Tuesday, February 25, 2014

PELEMBAGAAN DAKWAH DALAM MASYARAKAT



PELEMBAGAAN DAKWAH  DALAM MASYARAKAT
  1. Nilai – Nilai Dasar Dakwah
a.                                     حبل من الله (Hubungan Manusia dengan Allah)
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia dalam sebaik-baik bentuk dan memberikan kedudukan terhormat kepadanya dihadapan lain-lain ciptaan. Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya cipta, rasa, dan karsa. Potensi inilah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai hamba dan wakil Tuhan di muka bumi (khalifatullah fil ardl).
Sebagai khalifah, manusia memiliki kewajiban untuk menjaga dan memakmurkan bumi bukan malah merusaknya. Karena kedudukan ini merupakan amanah Tuhan yang hanya mampu dilakukan oleh manusia, sedang makhluk Tuhan yang lain tidak mampu untuk mengembannya. Dan tingkat kemampuan manusia mengemban amanah inilah yang kemudian menentukan derajatnya di mata Allah (Q.S. Al-An’am: 165).
Manusia baru dikatakan berhasil dalam hubungannya dengan Allah apabila kedua fungsi ini berjalan secara seimbang, lurus dan teguh. Maksudnya, bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan tidak cukup hanya dengan syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji, tetapi nilai-nilai ibadah itu harus mampu diimplementasikan dalam setiap dimensi kehidupan sehari-hari, serta dalam membangun peradaban umat manusia yang berkeadilan. Sebab kita hidup di dunia ini bukan untuk mencari jalan keselamatan bagi diri kita saja, tetapi juga bagi orang lain terutama keluarga dan masyarakat sekitar kita. Hubungan ini akan mampu menghasilkan manusia yang punya kesadaran tinggi, kreatif dan dinamis.

b.
حبل من النا س (Hubungan Antar Sesama Manusia)
Pada hakikatnya manusia itu sama dan setara di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan dan keutamaan diantara satu dengan lainnya. Begitu pula tidak dibenarkan adanya anggapan bahwa laki-laki lebih mulya dari perempuan, karena yang membedakan hanya tingkat ketaqwaan (Q.S.al-Hujurat:13) keimanan, dan keilmuwannya (Q.S.al-Mujadalah:11).
Manusia hidup di dunia ini juga tidak sendirian tetapi dalam sebuah komunitas bernama masyarakat dan negara. Dalam hidup yang demikian kesadaran keimanan memegang peranan penting untuk menentukan cara kita memandang hidup dan memberi makna padanya. Maka yang diperlukan pertama kali adalah bagaimana kita membina kerukunan dengan sesama Umat Islam (ukhuwah islamiyyah) untuk membangun persaudaraan yang kekal hingga hari akhir nanti (Q.s. al-Hujurat: 11).

c
. حبل من العلم (Hubungan Manusia Dengan Alam)
Manusia yang diberi anugerah cipta, rasa, dan karsa, yang berupa alam untuk dimanfaatkan. Namun pemanfaatan ini tidak boleh berlebih-lebihan apalagi merusak ekosistem. Hal ini dinamakan sebagai hak isti’mar, yaitu hak untuk mengolah sumber daya alam untuk kemakmuran makhluk hidup tetapi pengelolaan itu harus didasarkan pada rasa tanggung jawab: Tanggung jawab kepada kemanusiaan, karena rusaknya alam akan berkibat bencana dan malapetaka bagi kehidupan kita semua, begitu pula Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan hak dan tanggung jawab itu. (Q.S. Hud: 61).[1].
  1. Pola – Pola Lembaga Dakwah
1)      Pola Pembinaan Kader
Perkembangan pola pembinaan masa kini tidak bisa terlepas dari output  yang diharapkan dari kader produk pembinaan yang dilakukan. Media pembinaan yang kita kenal. Pada bagian ini sedikit menyinggung bagaimana pola pendekatan yang baiknya kita lakukan sebagai subjek dakwah kepada objek dakwah dalam menyampaikan materi agar terbentuk karakter kader yang kuat. Selanjutnya terkait proses kaderisasi ada 4 tahap, yakni :
a.     Perkenalan ( ta’aruf )
b.    Pembentukan ( takwin )
c.     Pengorganisasian ( tandhzim )
d.    Pelaksanaan ( tanfidz )
2)      Pola Pembinaan Berbasis Kader
a.       Binaan Sentris
Objek dakwah bersifat pasif dan subjek dakwah bersifat aktif. Konsep tersebut adalah pola masa lalu dimana mengajar adalah bercerita dan belajar adalah mendengarkan. Kita perlu merevisi konsep ini, walau tidak sepenuhnya salah, tapi konsep ini memang masih relevan untuk beberapa hal. Revisi tersebut akan kita komparatif kan dengan konsep mengajar adalah memicu untuk berbuat dan belajar adalah mencari dan latihan. Dengan analogi ini kita akan menemukan sebuah titik balik dimana objek kaderisasi juga berperan sebagai subjek kaderisasi untuk dirinya sendiri. Harapan besar dengan perubahan pola dari pemateri sentris menjadi binaan sentris memberikan dampak positif dalam hal output kader. Kader diharapkan dapat lebih dewasa dan punya auto tarbiyah dalam dirinya, kesadaran dalam menuntut ilmu, dengan bertanya, latihan, membaca dan mengamalkan materi.
b.      Multimedia
Penggunaan variasi media komunikasi dalam menyampaikan materi dalam era informasi dan komputer sudah seharusnya menjadi bagian dari lifestyle yang dikembangkan dan diterapkan. Begitu pula dalam dunia dakwah yang seharusnya mampu mengembangkan media dakwah yang berdampak besar ( high influence media ) untuk kemajuan dan keberterimaan dakwah. Dalam hal pembinaan, pengembangan multimedia bisa dalam hal pembuatan powepoint slide materi yang akan disampaikan, sehingga mudah dipahami dengan tampilan visual yang menarik. Pemanfaatan media visual lain seperti film atau video klip yang bisa disebarluaskan dengan mudah.
c.       Kerja Kelompok
Kader yang berkarakter tentu juga harus memiliki jiwa coorperative yang baik, ia harus bisa menjadi pemimpin dan staff yang baik, seorang manusia juga diharapkan dapat memiliki kemampuan kerjasama yang baik, karena seorang akan lebih dapat unggul jika mampu mempengaruhi lingkungan sekitar dengan intelektual yang dimilikinya. Kemampuan kerjasama ini bisa dibangun dalam pola pembinaan kader di kampus. Pembangunan kebiasaan kerjasama ini bisa dimulai dengan banyaknya focus groups discussion yang terarah
d.      Pendekatan Dialogis
Adanya pendekatan dialogis ini membangun keterbukaan antara binaan dan pembina, keterbukaan adalah sebuah poin penting dalam mempengaruhi orang lain. Selain itu pendekatan dialogis juga akan membangun kemampuan komunikasi dan mengungkapkan sesuatu. Indonesia sudah banyak mencetak orang jenius, akan tetapi kita memiliki kelemahan dalam berkomunikasi suatu pemikiran. Kelemahan ini seringkali justru membuat orang Indonesia menjadi pekerja intelektual bagi negara asing.
e.       Permasalahan Nyata
Dengan berbasis masalah nyata, materi yang diberikan akan lebih aplikatif dan binaan akan lebih dapat bisa membayangkan permasalahan yang ada dan bagaimana ia akan menyelesaikannya dengan materi yang diberikan. Pola pembinaan berbasis masalah nyata ini juga akan membuat seorang binaan akan dapat dengan mudah membayangkan dan mengilustrasikan bagaimana sebuah materi itu diperuntukkan. Sehingga, ia akan memahami materi dengan baik. Bagian output terpenting dalam pola ini adalah bagaimana seorang kader dakwah dapat merumuskan sebuah permasalahan. Bukan sekedar secara instan menyelesaikan sebuah masalah.
f.       Pembelajar Aktif.
Disini bisa kita lihat bahwa pola pembinaan dimana subjek kaderisasi hanya sebagai penyedia akses dan fasilitas serta guidance , dan objek kaderisasi berperan secara mandiri untuk terus belajar ( auto tarbiyah ). Jika kita bisa membangun habit ini kepada semua kader maka akan terbentuk sebuah komunitas pembelajar ( learning community )yang nantinya akan menjadi roda penggerak dari dinamo dakwah di masyarakat, serta meningkatkan produktifitas organisasi kita kedepannya.
g.      Perumusan Masalah
Kemampuan analisis masalah inilah yang dibutuhkan untuk ditekankan pada pola pembinaan kader di masa yang akan datang.Kemampuan atau daya analisis ini bisa di asah dengan studi kasus, dan pengalaman yang panjang, memang akan butuh waktu, peran subjek kaderisasi adalah memberikan kesempatan kepada objek kaderisasi untuk bersentuhan dengan masalah, dan melatih kemampuannya dalam menganalisa sebuah masalah.
h.      Pemikiran Kritis
Sering melihat kita lihat di beberapa komunitas, dimana ada sekelompok orang atau individu yang mempunyai kemampuan analisan dan daya kritis yang lebih, dianggap sebagai sekelompok yang tidak taat dan tidak bisa “dikondisikan” untuk bergerak bersama. Orang-orang ini menjadi merasa tidak nyaman dan merasa tersingkir atau mungkin memang disingkirkan karena perbedaan pemikiran, yang sebetulnya bukan hal yang salah dalam sebuah pola kaderisasi yang sehat. Membangun jiwa kritis selain baik dalam hal pemikiran, ia juga akan bermanfaat untuk menumbuhkan jiwa empati bagi kondisi lingkungan yang ada. Jiwa kritis ini pula yang membuat manusia dinamis yang akan membimbing ia menjadi manusia pembelajar.
i.        Menuju Insan Pembelajar
Pada akhirnya memang pola pembinaan ini akan membentuk sebuah konsep insan pembelajar dimana ia tidak pernah puas terhadap ilmu yang dimilikinya, dan berpikir kritis terhadap lingkungan sekitar, sehingga ia terus berpikir untuk menyelesaikan sebuah problematika yang ada, dan menjadikan keseimbangan kehidupan dan religi sebagai landasan dalam mengambil kebijakan. Karakter manusia seperti ini akan bermanfaat tidak hanya untuk dirinya, karena human capital ini adalah modal tidak ternilai dalam perkembangan sebuah organisasi. [2]
3.      Peran Lembaga Dakwah Dalam Masyarakat
Contoh lembaga dakwah dalam masyarakat diantaranya yaitu: Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama’(NU), Lembaga Dakwah Islam Indonesia(LDII), Majelis Dakwah Islam(MDI). Peran-peran lembaga dakwah tersebut adalah:
        i.            Muhammadiyah
-        giat dan mendalami ilmu agama untuk mendapatkan kebenaran dan kemurnian Islam,
-        memeperteguh Iman, ibadah dan akhlak,
-        memajukan dan memperbarui pendidikan.
      ii.            Nahdlatul Ulama’
-        Bidang Agama : mengusahakan terlaksananya ajaran Islam dalam msyarakat dengan melaksanakan dawah islamiyah dan amr ma’ruf nahi munkar.
-        Bidang pendidikan pengajaran dan kebudayaan : mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran serta pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.
-        Bidang sosial : mengusahakan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan bantuan terhadap anak yatim, fakir miskin serta anggota masyarakat yang menderita lainnya.
-        Bidang ekonomi : mengusahakan terwujudnya pembangunan ekonomi dengn mengupayakan pemerataan kesempatan untuk berusaha menikmati hasil-hasil pembangunan dengan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
    iii.            LDII
-        Bidang Pendidikan : mengadakan pengajian rutin bulanan, pembinaan dan penataran da’i, pembinaan keagamaan terhadap masyarakat, dll
-        Bidang Sosial : pembagian daging kurban, membantu bencana gempa dan memberikan bantuan kepada manusia lanjut usia
    iv.            MDI
-        Bidang ekonomi : memberikan bantuan kepada para da’i, mendirikan BMT, mendirikan koperasi pondok pesantren.
-        Bidang agama : mendirikan pondok pesantren, mengadakan pelatihan instruktur, diskusi agama, dsb.
-        Bidang sosial : memberikan santunan anak yatim dalam panti asuhan, membuka warung sebagai usaha BMT, kegiatan bakti sosial.




[1] pmiikomdak.blogspot.com/2009/06/nilai-dasar-pergerakan.html



[2] http://benkwit.blog.friendster.com/2005/12/mencari-format-kaderisasi-yang-mumpuni

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...