INTERAKSI DAN KOMUNIKASI DALAM DAKWAH
I.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, psikologi memandang segenap pengalaman umat manusia
sebagai interaksi antara lingkungan sekitar dengan dirinya sendiri. Atau dalam
bahasa yang paling sederhana, serangkaian peristiwa terjadi di seputar kita dan
kita pada gilirannya menafsirkan peristiwa-peristiwa tersebut serta memberikan
kesan dan tanggapan yang dirasa paling tepat terhadapnya.[1]
Banyak pakar melihat bahwa komunikasi adalah suatu kebtuhan yang
fundamental bagi seseorang dalam hidup yang bermasyarakat. Profesor Wilbur
Schramm menyebutnya bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin
masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin
dapat mengembangkan komunikasi (Schramm; 1982).[2]
II.
PERMASALAHAN
a.
Pengertian
Interaksi Dan Komunikasi
b.
Faktor
Dasar Interaksi Dan Komunikasi
c.
Contoh
Permasalahan Dalam Interaksi Dan Komunikasi Dakwah
d.
Pemecahan
Masalah Dengan Teori Dakwah
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Interaksi dan Komunikasi
1.
Pengertian interaksi
Interaksi adalah
suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan
individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan individu,
antara kelompok dengan dengan kelompok dalam kehidupan social.
Dalam kamus
Bahasa Indonesia Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi ,
berhubungan atau saling mempengaruhi. Dengan demikian interaksi adalah
hubungan timbal balik (social) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu
dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara kelompok dengan dengan
kelompok.
Gillin
mengartikan bahwa interaksi sebagai hubungan-hubungan social dimana yang
menyangkut hubungan antar individu , individu dan kelompok antau antar
kelompok. Menurut Charles P. Loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
· jumlah
pelakunya dua orang atau lebih
· adanya
komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbul atau lambing-lambang
· adanya
suatu demensi waktu yang meliputi , masa lalu, masa kini, dan masa yang akan
datang .
· adanya
tujuan yang hendak dicapai.[3]
2.
Pengertian komunikasi
Perkataan
komunikasi berasal dari kata communicare yang didalam bahasa latin mempunyai
arti berpartisipasi, atau berasal dari kata commoness yang berarti sama =
common. Secara sangat sederhana sekali , dapat kita katakan bahwa seseorang
yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta
berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang
disampaikannya.[4]
Sebuah
definisi singkat dibuat oleh Harold D Laswell bahwa: “komunikasi adalah
menjawab pertanyaan siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui
saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”.[5]
Sebuah
definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri
pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa: “komunikasi
adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran
informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha
mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book, 1980)
Everett
M. Rogers membuat definisi bahwa: “komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
merubah tingkah laku mereka”.
Definisi-definisi
yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi yang telah
diuat oleh banyak pakar. Namun sedikit banyaknya kita mendapat gambaran seperti
apa yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja
atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa
verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.[6]
B.
Faktor Dasar Interaksi Dan Komunikasi
1.
Faktor Dasar Interaksi
Ada beberapa
factor yang mendorong terjadinya interaksi social ;
· Imitasi
adalah proses social atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui
sikap, penampilan atau gaya hidup, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain.
· Sugesti
. Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap
yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika
sipenerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak dapat berfikir
rasional.
Biasanya
sugesti berasal dari orang-orang sebagai berikut:
· orang
yang berwibawa, karismatik dan punya pengaruh terhadap yang disugesti, misalnya
orang tua ulama dsb.
· Orang
yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada yang disugesti.
· Kelompok
mayoritas terhadap minoritas.
· Reklame
atau iklan media masa.
· Identifikasi
yaitu merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi sama
dengan pihak lain (meniru secara keseluruhan).
· Simpati
yaitu merupakan suatu proses dimana seorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati orang merasa dirinya seolah-olah dirinya berasa dalam
keadaan orang lain.
· Empati
yaitu merupakan simpati yang menfdalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan
fisik seseorang.[7]
2.
Faktor Personal Yang Mempengaruhi Interaksi
a.
Kesamaan
karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap,
keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai.
Reader dan English mengukur kepribadian subjek-subjeknya dengn rangkaian tes
kepribadian. Diketemukan mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat
dalam kepribadiannya. Penelitian tentang pengaruh kesamaan ini banyak dilakukan
dengan berbagai kerangka teori.[8]
b.
Tekanan
emosional
Bila orang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul
tekanan emosional, maka ia akan menghadirkan orang lain. Schachter menyimpulkan
bahwa situasi penimbul cemas (anxiety-producing situations) meningkatkan
kebutuhan akan kasih sayang.
c.
Harga
diri yang rendah
Menurut kesimpulan Walster, bila harga diri direndahkan, hasrat
afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah dan ia makin responsif untuk
menerima kasih sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah diri
cenderung mudah mencintai orang lain (Tubbs dan Moss,1974).
d.
Isolasi
sosial
Isolasi sosial adalah pengalaman yang tidak enak. Beberapa orang
peneliti telah menunjukkan bahwa tingkat isolasi sosial lebih besar pengaruhnya
terhadap kesukaan kita pada orang lain. Bagi orang yang terisolasi (narapidana,
petugas di rimba, atau penghuni pulau terpencil) kehadiran manusia merupakan
kebahagiaan. Karena manusia cenderung menyukai orang yang mendatangkan
kebahagiaan, maka dalam konteks isolasi sosial, kecenderungan menyukai orang
lain bertambah.[9]
3.
Faktor Dasar Komunikasi
Faktor-faktor
yang mem pengaruhi individu dalam komunikasi antar pribadi:
1.
Meaning (makna).
Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb.
Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb.
2.
Learning.
• Interpretasi makna terhadap simbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman.
• Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
• Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya.
• Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal.
• Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.
• Interpretasi makna terhadap simbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman.
• Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
• Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya.
• Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal.
• Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.
3.
Subjectivity.
• Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama.
• Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.
• Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama.
• Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.
4.
Negotiation.
Komunikasi
merupakan pertukaran symbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi masing-masing
mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu terjadi negosiasi
dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian.
• Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna.
• Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
• Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna.
• Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
5.
Culture.
• Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain.
• Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat
• Melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat.
• Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi.
• Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah.
• Budaya menciptakan cara pandang (point of view)
• Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain.
• Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat
• Melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat.
• Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi.
• Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah.
• Budaya menciptakan cara pandang (point of view)
6.
Interacting
levels and context.
Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
7.
Self reference.
Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.
Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.
8.
Self
reflexivity.
Kesadaran diri (self-cosciousnes)merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.
Kesadaran diri (self-cosciousnes)merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.
9.
Inevitability.
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.
Berbagai aspek
yang dibahas di atas menegaskan bahwa suatu proses komunikasi secara fisik
terlihat sederhana, padahal jika kita mellihat pola komunikasi yang terjadi itu
menjelaskan kepada kita sesuatu yang sangat kompleks. Jadi dapat disimpulkan di
sini bahwa komunikasi antarpribadi bukanlah sesuatu yang sederhana.[10]
4.
Komunikasi Dalam Dakwah
Dakwah
Islam bagi umatnya adalah sebuah kebutuhan. Dakwah Ilallah merupakan kewajiban
yang disyariatkan dan menjadi (tanggungjawab) yang harus di pikul kaum muslimin
seluruhnya. Artinya setiap muslim dituntut untuk berdakwah sesuai dengan
kemampuannya dan peluang yang dimilikinya. Tak seorangpun bebas tugas dari
kewajiban ini. Firman Allah Subhanahu Wata'ala:
” Dan hendaklah ada
diantara kalian segolongan umat yang menyeru pada kebaikan, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”
(Q.S. Ali ‘Imron : 104)
Dengan
kewajiban itu, kemudian Allah Subhanahu Wata'ala memberikan seperangkat potensi
yang nantinya bisa di gunakan untuk menyebarkan dakwah. Potensi yang dimaksud
adalah kemampuan manusia untuk berbicara.[11]
5.
Prinsip Dalam Komunikasi
Kata
qawlan sadidan disebut dua kali dalam Alqur’an. Pertama , Allah Subhanahu
Wata'ala menyuruh manusia menyampaikan qawlan sadidan dalam urusan Anak yatim
dan keturunan.” Dan hendaklah orang-orang takut kalau-kalau
dibelakang hari , mereka meninggalkan keturunan yang lemah yang
mereka khawatirkan ( kesejahteraannya ). Hendaklah mereka
bertakwa
Arti perkataan benar adalah sesuai dengan kriteria kebenaran untuk orang Islam. Ucapan yang benar adalah yang sesuai dengan Al-Quran,Assunnah,dan Ilmu. Al-Quran menyindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk kepada Al-Kitab,petunjuk dan ilmu:
Arti perkataan benar adalah sesuai dengan kriteria kebenaran untuk orang Islam. Ucapan yang benar adalah yang sesuai dengan Al-Quran,Assunnah,dan Ilmu. Al-Quran menyindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk kepada Al-Kitab,petunjuk dan ilmu:
“Diantara
manusia yang berdebat tentang Allah tanpa ilmu petunjuk dan kitab yang
menerangi “(Qs;31:20)
Al-Quran
menyatakan bahwa berbicara yang benar,menyampaikan pesan yang benar,adala
prasyarat untuk kebenaran (kebaikan,kemaslahatan)amal. Bila kita ingin
menyukseskan karya kita,bila kita ingiln memperbaiki masyarakat kita, maka kita
harus menyebarkan pesan yang benar dengan perkataan yang lain. Hal ini berarti
masyarakat menjadi rusak jika isi pesan komunikasi tidak benar
Berkatalah
kepada mereka dengan qaulan Balighan ( QS 4:63 ). Kata Baligh dalam bahasa Arab
artinya sampai mengenai sasaran , atau mencapai tujuan. Bila
dikaitkan dengan Qawl ( ucapan atau komunikasi) kata Baligh” Berarti
fasih, jelas makannya ,terang dan tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki.
Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan
sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
Alqur’an
memerintahkan kita untuk berbicara yang efektif. Rasulullah
sendiri memberi contoh dengan kutbah-kutbahnya. Umumnya khutbah
rasulullah pendek, tetapi dengan kata-kata yang padat
maknanya. Ia berbicara dengan wajah yang serius dan memilih kata
–kata yang sedapat mungkin menyentuh hati para pendengarnya.
Prinsip
selanjutnya adalah qawlan Layyinan. Yaitu berdakwah dengan kata-kata yang
lemah lembut. Cobalah sadarkan dia tentang dirinya sendiri yang tak kurang dan
tidak lebih hanyalah seorang hamab dari hamba-hamba-Ku.dan jangan kamu lalai
selalulah ingat pada-Ku dan menyebut nama-ku sealgi kamu melaksanakan tugas
ini.[12]
C. Contoh Permasalahan Dalam Interaksi Dan Komunikasi
Dakwah
Sebuah
permasalahan dalam berdakwah sering sekali terjadi karena tidak tahunya da’i
bagaimana berinteraksi dan berkomunikasi dengan mad’unya. Contohnya saat dakwah
dalam area komunitas sosial yang dianggap masyarakat tidak baik yaitu di
komplek wanita tuna susila. Seorang da’i A diminta untuk mengisi sebuah
pengajian ditempat tersebut. Dengan
harapan banyak diantara mereka yang sadar kemudian meninggalkan apa yang telah
mereka lakukan. Da’i tersebut mengambil tema tentang surga dan neraka. Dimana
dalam dakwahnya, sang da’i mengajak secara terang-terangan kepda para wts
tersebut untuk meninggalkan kemaksiatan yang telah diperbuat. Isi dakwahnya pun
menggambarkan siapa saja yang akan dimasukkan dalam neraka dan siapa saja yang
akan masuk surga. Para wanita tuna susila yang mendengarkan merasa jenuh dan
seperti dipojokkan oleh sang da’i dan akhirnya satu per satu dari mereka
meninggalkan majlis tersebut. Dan tak ada satupun dari mereka untuk kembali ke
jalan yang benar.
Kemudian,
da’i B diminta untuk mengisi dakwah di tempat yang sama. Sang da’i mengambil
topik tentang cerita seorang pelacur yang masuk surga hanya dengan kasih
sayangnya kepada seekor hewan. Inti dari
dakwah da’i B adalah Allah akan membuka pintu taubatNya, sebesar apapun dosa
seseorang itu. Dakwah yang demikian ternyata diterima oleh kalangan para wanita
tersebut. Dan hasil dari dakwah tersebut ada beberapa wanita yang akhirnya
sadar dan kembali ke rumahnya.
D. Pemecahan Permasalahan Dengan Teori Psikologi Dakwah
Dilihat
dari permasalahan diatas, dapat kita ketahui bahwa da’i harus mengetahui
bagaimana latar belakang mad’u, kita ketahui disini mad’u adalah seorang wanita
tuna susila jadi disini seorang da’i harus bisa menyampaikan materi dakwah
dalam hal ini adalah komunikasi dan interaksi yang baik sesuai dengan kondisi
mad’u, sehingga mad’u bisa menerima materi yang disampaikan oleh seorang da’i.
Hal ini bisa kita lihat Syarat
terjadinya interaksi adalah :
1. adanya kontak
sosial
Kata kontak
dalam bahasa inggrisnya “contack”, dari bahasa lain “con” atau “cum”
yang artinya
bersama-sama dan “tangere” yang artinya menyentuh . Jadi kontak
berarti
sama-sama menyentuh.Kontak social ini tidak selalu melalui interaksi atau
hubungan
fisik, karena orang dapat melakuan kontak social tidak dengan menyentuh,
misalnya
menggunakan HP, telepon dsb.
Kontak social
memiliki memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
· Kontak
social bisa bersifat positif dan bisa negative. Kalau kontak social mengarah
pada kerjasama berarti positif, kalau mengarah pada suatu pertentangan atau
konflik berarti negative.
· Kontak
social dapat bersifat primer dan bersifat skunder. Kontak social primer
terjadi apa bila peserta interaksi bertemu muka secara langsung.
Misanya kontak antara guru dengan murid dsb. Kalau kontak skunder terjadi
apabila interaksi berlangsung melalui perantara. Missal percakapan melalui
telepon, HP dsb.
2. Komunikasi
Komunikasi
adalah suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepihak yang lain
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Ada lima unsure pokok dalam
komunikasi yaitu
· komunikator
yaitu orang yang menyampaikan informasi atau pesan atau perasaan atau pemikiran
pada pihak lain.
· Komunikan
yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, informasi.
· Pesan
yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
· Media
yaitu alat untuk menyampaiakn pesan
· Efek/feed
back yaitu tanggapan atau perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan
setelah mendapat pesan dari komunikator.
Dari
beberapa teori diatas dapat kita analisis bahwa seorang dai harus mempunyai
kemampuan menyampaikan materi dengan baik sesuai dengan syarat interaksi dan
unsur pokok komunikasi.
IV.
KESIMPULAN
Interaksi
adalah hubungan timbal balik (social) berupa aksi saling mempengaruhi antara
individu dengan individu, antara individu dan kelompok dan antara kelompok
dengan dengan kelompok.
Komunikasi
adalah
bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya,
sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan
bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan
teknologi.
Faktor Dasar Interaksi
adalah imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, empati.
Faktor Dasar Komunikasi adalah
meaning
(makna), learning, subjectivity,
negotiation, culture, interacting levels and context, self reference, self
reflexivity, dan inevitability.
Dakwah
tidak bisa dipisahkan dari interaksi dan komunikasi antar manusia. Karena
keduanya merupakan dua buah yang menjadi faktor suksesnya berdakwah. Dan
keduanya juga merupakan sisi penting dalam dakwah. Dakwah tidak dapat dilakukan
tanpa komunikasi dan interaksi sesma manusia. Baik itu komunikasi secara verbal
maupun non verbal. Kita sebagai calon da’i dan da’iyah harus memahami bagaimana
berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai manusia.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Harapan kami makalah
ini bisa digunakan sebagai bahan ajar dan bermanfaat bagi semua pembaca. Kami
mohon maaf atas segala kekurangan baik
dalam tulisan atau materi. Dan kami mengharapkan kritik serta saran
pembaca atas pembuatan makalah ini sebagai perbaikan pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
§ Toto Tasmara,Komunikasi
Dakwah,Gaya Media Pratama: Jakarta
§ Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta.
2003
§ Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, PT
Raja Grafindo Perkasa: Jakarta, 2007
§ Drs. Jalaluddin Rahmat, M. Sc., PSIKOLOGI KOMUNIKASI, PT
Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007,
§ Dr. C. George Bperce, PSIKOLOGI SOSIAL, Primasophie:
Jogjakarta, 2008
§ http://mrpams.multiply.com/journal/item/17
[1] Dr. C.
George Bperce, PSIKOLOGI SOSIAL, Primasophie: Jogjakarta, 2008, hal 13
[2] Prof.
Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja
Grafindo Perkasa: Jakarta, 2007, hal 1-2
[4] Toto
Tasmara,Komunikasi Dakwah,Gaya Media
Pratama: Jakarta, hal.1
[5] Opcit,
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, hal 19
[6]
Ibid, hal 20-21
[8] Drs.
Jalaluddin Rahmat, M. Sc., PSIKOLOGI KOMUNIKASI, PT Remaja Rosda Karya:
Bandung, 2007, hal 111
[9] Ibid,
hal 113
[10] Sasa Djuarsa S.,
Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003, hal 31-34
No comments:
Post a Comment