalah desentisisasi sistematik. Desentisisasi sistematik ini digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respons yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskannya itu.
Yang kedua adalah terapi implosif. Terapi implosif ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Terapi ini berasumsi bahwa tingkah laku neurotik melibatkan penghindaran terkondisi atas stimulus-stimulus penghasil kecemasan.
Yang ketiga adalah latihan asertif. Terapi latihan asertif pada dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang (a) tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, (b) menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, (c) memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”, (d) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya, dan (e) merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikirannya sendiri.
Yang keempat terapi aversi. Terapi ini menggunakan prosedur-prosedur aversif untuk mengendalikan anggotanya dan untuk membentuk tingkah laku individu agar sesui dengan yang telah digariskan. 
Dan yang kelima adalah pengondisian operan. Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.
 III.            Kesimpulan
Salah sumbangan penting dari terapi behavioristik adalah cara yang sistematik, metode-metode dan tehnik-tehnik terapeutiknya telah menjadi subjek bagi pengujian eksperimental. Para terapis ini melandaskan pendekatan mereka pada 3 variabel: pengenalan yang cermat atas tingkah laku yang maladaptif, prosedur-prosedur treatment, dan pengubahan tingkah laku.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
 IV.            Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semuga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemkalah sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umunya dalam kehidupan ini. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
ü  Brennan, James F., Sejarah dan Sistem Psikologi, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006
ü  Burhanuddin, PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI, Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
ü  Corey, Gerald, Teori Dan Praktek KONSELING DAN PSIKOTERAPI, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007
ü  Latipun, Psikologi Konseling, Malang: Umm Press, 2006
ü  Pihasniwati, PSIKOLOGI KONSELING Upaya Pendekatan Integrasi-Interkoneksi, Yogyakarta: Sukses Offset, 2008


[1] Burhanuddin, PARADIGMA PSIKOLOGI ISLAMI, Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, Hal.288
[2] Pihasniwati, PSIKOLOGI KONSELING Upaya Pendekatan Integrasi-Interkoneksi, Yogyakarta: Sukses Offset, 2008, Hal.100
[3] Gerald Corey, Teori Dan Praktek KONSELING DAN PSIKOTERAPI, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, Hal. 195
[4] Op.Cit, Pihasniwati, Hal. 101
[5] James F. Brennan, Sejarah dan Sistem Psikologi, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2006, Hal 38
[6] Latipun, Psikologi Konseling, Malang: Umm Press, 2006, Hal 71

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...