Teori Proses Perbandingan Sosial, Sosiometri, dan Analisis Proses
Interaksi
I.
PENDAHULUAN
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk individu.
Konsekuensinya adalah bahwa ia akan berusaha memenuhi kebutuhan individunya
terlebih dahulu. Setelah itu baru kebutuhan yang lain (kebutuhan sosialnya).
Bagi Cicero, setiap makhluk hidup mencintai dirinya sendiri. Konflik yang
melanda manusia itu sendiri terkadang lebih terfokus pada proses pemenuhan
kebutuhan dirinya sendiri. Kadang-kadang alam lingkup sosial, kebutuhan
individu ini lebih ditekankan daripada kebutuhan sosial dan kemasyarakatan.
John Donne pernah mengatakan bahwa “Tidak seoran manusia pun
merupakan sebuah pulau yang cukup diri; setiap manusia adalah kepingan dari
benua dan merupakan bagian dari keseluruhan.” Esensi manusia sebagai makhluk
yang tidak terlepas dari orang lain inilah yang membuatnya behubungan dan
berinteraksi dengan orang lain. (Nurudin, 2004: 43)
Kita
selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan
kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai
dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan
sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih
baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga
menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi
ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif
memiliki posisi yang sama dengan kita. Prasangka terlahir ketika orang menilai
adanya perbedaan yang mencolok. Artinya keadaan status yang tidak seimbanglah yang
akan melahirkan prasangka (Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaan
kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya
bila status sosial ekonomi relatif setara prasangka yang ada kurang kuat.
II.
PEMBAHASAN
A.
Teori
Proses Perbandingan Sosial
Menurut Peter L. Berger (1991), hubungan antara manusia dengan
masyarakat yang lain berlangsung secara dialektis dalam tiga moment; eksternalisasi,
objektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah suatu
pencurahan kedirian dunia baik dalam aktivitas maupun mentalitas. Melalui eksternalisasi
manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Masyarakat
melalui eksternalisasi, menjadi kenyataan buatan manusia.
Objektivasi adalah
disandangnya produk-produk aktivitas (baik fisik maupun mental) suatu realitas
yang berhadapan dengan para produsennya (dalam hal ini manusia itu sendiri)
dalam suatu kefaktaan (faktisasi) yang kksternal terhadap yang lain, daripada
produsennya sendiri. Masyarakat berhadapan dengan manusia adalah kenyataan yang
berhadapan. Internalisasi adalah peresapan kembali realitas oleh manusia
dan mentransformasikannya sekali lagi struktur-strukur dunia objektif ke dalam
struktur-struktur kesadaran subjektif. Dengan kata lain, melalui eksternalisasi,
masyarakat adalah produk manusia (menjadi kenyataan yang diciptakan oleh
manusia) melalui objektivasi masyarakat menjadi kenyataan sendiri yang
berhadapan dengan manuisa dan melalui internalisasi manusia merupakan
produk masyarakat (menjadi kenyataan yang dibentuk masyarakat).
Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari
masyarakat. Secara garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.
Komunikasi
menghubungkan antarberbagai komponen masyarakat.
2.
Komunikasi
membuka peradaban (civilization) baru manusia. Menurut Koentjaraningrat
(1997), istilah peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari
kebudayaan yang halus dan indah. Komunikasi telah mengantarkan peradaban negara
Barat menjadi maju dalam ilmu pengetahuan.
3.
Komunikasi
adalah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat.
4.
Komunikasi
berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat.
5.
Individu
berkomunikasi dengan orang lain menunjukkan jati diri kemanusiaan dan identitas
sosial seseorang. (Nurudin, 2004: 45-48)
·
Definisi
Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Festinger
menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi
dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya
kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat
dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Masing-masing
orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya
melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini disebut sebagai
perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak
pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka meraka akan mengevaluasi diri mereka
melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses
otomatis dan spontan terjadi. Umumnya motif yang dilakukan manusia dalam
melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri,
memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri.
Manusia dalam
melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut :
·
Persamaan
(similarity hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan
orang-orang yang sama dengan dirinya (laterla comparison) atau yang sedikit
lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik.
·
Dikaitkan
dengam atribut (related atribut hypothesis) : artinya manusia melakukan
perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang sama
·
Downward
comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk
dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari perasaan yang lebih baik atau
mengabsahkan diri sendiri (self validating). Disini muncul dalil bahwa manusia
kadang tidak objektif dalam melakukan perbandingan sosial. (Sarwono, 2004: 102)
Teori
Sosial Comparison menyatakan bahwa setiap orang akan melakukan perbandingan
antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan orang-orang lain yang mereka
anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan sosial semacam ini
terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang, dan dalam melakukannya seseorang
akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya dibandingkan penilaian obyektif.
Bila masyarakat terlanjur membentuk pandangan bahwa penampilan fisik yang ideal
itu adalah seperti yang dimiliki para model yang ditampilkan dalam media massa,
maka akan ada kecenderungan bahwa individu akan membandingkan dirinya
berdasarkan standar yang tidak realistis.
Oleh
karena itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki
proporsi tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki
penilaian yang negatif mengenai tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model
yang dilihatnya di media masa sebagai pembanding. Sampai batas tertentu, proses
berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu seseorang untuk
menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Perbandingan sosial manusia ada perbandingan ke atas dan perbandingan ke
bawah. Ketika seseorang mengalami perbandingan sosial ke atas, maka ia merasa
rendah daripada orang yang dijadikan perbandingan tersebut. Sedangkan pada
perbandingan sosial ke bawah, hal tersebut bersifat positif.Artinya orang
tersebut merasa lebih beruntung daripada orang lain yang dijadikan
perbandingan.
Leon Festinger membedakan antara kenyataan fisik dengan kenyataan sosial.
Apabila pendapat, sikap, dan keyakinan kita dapat diukur secara fisik – mungkin
dengan menimbang sesuatu atau mengukur panjang lebar atau tinggi – itu berarti
kita berhubungan dengan kenyataan fisik, sehingga mungkin kita tidak perlu lagi
saling berkomunikasi. Akan tetapi bila pendapat, sikap, serta keyakinan kita
tidak didasarkan pada kejadian yang mudah diukur, dan dan kalau dapat ditemukan
bukti-bukti yang mendukung atau mungkin membantah pendapat, sikap serta
keyakinan tersebut, maka kita berhadapan dengan kenyataan sosial, dan ini dapat
diukur secara baik dengan berkomunikasi dengan orang orang lain yang kita
anggap penting bagi kita.jadi komunikasi kelompok acapkali timbul karena adanya
kebutuhan individu-individu untuk membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan
kemampuan mereka sendiri dengan orang lain.
Menurut pendapat Festinger, dorongan yang kita rasakan untuk
berkomunikasi tentang suatu kejadian dengan anggota lain dalam kelompok akan
meningkat bila kita menyadari bahwa kita tidak setuju dengan suatu kejadian,
apabila kejadian itu makin menjadi penting, dan apabila sifat ketertarikan
kelompok juga meningkat.
B.
Sosiometri
Sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, strukutur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Tehnik sosiometri
dikemukakan oleh Moreno, yang bertujuan untuk meneliti hubungan antara anggota
kelompok di dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, sosiometri banyak digunakan
untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok.
Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada
suatu pendekatan metodologis dan teoritis terhadap kelompok. Asumsi yang
dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa tertarik
satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi, sebaliknya
individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang melaksanakan
tindak komunikasi.
Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat
diukur melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk
memberi jenjang atau ranking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka
ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas
(task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok yang padu dan
produktif yang mungkin terjadi. (Sendjaja, 1994: 111-114)
Dengan sosiometri, maka akan dapat diketahui kesukaran seseorang
dalam kelompoknya, baik dalam pekerjaan, belajar di sekolah maupun dengan
teman-teman bermain, menyelidiki kitidaksukaan terhadap teman kelompoknya serta
dapat diketahui kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri di dalam suatu
kelompok dan akan membantu usaha pembentukan ketrampilan dalam bidang
kemasyrakatan.
Baik tidaknya hubungan sosial individu dapat dilihat dari segi
berikut:
1.
Frekuensi
Hubungan, yaitu sering tidaknya seseorang mengadakan hubungan dengan orang
lain. Makin sering orang itu bergaul pada umumnya individu itu makin baik dalam
hubungan sosialnya.
2.
Intensitas
Hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam pergaulannya
atau intim tidaknya mereka bergaul. Teman yang intim berarti mempunyai
intensitas yang mendalam, adalah merupakan teman akrab, yang lebih baik
hubungannya daripada teman yang kurang intim.
3.
Popularitas
Hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul dapat digunakan sebagai
kriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan sosialnya.
Sosiometri hanya dapat dilakukan apabila guru atau konselor
mempunyai hubungan yang baik dengan kelompok, sebab jika tidak maka jawaban dan
pilihan dapat dibuat-buat. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tehnik
sosiometri yaitu:
1.
Guru
atau konselor merumuskan dengan seksama pilihan yang diajukan kepada murid
(berapa banyaknya murid yang harus dipilih).
2.
Dalam
mempersiapkan pertanyaan, guru atau konselor harus yakin besar bahwa semua
murid mempunyai pengertian yang sama terhadap pertanyaan yang diajukan.
3.
Sosiometri
hendaknya disesuaikan dalam kondisi dimana murid-murid tidak dapat saling
mengetahui jawabannya.
4.
Guru
atau konelor harus menyadari bahwa pilihan-pilhan murid-muid merupakan suatu
informasi yang bersifat rahasia.
5.
Murid
hendaknya mengerti ujuan sosiometri.
6.
Data
sosiometri bersifat rahasia dimana murid dalam menuliskan pilihannya tidak ada
murid lain yang tahu, hanya guru atau konselorlah yang mengetahuinya. (Mungin
Edi Wibowo, 1984: 68-71)
C.
Analisis
Proses Interaksi
Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial dilakukan
melalui suatu proses yang disebut dengan interaksi sosial. Menurut Kinball
Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan
sosial. Oleh karena itu, tanpa intaraksi sosial tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama. Menurut Gillin dan Gillin, interaksi sosial adalah suatu
hubungan sosial yang dinamis antara perorangan, antar individu, dan antar
kelompok manusia. Dari pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola
interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai
berikut:
a.
Interaksi sosial antar
individu
Apabila dua individu bertemu, proses interaksi pun dimulai pada saat
mereka saling mengulurkan tangan, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun
dua individu yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas,
sebenarnya interaksi sosial telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan
adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang
yang bersangkutan.
b.
Interaksi sosial antar
individu dan kelompok
Ditunjukkan dalam contoh seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya
sehingga proses interaksi sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara
guru dan kelompok siswa. (Niniek Sri Wahyuni S.IP,2004:23)
Analisis
proses interaksi Bales adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua
unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori
tigas dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam
unsur positif dan unsur negatifnya. Selain itu penelitian menunjukkan bahwa
kelompok yang terlibat dalam kegiatan komunikasi yang berkaitan dengan tugas
selama satu tahapan sidang, cenderung “mempertahankan keseimbangan mereka”. Hal
ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu yang lebih lama pada kegiatan
sosio-emosional dalam tahapan sidang berikut, dan begitu juga sebaliknya.
Menganalisis
proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud dengan
analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi. Kegiatan analisis
ini terdiri dari penelusuran terhadap; (a) perubahan kondisi, (b) respon
(strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari
respon, dan (d) penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.
Pada
penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan
kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean
(khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis
proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud
analisis proses ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui
penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau
rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk mengenali urutan waktu
atau kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting adalah untuk
menemukan keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon, dan
konsekwensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis
dan berputar mengikuti garis lingkaran.
Dalam
prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula
dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Proses
sebagai pergerakan progresif; Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif,
maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau
tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang
perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan
peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah bahwa kesemua
unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu
dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap
dapat dieksplisitkan.
Proses
sebagai pergerakan nonprogresif; Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi
secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat
dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk
fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau
perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan
kondisi.
(http://www.infoskripsi.com/Theory/Metode-Penelitian-Kualitatif-Grounded-Theory-Approach.html14/11/2011/14:30)
III.
PENUTUP
Perbandingan sosial merupakan suatu proses dimana seseorang individu
membandingkan dirinya dengan orang lain. Manusia berusahan mencari perbandingan
yang kecil, bila terlalu tinggi maka individu tersebut akan merasa tidak
nyaman.
Perbandingan sosial manusia ada perbandingan ke atas dan perbandingan ke
bawah. Ketika seseorang mengalami perbandingan sosial ke atas, maka ia merasa
rendah daripada orang yang dijadikan perbandingan tersebut. Sedangkan pada
perbandingan sosial ke bawah, hal tersebut bersifat positif.Artinya orang
tersebut merasa lebih beruntung daripada orang lain yang dijadikan
perbandingan.
Sosiometri
adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang
individu dengan individu lain, strukutur hubungan individu dan arah hubungan
sosialnya dalam suatu kelompok.
Analisis proses interaksi adalah sistem keseimbangan (equilibrium). Semua
unsur-unsur berada dalam keadaan seimbang. Terdapat jumlah yang sama kategori
tigas dan kategori sosio-emosional, dan dua kategori tersebut dibagi sama dalam
unsur positif dan unsur negatifnya.
Ketiga teori ini saling berkesinambungan dalam hal komunikasi kelompok
yang mengarah pada kehidupan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin, Sistem Komunikasi
Indonesia
Sarwono, Sarlito Wirawan, 2004,Teori-teori
Psikologi Sosial, Jakarta : PT Rajawali Pers
Sendjaja,Sasa
Djuarsa,1994,Pengantar
Komunikasi,Jakarta:Universitas Terbuka
Wahyuni S.IP, Yusnianti, Niniek Sri. 2004,
Manusia
dan Masyarakat “Pelajaran Sosiologi untuk Kelas 1 SMA”. GANECA EXACT
Wibowo, Mungin Eddy, 1984, Tehnik Bimbingan dan Konseling Jilid
1, Semarang: Institut Perguruan dan Ilmu Pendidikan
No comments:
Post a Comment