PENYAKIT JIWA DAN PENGOBATANNYA
Banyak
literatur yang baik dalam memberikan gambaran yang penuh dengan jenis kelakuan
yang tidak dapat dijelaskan menurut kebiasaan. Dalam bagian ini kita
menjelaskan suatu jenis yang dikenal
sebagai “rasa rendah diri yang dikenal bukan akibat kejiwaan” yang umumnya
dikenal sebagai CPI (Conatitutionally Psychopathic Inferior).
Walaupun
definisi “psychopath” dipakai bagi
semua orang yang menderita emosi yang kuat, yang sepintas lalu merupakan
golongan yang spesifik mengagumkan, gejala yang kuat dalam tingkah laku
kelihatannya amat yang mendesak yang mungkin dipandang sebagai akibat-akibat
masa lampau.
Pertama,
pertimbangan-pertimbangan pendapat yang terjadi antara banyak penulis bahwa
banyak penderita penyakit jiwa yang rata-rata lebih baik dalam kecakapan dan
keunggulan lainnya. Terdapat pula pendapat bahwa para penderita penyakit jiwa
hampir rusak sama sekali moralnya jika terdapat rintangan-rintangan dalam
jiwanya atau dirinya.
Kedua,
penderita penyakit jiwa dapat ditemukan disetiap kehidupan terutama dalam mata
pencaharian, dalam perdagangan, dalam kalangan mahasiswa, dalam kalangan kaum
modis, termasuk para dokter sendiri dan kalangan politik.
Ketiga,
beribu-ribu orang ini diberi kebebasan dalam
masyarakat sebab tak ada hukum yang dapat memenjarakannya atau
pengasingan oleh dokter rumah sakit atau pengawasan. Banyak sekali yang
kelihatannya tak ada tanda-tanda sakit jiwa, karena itu mereka dipandang
sebagai penjahat.
Keempat,
Penderita penyakit jiwa tidak selamanya sakit ingatan – gila – bukan pula
mereka yang sering berbeda dengan kenyatannya, tanpa khayalan, bukan pula
apakah mereka mesti menderita penyakit sarap. Walaupun apat dikatakan
berpenyakit syaraf atau mempunyai gejala histeris. Biasanya ia lebih kasar
daripadapenderita gejala syaraf.
Tindakan
yang kasar biasanya disebabkan oleh ketidaksengajaannya, tetapi
ketidaksengajaannya ini menyebabkan yang kasar biasanya disebabkan oleh
ketidaksengajaannya, tetapi ketidaksengajaannya ini menyebabkan tak merasa
bersalah atau menyesal. Tindakannnya hanya membiarkan dirinya menderita dalam
duka cita, tidak bahagia dalam pergaulan dengan teman-temannya dan tetap tak
bergembira.
Dr.
M. J. Pescor menyatakan tentang sebab-sebabnya sebagai berikut :
1.
Mereka yang
termasuk pathologik emotionality suatu aneka pilihan dari individu-individu
yang abnormal dimana tidak termasuk kedalam golongan psychotik atau psycho
neurotic.
2.
Mereka yang
termasuk pathologik sexuality, termasuk jenis golongan sex yang tersesat dan
homosex.
3.
Mereka yang
termasuk kecenderungan a sosial dan a moral dimana mereka adalah penderita
gangguan jiwa yang sebenarnya yang dapat kita temukan dalam penjara-penjara dan
rumah pengawasan kita.
A. Apa
Penyakit-Penyakit Jiwa Itu Dan Apa Yang Membuat Orang Menjadi Gila
Dalam
pengertian sehari-hari, kita orang-orang awam selalu menganggap bahwa setiap
orang yang bertingkah laku aneh, janggal, lucu, bodoh, menjolok berlebih-lebihan,
atau yang tingkah lakunya berbahaya, pendeknya serba tidak normal, adalah orang
yang tidak waras pikirannya alias gila tanpa mengenal perbedaan.
Salah
pengertian karena ketidaktahuan ini merupakan gejala yang tidak sehat pada
masyarakat karena menimbulkan prasangka-prasangka yang berbahaya.
Penyakit-penyakit jiwa itu banyak sekali macam dan sifat-sifatnya dan erat
sekali hubungannya dengan masing-masing kepribadian si pasien, dan orang bisa
terkena penyakit jiwa, sama seperti kita bisa terkena penyakit malaria dan
penyakit-penyakit lainnya.
Sebagian
pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa misalnya, adalah penderita-penderita
penyakit jiwa, yang mengalami perubahan-perubahan dalam struktur kepribadian
mereka, diakibatkan oleh banyak sebab-sebab, oleh pengalaman-pengalaman
emosionil yang tidak enak, pahit, pedih, seram, mengecewakan sehingga membuat
si pasien merasa tidak berbahagia, sehingga ia tidak menyesuaikan diri dengan
kenyataan hidup. Penderita-penderita penyakit jiwa macam ini disebut sebagai
“Functional psychosis”, mereka ini otaknya tidak apa-apa, tidak rusak atau
tidak sakit.
Apakah
itu penyakit jiwa?
Apakah
arti jiwa yang kita pergunakan dalam istilah sakit jiwa? “Jiwa” dalam hubungan
ini tidak ada sangkut pautnya dengan pengertian religius. Kalau kita berbicara
tentang jiwa dalam arti psikologis, maka yang dimaksudkan ialah segala sesuatu
yang berhubunga dengan emosi-emosi kemanusiaan, seperti segala perasaan kita,
rasa takut yang tercermin dalam rasa gelisah dan khawatir, rasa sedih, rasa kecewa,
rasa kasih dan cinta rasa terharu, rasa pedih hati, gembira, senang, simpatik,
tertawa, kesal, marah, benci dan dengki, cemburu, iri hati, semua emosi-emosi
itu turut membentuk emosi-emosi kita.
Ciri
dari penyakit jiwa ialah tingkah laku yang mencolok, berlebih-lebihan pada
seseorang sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal, dan berbahaya bagi orang
lain. Kebanyakan dari apa yang disebut pasien jiwa, sesungguhnya menderita
emosional malajustment, adalah orang-orang yang tidak dapat menyesuaikan diri secara
emosionil pada kenyataan hidup. Dalam hal ini penyakit jiwa itu sesungguhnya
merupakan reaksi terhadap pelarian diri dari kepedihan dan konflik-konflik dari
dalam diri kita.
Apakah
penyakit jiwa dapat disembuhkan?
Jawabannya
adalah ya, namun ada penyakit jiwa yang tidak bisa disembuhkan, terutama
penyakit jiwa yang disebabkan oleh kerusakan otak, karena atau terlukanya
sel-sel otak yang tidak dapat disembuhkan (organic psychosis). Tapi pada
umumnya penyakit jiwa bisa disembuhkan oleh pengobatan psychiatris
(psychotherapy) dan persentasi kesembuhan agak tinggi, sampai 85%.
Dan pasien yang sembuh dari penyakit jiwanya, bisa
sembuh secara spontan dengan sendirinya atau dengan pengobatan psychiatris, ia
bisa kembali ke masyarakat melakukan pekerjaannya secara normal sebelum ia
sakit. Oleh karena itulah, janganlah ia sekali-kali dicurigai sebagai orang
abnormal semata-mata karena ia pernah menderita penyakit jiwa.
Pendapat-pendapat
yang salah tentang penyakit jiwa
Prasangka-prasangka
tentang orang-orang yang menderita penyakit jiwa banyak sekali dan pendapat
atau sangkaan yang selain ini akan kita koreksi dibawah ini :
Sakit gila dan sakit
jiwa, walaupun ada hubungannya, bukanlah merupakan pengertian yang sama,
tidaklah sama. Gila adalah pengertian umum dari orang-orang awam. Orang yang
gila sudah tidak bisa membedakan lagi antara apa yang benar dan apa yang salah, ia sudah tidak mengenal kenyataan
lagi dan tingkah lakunya begitu tidak bisa dipercaya, sehingga ia bukan saja
merupakan bahaya bagi orang-orang disekitarnya, tapi juga baginya sendiri.
Orang yang jiwanya sakit memang bisa gila sekalian, tapi kebanyakan orang-orang
yang jiwanya sakit tidak gila. Apabila otaknya dikeluarkan dan diperiksa, maka
otaknya itu tidak menunjukkan kelainan daripada, misalnya otak dari seorang
profesor yan normal. Jadi orang yang jiwanya sakit, tidaklah sakit otaknya tapi
orang yang sakit rusak atau terluka sel-sel otaknya, bisa menjadi sakit jiwa
dan bisa juga menjadi gila, misalnya sel-sel otak yang rusak oleh syphilis.
Orang yang jiwanya sakit tidak kehilangan kewarasan
pikirannya, kecuali dalam peristiwa-peristiwa yang sangat jarang. Kerusakan
sementara dari pikiran, seperti daya ingat dan daya konsentrasi seiring
terjadi. Kerusakan daya pikir atau intelek yang benar-benar dan permanen hanya
merupakan kekecualian.
Penyakit jiwa bukanlah merupakan mental deficiency
atau kebodohan otak, bukanlah merupakan mental defectifoncess atau kedunguan
otak,bukanlah feeblemindedness atau pandir, tolol. Banyak orang-orang yang
menderita penyakit jiwa normal saja intelegensinya, malah banyak yang lebih
dari normal intelegensinya.
Apakah
yang menyebabkan penyakit jiwa ?
Otak yang rusak, tepatnya sel-sel otak yang rusak
karena terbanting, terpukul, terluka, tumor atau penyakit-penyakit bukan saja
bisa membikin penderitanya sakit jiwa, tetapi juga dungu dan gila. Dalam hal
ini penyakit jiwa itu disebabkan karena kerusakan organis pada sel-sel otak
yang disebut organic psychosis. Disamping itu, ada fungsional psychosis, dalam
hal mana otak si penderita penyakit jiwa itu sehat-sehat, normal saja, tapi
hanya jiwanya saja yang sakit, disebabkan karena stresses dan strains dari
hidup, oleh pengalaman-pengalaman yang menakutkan, menyeramkan, pedih, tidak
enak, dan mengecewakan.
Tiap-tiap
orang mempunyai titik daya tahan yang masing-masing berbeda satu sama lain,
yang satu lemah dan yang lain kuat, tergantung dari kepribadian masing-masing.
Bahkan kepribadian yang paling kuat dan tenang sekalipun mempunyai titik
ambruknya breaking point, terhadap tekanan-tekanan dan tegangan-tegangan batin
dan ini terbukti selama perang dunia II dimana serdadu-serdadu yang paling
tabah sekalipun akhir-akhirnya tidak tahan menghadapi hujan pelor, granat dan
mortir yang merupakan stresses dan strains itu, dan akhirnya mengalami jatuh
ambruk dan mental breakdown.
Penggolongan
penyakit jiwa
Penyakit-penyakit
jiwa ini dibagi dalam 2 golongan dinilai menurut ringan beratnya penyakit si
pasien. Penyakit jiwa yang paling berat disebut psychosis dan pasiennya perlu
dirawat di rumah sakit jiwa. Tingkat yang lebih ringan dari penyakit jiwa
disebut neurosis.
Schizophrenia (kepribadian yang retak) juga disebut
dementiaorecox merupakan psychosis yang aling umum terdapat tapi paling sedikit
dimengerti. Yang lain-lainnya ialah antaranya mania atau manicdropesiv
psychosis dengan ciri-ciri tingkah laku yang ekstrim, mulut besar dan kepala
besar, suka mengamuk, bersemangat berlebih-lebihan.
Bagaimana
penyakit jiwa diobati ?
Psikiatri modern kin mempunyai banyak senjata-senjata
untuk mengobati penyakit jiwa, terutama yang bersifat fungsionil, yaitu dengan
psychotherapy yang meliputi psikoanalisa, menanamkan kembali kepercayaan diri
sugesti, membujuk, mendidik kembali si pasien, menyiapkan diri kembali ke
masyarakat normal. Cara lain pengobatan psikiatris ialah dengan menggunakan
hipnotis, narcosynthesis, dll.
Bagaimana
kita dapat mencegah penyakit jiwa ?
Dengan
pengetahuan tentang mental hygiene atau ilmu pengetahuan tentang kesehatan
jiwa.
B. Peristiwa
Psychosis dan Neurosis Dari Varietas Yang Umum
Neurosis
bukan merupakan penyakit gila melainkan gangguan nervous yang membikin pasien
tidak dapat bekerja normal dan mencintai secara sehat. Psychosis adalah suatu
penyakit jiwa yang lebih berat dan dalam pengertian umum disebut dengan gila.
Neurosis
dan psychosis, perbedaan keduanya hanya terletak pada tingkat berat pada
penyakitnya. Yang pertama dapat diumpamakan seperti pilek dan yang belakangan
diumpamakan seperti tuberculosis.
Salah
satu tipe yang paling umum dari psychosis adalah schizophrenia, dengan
ciri-ciri gejala yang khas. Semula disebut dengan dementia praecox ( dementia =
pikiran tidak waras, praecox = orang-orang muda). Penderita penyakit ini yang
sudah larut berat sama sekali tidak mempunyai perasaan, seakan-akan jiwanya itu
padam laksana bangkai hidup, ia tidak menunjukkan sesuatu reaksi.
Lain
ciri dari schizophrenia ialah pasien tidak mempunyai perhatian terhadap
siapapun, ia menolak menolak apa saja yang diminta oleh kita dan apabila
melakukannya toh setelah dibujuk-bujuk lama, ia akan melakukannya secara
mekanis.
Psychosis
manic-depressive adalah varietas lain dari penyakit jiwa. Pada golongan tipe
ini si pasien sebentar dalam keadaan keranjingan, mudah terangsang emosinya,
tidak tentram dan sebentar lagi ia menjadi cemas, lesu, acuh tak acuh, serta
pikiran dan tindakannya menjadi tdak waras. Dalam keadaan depressive, si pasien
sering melarikan diri dalam minuman alkohol sampai memabukkan.
Ada
perbedaan yang pokok antara pasien manic-depressive dan pasien schizophrenia.
Yang pertama, pasien manic-depressive apabila sembuh dari penyakitnya (yaitu
sebelum penyakit itu menjadi kronis seebab jika sudah kronis susah sekali
disembuhkan dan begitu juga tipe psychosis lainnya) tidak menginggalkan sesuatu
bekas dari cacat mental, sedangkan pasien schizophrenia yang sembuh akan
meninggalkan bekas cacat dari mental.
No comments:
Post a Comment