BERFIKIR,
BAHASA DAN BELAJAR
A. PENDAHULUAN
Awalnya orang beranggakan bahwa
berpikir itu ditentukan oleh anggapan, karena menurut mereka proses berpikir
semata-mata merupakan pertautan tanggapan-tanggapan secara mekanis, sehingga
orang yang berfikir itu sifatnya pasif.
Namun pada era psikologi sekarang,
orang yang berpikir sebenarnya tidak diam (pasif) tetapi jiwanya juga aktif
berusaha untuk memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu, pada era ini
orang yang berfikir lebih tepat dikatakan dinamis
Perubahan
tingkah laku suatu kegiatan disebut belajar, jika dengan kegiatan itu sang
pelaku mengalami perubahan tingkah laku. Jika dia tidak mengalami perubahan
tingkah laku, berarti dia belum (atau tidak) belajar. Berfikir, bahasa dan
belajar berperan penting dalam perubahan tingkah laku manusia. Manusia tidak
akan dapat berfikir tanpa adanya bahasa. Ketiganya berkaitan dalam membentuk
perilaku dan pribadi manusia secara utuh.
Di dalam makalah
ini dijelaskan mengenai apa itu berfikir, bahasa, dan belajar agar dapat
dipahami kaitannya terhadap perubahan tingkah laku manusia.
B. PERMASALAHAN
1. Apakah
pengertian berfikir, bahasa, dan belajar?
2. Bagaimana
hubungan berfikir, bahasa, dan belajar dikaitkan dengan perubahan perilaku
seseorang?
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Berfikir, Bahasa, dan Belajar
a. Pengertian Berfikir
Menurut M Alisuf Sabri dalam bukunya
"Pengantar Psikolgi Umum dan Perkembangan", orang berpikir untuk:
- Melakukan kegiatan kearah penyelesaian suatu problem/ persoalan
- Melakukan pemecahan persoalan dengan menggunaan pengalaman- pengalaman yang pernah ada pada diri kita
- Berfikir merupakan suatu akta psikis yang dinamis, dimana individu yang merupakan penggerak prosesnya
- Berfikir merupakan suatu kegiatan psikis yang bersifat perlambangan
Namun selain itu, berpikir juga merupakan:
- Pembentukan konsep
- Orang berfikir karena adanya rasa ingin tahu
- Adanya proses kognitif dalam berpikir
- Untuk menemukan sesuatu yang baru
- Membuat hubungan yang satu dengan yang lainnya
Secara umum, berpikir dapat dikatakan
sebagai kemampuan untuk menghubung-hubungkan (asosiasi) sesuatu dengan sesuatu
yang lainnya untuk memecahkan suatu persoalan atau permasalahan.
Menghubung-hubungkan disini
merupakan menghubungkan sesuai dengan yang kita inginkan dan faktor
psikologisnya dimana hubungannya diputuskan pada saat berpikir. Hasil dari
menghubung-hubungkan antara lain: memecahkan masalah, gagasan-gagasan, idea-idea.[1]
b. Pengertian Bahasa
Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem
simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang
bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi
oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.[2]
Hampir senada dengan pendapat
Wibowo, Walija, mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling
lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan
pendapat kepada orang lain.[3]
Pendapat lainnya tentang definisi
bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa.
Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan,
keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan
dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik
maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas
dari budi kemanusiaan.[4]
Pemakaian bahasa memiliki dua aspek: produksi dan pemahaman.[5]
Pemakaian bahasa memiliki dua aspek: produksi dan pemahaman.[5]
Dalam memproduksi bahasa, kita mulai
dengan pikiran proposisional, dengan suatu cara mentranslasikannya ke dalam
kalimat, dan berakhir dengan suara yang mengekspresikan kalimat. Jadi,
pemakaian bahasa tampaknya melibatkan pergerakan melalui berbagai tingkat. Tahap-tahap pemerolehan bahasa dimulai sejak anak-anak[6],
yaitu:
a)
Pra-ujaran
Banyak hal penting yang berlangsung bahkan sebelum anak mengucapkan satu
kata pertamanya. Kanak-kanak belajar memperhatikan ucapan, memperhatikan
intonasi, dan irama (rhythm) ucapan jauh sebelum ia mulai berbicara.
Kanak-kanak menanggapi ucapan lebih teliti dari pada bunyi lain.
b)
Masa Mengoceh
Tahap ini mulai dalam umur beberapa bulan. Berbentuk ujaran tidak jelas
(ocehan). Banyak di antara ujaran tersebut tidakk digunakan pada bahasanya tapi
ada pada bahasa-bahasa lainnya.
c)
Masa Satu Kata
Kanak-kanak mungkin mengucapkan kata
pertama mereka beitu umur 9 bulan: biasanya kata mama, da-da (kata-kata ini mirip
dengan ocehannya sewaktu berada pada masa mengoceh). Anak tuli yang orang tuanya menggunakan bahasa isyarat mulai melakukan
isyarat satu katanya sewaktu berumur sekitar 8 bulan.
d)
Masa Menggabungkan Kata-kata (18 bulan-2 tahun)
Dalam satu setengah tahun kebanyakan anak-anak berbicara dengan kalimat
yang terdiri dari beberapa kata, tapi gramatika mereka jauh dari sempurna. Masa
ini secepatnya berkembang maju menjadi apa yang diistilahkan masa kelima dan
terakhir pemerolehan bahasa.
e)
Masa Panik Besar
Merupakan masa terakhir pemerolehan
bahasa kanak-kanak mulai dari umur dua tahun sampai selanjutnya sekitar enam
tahun saat mana gramatika kanak-kanak telah mendekati garamatika orang dewasa.
c. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam
pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata menyebutkan
bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan
belajar. Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
- Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
- Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
- Crow & Crow dan (1958 ) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
- Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adnanya respons terhadap sesuatu situasi”
- Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
- Gage & Berliner (1970): “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”[7]
- Hubungan Berfikir, Bahasa, dan Belajar Dikaitkan dengan Perubahan Perilaku
Berfikir
adalah daya paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia
dari hewan. Manusia dapat berfikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan
hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. Bahasa
hewan adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa
manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Karena
memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berfikir. Bahasa adalah alat yang
terpenting bagi berfikir. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berfikir. Karena
eratnya hubungan antara bahasa dan berfikir itu, Plato pernah mengatakan dalam
bukunya Sophistes “berbicara itu berfikir yang keras (terdengar) dan berfikir
itu adalah berbicara batin”.[8]
Proses
berfikir memiliki peranan penting dalam proses belajar. Kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya mengemukakan ciri-ciri dari
perubahan perilaku [9],
yaitu :
- Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi
merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu
juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau
keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu
proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi
pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang
Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan
memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan
Psikologi Pendidikan.
- Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan
dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi
pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang
mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika
dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap
dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat
dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
- Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang
terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan,
baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang
mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan
keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari
dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan
perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
- Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi
bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa
sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose
Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual
atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah
mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan
untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip
perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
- Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru,
individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya,
mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka
mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku
psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan
sebagainya.
- Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh
dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam
dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan
keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam
diri mahasiswa tersebut.
- Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar
pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi
pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin
memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan
yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan
tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki
kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas
dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
- Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan
hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula
perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang
“Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang
“Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang
guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.[10]
Menurut Gagne dalam buku “Psikologi
Kependidikan” karangan Abin Syamsuddin Makmun, perubahan perilaku yang
merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
- Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
- Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
- Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
- Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
- Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.[11]
Sementara itu, Moh. Surya
mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
- Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
- Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
- Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
- Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
- Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
- Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
- Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
- Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu).
- Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan
perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan
(domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.[12]
D. KESIMPULAN
Telah dijelaskan
di atas kaitan antara berfikir, bahasa, dan belajar dengan perubahan perilaku.
Dimana berfikir tak dapat dilakukan tanpa adanya bahasa, dan belajar tak dapat
dilakukan tanpa keduanya untuk merubah perilaku seseorang. Perubahan perilaku
dari hasil belajar diantaranya: perubahan yang disadari dan
disengaja (intensional), perubahan yang berkesinambungan (kontinyu), perubahan
yang fungsional, perubahan yang bersifat positif, perubahan yang bersifat
aktif, perubahan yang bersifat pemanen, perubahan yang bertujuan dan terarah,
serta perubahan perilaku secara keseluruhan.
E. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami
sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan
selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam
pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pemakalah sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada
umumnya dalam kehidupan ini. Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Atkinson,
Rita L. dkk, 1997, Pengantar Psikologi, Batam: Interaksara.
Azhari,
Akyas, 2004, Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika
Makmun,
Abin Syamsudin, 2007, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Purwanto,
Ngalim, 2006, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sabri, M. Alisuf, 1993. Pengantar Psikologi Umum
dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Syakur,
Nazri, 2008, Proses Psikologik dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa,
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Syamsuddin, A.R, 1986.Sanggar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.
Syaodih S, Nana. 2003, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan.
Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.
Wibowo, Wahyu, 2001, Manajemen Bahasa, Jakarta:
Gramedia.
[1] M. Alisuf Sabri, 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, h. 51.
[3] Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah
Jakarta Press, h. 43.
[5]
Rita L. Atkinson, dkk, 1997, Pengantar
Psikologi, Batam: Interaksara, h. 570.
[6]
Nazri Syakur, 2008, Proses Psikologik
dalam Pemerolehan dan Belajar Bahasa, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, h.
153.
[7]
Nana Syaodih S.. 2003, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, h. 155.
[8]
Ngalim Purwanto, 2006, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, h. 43.
[9]
Akyas Azhari, 2004, Psikologi
Umum dan Perkembangan, Jakarta: PT Mizan Publika, h.163.
[10]
Ibid, h. 164
[11]
Abin Syamsudin Makmun, 2007, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, h. 159
[12]
Op. Cit. Akyas Azhari,
h. 167
Ayo bosku Semuanya,
ReplyDeleteYuk iseng bermain game untuk mendapatkan uang tambahan setiap harinya Hanya di arena-domino.vip
Modal Kecil Dapat Puluhan Juta ^^
Bareng saya dan teman-temanku yang cantik-cantik loh !
Info Situs www.arena-domino.vip
yukk di add WA : +855964967353