Monday, February 24, 2014

INTERAKSI DAN KOMUNIKASI DALAM DAKWAH



INTERAKSI DAN KOMUNIKASI DALAM DAKWAH

       I.            PENDAHULUAN
Pada dasarnya, psikologi memandang segenap pengalaman umat manusia sebagai interaksi antara lingkungan sekitar dengan dirinya sendiri. Atau dalam bahasa yang paling sederhana, serangkaian peristiwa terjadi di seputar kita dan kita pada gilirannya menafsirkan peristiwa-peristiwa tersebut serta memberikan kesan dan tanggapan yang dirasa paling tepat terhadapnya.[1]
Banyak pakar melihat bahwa komunikasi adalah suatu kebtuhan yang fundamental bagi seseorang dalam hidup yang bermasyarakat. Profesor Wilbur Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982).[2]
    II.            PERMASALAHAN
a.       Pengertian Interaksi Dan Komunikasi
b.      Faktor Dasar Interaksi Dan Komunikasi
c.       Contoh Permasalahan Dalam Interaksi Dan Komunikasi Dakwah
d.      Pemecahan Masalah Dengan Teori Dakwah

 III.            PEMBAHASAN
A.       Pengertian Interaksi dan Komunikasi
1.      Pengertian interaksi
Interaksi adalah suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu, antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.
Dalam kamus Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi , berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian  interaksi adalah hubungan timbal balik (social) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok.
Gillin mengartikan bahwa interaksi sebagai hubungan-hubungan social dimana yang menyangkut hubungan antar individu , individu dan kelompok  antau antar kelompok. Menurut Charles P. Loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
·      jumlah pelakunya dua orang atau lebih
·      adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbul atau lambing-lambang
·      adanya suatu demensi waktu yang meliputi , masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang .
·      adanya tujuan yang hendak dicapai.[3]

2.      Pengertian komunikasi
Perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang didalam bahasa latin mempunyai arti berpartisipasi, atau berasal dari kata commoness yang berarti sama = common. Secara sangat sederhana sekali , dapat kita katakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.[4]
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D Laswell bahwa: “komunikasi adalah menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.[5]
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book, 1980)
Everett M. Rogers membuat definisi bahwa: “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka”.
Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi yang telah diuat oleh banyak pakar. Namun sedikit banyaknya kita mendapat gambaran seperti apa yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.[6]

B.       Faktor Dasar Interaksi Dan Komunikasi
1.      Faktor Dasar Interaksi
Ada beberapa factor yang mendorong  terjadinya interaksi social ;
·      Imitasi adalah proses social atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan atau gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain.
·      Sugesti . Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika sipenerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat berfikir rasional.
Biasanya sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
·      orang yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya orang tua ulama dsb.
·      Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
·      Kelompok mayoritas terhadap minoritas.
·      Reklame atau iklan media masa.
·      Identifikasi yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
·      Simpati yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam keadaan orang lain.
·      Empati yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang.[7]

2.      Faktor Personal Yang Mempengaruhi Interaksi
a.       Kesamaan karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengn rangkaian tes kepribadian. Diketemukan mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. Penelitian tentang pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan dengan berbagai kerangka teori.[8]
b.      Tekanan emosional
Bila orang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, maka ia akan menghadirkan orang lain. Schachter menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety-producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
c.       Harga diri yang rendah
Menurut kesimpulan Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss,1974).
d.      Isolasi sosial
Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial lebih besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi (narapidana, petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil) kehadiran manusia merupakan kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi sosial, kecenderungan menyukai orang lain bertambah.[9]
3.      Faktor Dasar Komunikasi
Faktor-faktor yang mem pengaruhi individu dalam komunikasi antar pribadi:
1.      Meaning (makna).
Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb.
2.      Learning.
• Interpretasi makna terhadap simbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman.
• Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
• Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya.
• Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal.
• Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.
3.      Subjectivity.
• Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama.
• Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.
4.      Negotiation.
Komunikasi merupakan pertukaran symbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian.
• Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna.
• Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
5.      Culture.
• Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain.
• Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat
• Melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat.
• Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi.
• Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah.
• Budaya menciptakan cara pandang (point of view)
6.      Interacting levels and context.
Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
7.      Self reference.
Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.
8.      Self reflexivity.
Kesadaran diri (self-cosciousnes)merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.
9.      Inevitability.
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.
Berbagai aspek yang dibahas di atas menegaskan bahwa suatu proses komunikasi secara fisik terlihat sederhana, padahal jika kita mellihat pola komunikasi yang terjadi itu menjelaskan kepada kita sesuatu yang sangat kompleks. Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa komunikasi antarpribadi bukanlah sesuatu yang sederhana.[10]

4.      Komunikasi Dalam Dakwah
Dakwah Islam bagi umatnya adalah sebuah kebutuhan. Dakwah Ilallah merupakan kewajiban yang disyariatkan dan menjadi (tanggungjawab) yang harus di pikul kaum muslimin seluruhnya. Artinya setiap muslim dituntut untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya dan peluang yang dimilikinya. Tak seorangpun bebas tugas dari kewajiban ini. Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
” Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”
(Q.S. Ali ‘Imron : 104)

Dengan kewajiban itu, kemudian Allah Subhanahu Wata'ala memberikan seperangkat potensi yang nantinya bisa di gunakan untuk menyebarkan dakwah. Potensi yang dimaksud adalah kemampuan manusia untuk berbicara.[11]
5.      Prinsip Dalam Komunikasi
Kata qawlan sadidan disebut dua kali dalam Alqur’an. Pertama , Allah Subhanahu Wata'ala menyuruh manusia menyampaikan qawlan sadidan dalam urusan Anak yatim dan keturunan.” Dan hendaklah orang-orang  takut kalau-kalau  dibelakang hari , mereka  meninggalkan  keturunan yang lemah yang mereka  khawatirkan ( kesejahteraannya ). Hendaklah  mereka  bertakwa
Arti perkataan  benar adalah sesuai dengan  kriteria kebenaran untuk orang Islam. Ucapan yang benar adalah  yang sesuai dengan Al-Quran,Assunnah,dan Ilmu. Al-Quran menyindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk kepada Al-Kitab,petunjuk dan ilmu:
“Diantara manusia yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu petunjuk dan kitab yang menerangi “(Qs;31:20)
Al-Quran menyatakan bahwa berbicara yang benar,menyampaikan pesan yang benar,adala prasyarat untuk kebenaran (kebaikan,kemaslahatan)amal. Bila kita ingin menyukseskan karya kita,bila kita ingiln memperbaiki masyarakat kita, maka kita harus menyebarkan pesan yang benar dengan perkataan yang lain. Hal ini berarti masyarakat menjadi rusak jika isi pesan komunikasi tidak benar
Berkatalah kepada mereka dengan qaulan Balighan ( QS 4:63 ). Kata Baligh dalam bahasa Arab artinya sampai mengenai sasaran , atau  mencapai tujuan. Bila dikaitkan  dengan Qawl ( ucapan atau komunikasi) kata Baligh” Berarti fasih, jelas makannya ,terang dan tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu  prinsip  qaulan balighan  dapat diterjemahkan  sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
Alqur’an memerintahkan kita  untuk berbicara  yang efektif. Rasulullah sendiri  memberi contoh dengan kutbah-kutbahnya. Umumnya khutbah rasulullah  pendek, tetapi  dengan kata-kata  yang  padat maknanya. Ia berbicara dengan  wajah yang serius  dan memilih kata –kata yang  sedapat mungkin menyentuh  hati para pendengarnya.
Prinsip selanjutnya adalah qawlan Layyinan. Yaitu berdakwah  dengan kata-kata yang lemah lembut. Cobalah sadarkan dia tentang dirinya sendiri yang tak kurang dan tidak lebih hanyalah seorang hamab dari hamba-hamba-Ku.dan jangan kamu lalai selalulah ingat pada-Ku dan menyebut nama-ku sealgi kamu melaksanakan tugas ini.[12]
C.    Contoh Permasalahan Dalam Interaksi Dan Komunikasi Dakwah
Sebuah permasalahan dalam berdakwah sering sekali terjadi karena tidak tahunya da’i bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan mad’unya. Contohnya saat dakwah dalam area komunitas sosial yang dianggap masyarakat tidak baik yaitu di komplek wanita tuna susila. Seorang da’i A diminta untuk mengisi sebuah pengajian ditempat tersebut.  Dengan harapan banyak diantara mereka yang sadar kemudian meninggalkan apa yang telah mereka lakukan. Da’i tersebut mengambil tema tentang surga dan neraka. Dimana dalam dakwahnya, sang da’i mengajak secara terang-terangan kepda para wts tersebut untuk meninggalkan kemaksiatan yang telah diperbuat. Isi dakwahnya pun menggambarkan siapa saja yang akan dimasukkan dalam neraka dan siapa saja yang akan masuk surga. Para wanita tuna susila yang mendengarkan merasa jenuh dan seperti dipojokkan oleh sang da’i dan akhirnya satu per satu dari mereka meninggalkan majlis tersebut. Dan tak ada satupun dari mereka untuk kembali ke jalan yang benar.
Kemudian, da’i B diminta untuk mengisi dakwah di tempat yang sama. Sang da’i mengambil topik tentang cerita seorang pelacur yang masuk surga hanya dengan kasih sayangnya kepada seekor hewan.  Inti dari dakwah da’i B adalah Allah akan membuka pintu taubatNya, sebesar apapun dosa seseorang itu. Dakwah yang demikian ternyata diterima oleh kalangan para wanita tersebut. Dan hasil dari dakwah tersebut ada beberapa wanita yang akhirnya sadar dan kembali ke rumahnya. 
D.    Pemecahan Permasalahan Dengan Teori Psikologi Dakwah
Dilihat dari permasalahan diatas, dapat kita ketahui bahwa da’i harus mengetahui bagaimana latar belakang mad’u, kita ketahui disini mad’u adalah seorang wanita tuna susila jadi disini seorang da’i harus bisa menyampaikan materi dakwah dalam hal ini adalah komunikasi dan interaksi yang baik sesuai dengan kondisi mad’u, sehingga mad’u bisa menerima materi yang disampaikan oleh seorang  da’i.
Hal ini bisa kita lihat Syarat terjadinya interaksi adalah :
1. adanya kontak sosial
    Kata kontak dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau “cum”
    yang artinya bersama-sama  dan “tangere” yang artinya menyentuh . Jadi kontak
    berarti sama-sama menyentuh.Kontak social ini tidak selalu melalui interaksi atau
    hubungan fisik, karena orang dapat melakuan kontak social tidak dengan menyentuh,
    misalnya menggunakan HP, telepon dsb.
   
   Kontak social memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
·      Kontak social bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social mengarah pada kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu pertentangan atau konflik berarti negative.
·      Kontak social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social primer terjadi  apa bila peserta interaksi  bertemu muka secara langsung. Misanya kontak antara guru dengan murid dsb. Kalau kontak skunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui perantara. Missal percakapan melalui telepon, HP dsb.

2. Komunikasi
    Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepihak yang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Ada lima unsure pokok dalam komunikasi yaitu
·      komunikator yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau perasaan atau pemikiran pada pihak lain.
·      Komunikan yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, informasi.
·      Pesan yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
·      Media yaitu alat untuk menyampaiakn pesan
·      Efek/feed back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan setelah mendapat pesan dari komunikator.
Dari beberapa teori diatas dapat kita analisis bahwa seorang dai harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi dengan baik sesuai dengan syarat interaksi dan unsur pokok komunikasi.
 IV.            KESIMPULAN
Interaksi adalah hubungan timbal balik (social) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara kelompok dengan dengan kelompok.
Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.
Faktor Dasar Interaksi adalah imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati.
Faktor Dasar Komunikasi adalah meaning (makna), learning, subjectivity, negotiation, culture, interacting levels and context, self reference, self reflexivity, dan inevitability.
Dakwah tidak bisa dipisahkan dari interaksi dan komunikasi antar manusia. Karena keduanya merupakan dua buah yang menjadi faktor suksesnya berdakwah. Dan keduanya juga merupakan sisi penting dalam dakwah. Dakwah tidak dapat dilakukan tanpa komunikasi dan interaksi sesma manusia. Baik itu komunikasi secara verbal maupun non verbal. Kita sebagai calon da’i dan da’iyah harus memahami bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai manusia.
    V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Harapan kami makalah ini bisa digunakan sebagai bahan ajar dan bermanfaat bagi semua pembaca. Kami mohon maaf atas segala kekurangan baik  dalam tulisan atau materi. Dan kami mengharapkan kritik serta saran pembaca atas pembuatan makalah ini sebagai perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

§  Toto Tasmara,Komunikasi Dakwah,Gaya Media Pratama: Jakarta
§  Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
§  Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Perkasa: Jakarta, 2007
§  Drs. Jalaluddin Rahmat, M. Sc., PSIKOLOGI KOMUNIKASI, PT Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007,
§  Dr. C. George Bperce, PSIKOLOGI SOSIAL, Primasophie: Jogjakarta, 2008
§  http://mrpams.multiply.com/journal/item/17





[1] Dr. C. George Bperce, PSIKOLOGI SOSIAL, Primasophie: Jogjakarta, 2008, hal 13
[2] Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Perkasa: Jakarta, 2007, hal 1-2
[4] Toto Tasmara,Komunikasi Dakwah,Gaya Media Pratama: Jakarta, hal.1
[5] Opcit, Prof. Dr. H. Hafied Cangara, hal 19
[6] Ibid, hal 20-21                                                                                                       
[8] Drs. Jalaluddin Rahmat, M. Sc., PSIKOLOGI KOMUNIKASI, PT Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007, hal 111
[9] Ibid, hal 113
[10] Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003, hal 31-34

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...