Tuesday, February 25, 2014

PUSAT PERADABAN ISLAM BAGHDAD



PUSAT PERADABAN ISLAM BAGHDAD

       I.            PENDAHULUAN
Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M. Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu oleh sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional.
Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak. Di saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia Eropa malah sebaliknya mengalami kebangkitan mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan-kemajuan Islam. Ilmu Pengetahuan dan filsafat tumbuh dengan subur di tempat-tempat orang Eropa. Akibatnya bila pola fikir tradisional yang berkembang di dunia Islam terus tertanam dan tumbuh subur, maka di tempat mereka di Eropa. Hal ini merupakan penyebab beralihnya secara drastis pusat pendidikan dari dunia Islam ke Eropa.[1]
Sejak awal berdirinya, kota  ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya, Philip K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual. Menurutnya, diantara kota-kota dunia, Baghdad merupakan profesor masyarakat islam.[2] Al-Manshur memerintahkan penerjemah buku-buku ilmiah dan kesusastran dari bahasa asing: India, Yunani lama, Bizantium, Persia, dan Syria.Para peminat ilmu dan dan kesusastraan segera berbondong-bondong datang ke kota itu.
Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada terjadi pada zaman pemerintahan Kholifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) Dan anaknya Al-Ma’mun (813-833 M). Dari kota inilah memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban Islam ke seluruh dunia. Prestise politik, supremasi ekonomi, dan aktivitas intelektual merupakan tiga keistimewaan kota ini.

    II.            PERMASALAHAN
a.       Sejarah Kota Baghdad
b.      Baghdad Sebagai Pusat Peradaban, Ilmu Pengetahuan Dan Aktivitas Perekonomian
c.       Kejatuhan Kota Baghdad
d.   Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Baghdad
e.       Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran

 III.            PEMBAHASAN

A.    Sejarah Kota Baghdad
Kota Baghdad didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, Al-Mansyur (754-755 M) pada tahun 762 M. Terletak dipinggir sungai Tigris. Beliau menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari lokasi Baghdad, ada beberapa yang diperintahkan mereka tinggal didaerah tersebut untuk mengatahui keadaan udara, tanah, dan lingkungan. Kota ini berbentuk bundar, dan sekelilingnya di bangun tembok yang besar dan tinggi. Di luar dinding tembok, digali parit besar yangberfungsi sebaga saluran air dan sekaligus sebagai benteng. Di kota ini,terdapat istana di pusat kota, asrama pegawai, rumah kepala polisi, dan rumah keluarga khalifah. Istananya bernama Qasruzzabad yang memiliki luas 160 ribu hasta persegi. Dibuat sangat indah dengan membujur empat jalan utama ke luar kota. Di kiri kanan jalan, dibuat gedung bertingkat. Di luar Kota Baghdad, dibangun kota satelit, seperti Rushafah dan Karakh. Kedua kota tersebut dilengkapi dengan kantor, toko-toko, rumah,taman, kolam, dan lainnya. Karena itu, Kota Baghdad menjadi kota impian seluruh dunia.[3]
 Semula kota ini diberi nama Madinatus Salam (kota perdamaian), lalu dirubah menjadi Baghdad yang berarti kota anugrah Tuhan (given by god). Dalam pembangunan kota ini, khalifah memperkerjakan ahli-ahli bangunan yang terdiri dari arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli pahat ahli lukis dan lain-lain yang didatangkan dari Syria, Mosul, Basrah, dan Kufah. Jumlah mereka sekitar 100,000 orang dipimpin oleh Hajjaj bin Artha dan Amran bin Waddlah.
Kota yang pembangunannya memakan waktu 4 tahun ini berbentuk bundar yang dikelilingi tembok besar dan tinggi. Di luar tembok digali parit yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng pertahanan. Kota ini memiliki empat pintu gerbang,yaitu : Bab Al-Kufah terletak disebelah barat daya, Bab Al-Syam di Barat laut, Bab Al-Basrah di Tenggara dan Bab Al-Khurasan di Timur laut. Di antara masing-masing pintu gerbang ini dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal yang bertugas mengawasi kedaan di luar kota. Di atas setiap pintu gerbang dibangun tempat peristirahatan yang dihiasi lukisan indah dan mengagumkan.
Di tengah-tengah kota Bagdad terletak istana Khalifah yang dibangun dengan pola arsitektur Persia. Istana ini dikenal dengan nama” Al-Qashr Al-Dzahab” (Istana emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, ruang pengawal istana, kantor polisi dan puri-puri tempat tinggal keluarga khalifah. Di sekitar istana dibangun pusat pembelanjaan dan jalan raya yang menghubungkannya dengan pintu-pintu gerbang kota. Di samping itu, di pinggir kota Bagdad dibangun kota-kota satelit, seperti Rushafah dan Karakh lengkap dengan sarana perkantoran, perumahan, pusat pembelanjaan, taman dan kolam renang.[4]

B.     Baghdad Sebagai Pusat Peradaban, Ilmu Pengetahuan Dan Aktivitas Perekonomian
Sejak awal berdirinya, kota Baghdad sudah menjadi pusat pera­daban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Khalifah Al-Manshur memerintahkan penterjemahan buku-buku ilmiah dan karya sastra dari berbagai negara besar pada masa itu. Para peminat ilmu dan kesusasteraanpun diundang ke Baghdad. Itulah sebabnya kota ini dikenal sebagai kota inetelektual dan merupakan profesor masyarakat Islam.
Sepeninggal Al-Manshur, Kota Baghdad berkembang pesat karena peranannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Khali­fah Harun Al-Rasyid dan Khalifah Al-Makmun, Kota Bagdad mencapai puncak kemajuan (zaman keemasan). Ketika iitu Bagdad menjadi pusat peradaban dan kebudayaan tertinggi di dunia.
Prestise politik, supermasi ekonomi dan aktifitas intelektu­al merupakan tiga keistimewaan kota ini. Ilmu pengetahuan dan kesusasteraan berkembang sangat pesat. Banyak buku-buku ilmu pengetahuan dan kesusasteraan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dikembangkan oleh para sarjana muslim. Di antaranya adalah :
1.    Dari India banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu obat-obatan. ilmu hisab (hitung), astronomi. musik dan kesusateraan.
2.    Dari Persia, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu astronomi, hukum, sejarah, musik dan kesusasteraan.
3.    Dari Yunani, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan filsafat, mantiq, tatanegara (politik) dan astronomi.
4.    Dari Mesir, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu kimia, dan anatomi (biologi).
5.    Dari Kaldani, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu pertanian.
Dalam bidang ekonomi perkembanganya berjalan seiring dengan perkembamgan politik. Pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun, perdagangan dan industri berkembang pesat. Kehidupan ekonomi kota ini didukung oleh tiga buah pelabuhan yanng ramai dikunjungi para Kholifah dagang internasional (Cina, India, Asia tengah, Syria, Persia, Mesir, dan negri Afrika lainnya), dua di Bashrah Dan Sirat di Teluk Persia.[5]
Sebagai sentral aktifitas keilmuan, Khalifah Al-Makmun mendirikan perpustakaan besar yang diberi nama Baitul Hikmah. Di tempat ini para ulama dan ilmuwan berdiskusi dan melakukan ka­jian-kajian keagamaan maupun keilmuan. Di antara anggota majelis ilmuwan yang aktif di Baitul Hikmah adalah :
1.    Bacht Yesyu’, seorang pakar ketabiban yang berasal dari Ger­grius.
2.    Hunain bin Ishaq Al-Ibadi dan dua orang anaknya, Daud bin Hunain dan Ishaq bin Hunain yang banyak menterjemahkan buku-buku filsafat dan ketabiban dari Yunani.
3.    Al-Hajjaj bin Mathar yang pernah berhasil menterjemahkan buku Al-Magest karya Ptolemius.
4.    Tsabit bin Qurrah yang banyak menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari Yunani, seperti matematika, astronomi, termasuk buku-buku karya Archimides.
5.    Mankah Al-Hindi yang menterjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa Sansekerta (India), terutama yang berhubungan dengan ilmu ketabiban.
6.    Abu Yahya Al-Bithriq yang banyak menterjemahkan buku-buku dari Yunani, seperti Quadripalitum karya ptolemius, Elementa Al Magest karya Euclides dan buku-buku karangan Galen, Hipocrates dan lain-lain.
Di samping itu, banyak didirikan akademi, sekolah tinggi dan madrasah. Di antaranya adalah perguruan Nidhamiyah yang didirikan oleh perdana menteri Nidhamul Muluk dan perguruan Mustanshiriyah yang didirikan oleh Khalifah Al-Mustanshir Billah. Madrasah Abu Hanifah dan Madrasah Al-Bashiriyah. Sebagian besar Madrasah di Bagdad mengajarkan fiqih satu madzhab, kecuali Madrasah Mus­tanshiriyah dan Al-Bashiriyah yang mengajarkan empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali).
Dalam bidang sastra, kota Baghdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari orang. Diantara karya sastra yang terkenal ialah Alf Lailah wa Lailah, atau kisah seribu malam. Dikota Baghdad ini, lahir dan muncul para saintis, ulama, filosof, dan sastrawan  Islam yang tarkenal, seperti al-Khawarizin (ahli astronomi dan matematika, penemu ilmu aljabar), al-kindi (filosof Arab pertama), al-Razi (filosof ahli fisika dan kedokteran), al-Farabi (filosof besar yang dijiluki dengan al-Mu’alim al-Tsani, guru kedua setelah Aristoteles), tiga pendiri mazhab hukum Islam (Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal), Al-Ghazali (filosof, teolog, dan sufi besar dalam Islam yang dijuluki dengan Hujjah al-Islam), Abd Al-Qadir Al-Jilani (pendiri tarekat qadiriyyah) Ibn Muqafa’ (sastarawan besar), dan lain-lain.[6]
Selaras dengan stabilitas politik Abbasiyah, perekonomian berkembang dengan pesat, terutama dalam bidang perdagangan dan industri. Perkembangan di bidang perekonomian ini didukung oleh pelabuhan dagang di Basrah dan Sirat di Teluk Persia yang banyak dikunjungi para pedagang dari Cina, India, Asia Tengah, Syria, Mesir dan negeri-negeri Afrika lainnya. Kota Bagdad ketika itu menjadi pusat perdagangan internasional dan menjadi tempat inter­aksi antar bangsa tanpa melihat perbedaan agama dan unsur kebang­saan.

C.          Kejatuhan Kota Baghdad
Jatuhnya kota Baghdad di tangan Hulagu Khan pada tahun 1250 M. bukan saja pertanda yang awal dari berakhirnya supremasi Khilafah Abbasyiyah dalam dominasi politiknya, tetapi berdampak sangat luas bagi perjalanan sejarah umat Islam. Karena ini merupakan titik awal kemunduran umat Islam dibidang politik dan peradaban Islam yang selama berabad-abad lamanyamenjadi kebanggaan umat. Namun selain penyerangan itu, ada faktor-faktor lain juga yangmenyebabkan jatuhnya Baghdad, di antaranya:
1.              Adanya persaingan tidak sehat antara beberapa bangsa yangterhimpun dalam Daulah Abbasyiah, terutama Arab, Persia dan Yurki.
2.              Adanya konflik aliran pemikiran dalam Islam yang seringmenyebabkan timbulnya konflik berdarah.
3.              Munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri darikekuasaan pusat di Baghdad.
4.              Kemerosotan ekonomi.
Umat Islam agar selalu dapat berpacu dan mengembangkan diri harus selalu melakukan inovasi serta berkreativitas supaya dapat mencapai keutuhan dan kesempurnaan hidup. Hal ini setidaknya telah menjadi perhatian para penguasa atau khalifah pada masa-masa jayanya islam yang terletak pada kekuasaan Daulah Abbasiyah, segenap kemampuan dan perhatian dicurahkan untuk membangun sebuah peradaban, dengan dijadikannya Bagdad sebagai pusat ibu kota pemerintahan yang didalamnyaberdiri istana dan bangunan yang megah dengan seni bangunan arab Persia pada masa itu.[7]


D.  Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Baghdad
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam, menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan di timur dan barat dunia island tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan diseluruh dunia Islam, terutama dalam bidang intelektual dan material, tetapi tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan batin dan spiritual. Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut. Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpinbangsa Mongol di kemudian hari.[8]
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan tetapi, merekasangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnyaAlyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban/yang sama dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kelompok besar dan kecil, seribu,dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami kemajuan pesat dibidang militer.
Semua kemegahan, keindahan, dan kehebatan kota Baghdad yang dibangun pertama kali oleh Khlifah Al-Manshur itu sekarang hanya tinggal kenangan. Semuanya seolah-olah hanyut dibawa arus sungai Trigis, setelah kota ini dibumi hanguskan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Huklagu Khan tahun 1258 M. Semua bangunan kota, termaksud istana emas tersebut dihancurkan. Pasukan Mongol itu juga meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang ilmu dan membakar buku-buku yang terdapat di dalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk,dan tahun 1580 M oleh tentara kerajaan Safawi. Kota Baghdad, ibu kota Irak sekarang, memang mengambil yang sama, tetapi ia sama sekali tidak  mencerminkan kemajuan Baghdad lama.[9]

E.     Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan Islam kala itu, menandai runtuhnya sendi-sendipendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikandan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari pusat pendidikan Islamtersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia Islamterutama dalam bidang intelektual dan material, tetapi dalam kehidupan batin dan spiritual.[10]
Adapun untuk lebih jelasnya, kami akan memaparkan kondisi pendidikan Islam pada masa ini: Kurangnya perhatian para pemimpin (Khalifah) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan ulama. Sehingga perkembangan intelektual agak tersendat-sendat. Para pemimpin terlalu sibuk memikirkan pemerintahan.
Terbakarnya perpustakaan serta lembaga pendidikan yang ada, menyebabkan banyaknya khazanah intelektual Islam yang hilang dan hangus terbakar. Suasana gelap dan mencekam yang dialami oleh dunia Islam benar-benar memprihatinkan. Dan pada saat yang bersamaan, bangsa Eropa justru sedang mencapai kejayaan sebagai pengaruh dari berkembangnya paham Renaissance, dan sibuk melakukan misi penjajahan ke negara-negara Islam. Oleh karena itu, banyak umat Islam yang frustasi dan akhirnya berusaha menjauhi kehidupan duniawi, termasuk meninggalkan kehidupan intelektual. Mereka lebih memilih menutup diri dan menjalani kehidupan sebagai seorang sufi. Akhirnya perkembangan ilmu pendidikan menjadi berhenti. Kehidupan sufi berkembang pesat. Madrasah madrasah yang ada berkembang menjadi Zawiyat-zawiyat untuk mengadakan riyadhah dibawah bimbingan dan otoritas seorang Syaikh yang akhirnya berkembang menjadi lembaga tarekat. Dan di madrasah-madrasah yang masih tersisa itu, hampir seluruh kurikulum diisi dengan karya-karya sufistik.[11]
Berkembangnya praktek bid’ah dan khurafat. Hal itu ditandai dengan banyaknya umat Islam yang mengkultuskan posisi seorang Syaikh dalam suatu tarekat. Sampai-sampai ada yang berdoa minta di kuburan seorang syaikh.
Dalam bidang fikih, yang terjadi adalah berkembangnya taklid buta dikalangan umat. Dengan sikap hidup yang statis itu, tidak ada penemuan-penemuan baru dalam bidang fikih. Apa yang sudah ada dalam kitab-kitab lama dianggap sebagai sesuatu yang baku, mantap, benar, dan harus diikuti serta dilaksanakan sebagaimana adanya. Sehingga memunculkan pendapat bahwa “pintu ijtihad sudah tertutup”.[12]

 
 IV.            KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab utama dari mundurnya dunia pendidikan Islam ditandai dengan runtuhnya Baghdad selaku ibukota Daulah Abbasyiah ke tangan bangsa Mongol. Hal itu pun menyebabkan seluruh dunia Islam juga mengalami kemunduran. Karena Baghdad pada saat itu berfungsi sebagai kiblat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kemudian disebabkan oleh kondisi itu, banyak umat Islam yang frustasi akibatnya mereka memilih menjalani kehidupan sebagai seorang sufi, dan berusaha meninggalkan kehidupan intelektual. Mereka yang semula bersifat kritis dan dinamis, kontras berubah menjadi statis.
Dan dari sikap itu,berkembang menjadi taklid buta kepada ulama, karena bagi mereka pintu ijtihad telah tertutup. Namun di belahan bumi yang lain ternyata bangsa Eropa justru sedang mengalami kemajuan yang pesat diakibatkan oleh berkembangnya paham Renaissance (membangun kembali). Mereka telah berhasil keluar dari dominasi doktrin gereja yang terjadi pada masa Scholastik (Abad Pertengahan).Oleh karena itu, jika umat Islam ingin maju maka umat Islam haruskembali kepada ajaran al-Quran dan Sunnah.Umat Islam juga harus bersikapkritis dan merdeka. Dan dari kejadian inilah muncullah ungkapan. Umat Islam maju karenadekat dengan agamanya, sedangkan umat Kristen maju karena jauh dari agamanya.


    V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya sampaikan. Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya.
Dan akhirnya pemakalah mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemkalah sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya dalam kehidupan ini. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

  1. http://yusufrahman.blogdetik.com/2009/02/08/menelusuri-jejak-kota-baghdad/ 
2.      K. Hitti, Philip, Capital Cities Of Arab Islam, (Minneapollis: University Of  Minnesota Press, 1973)
  1. Nata, Abudin. Sejarah Pendidikan Islam-Periode Klasik & Pertengahan. ( Jakarta: Rajawali Press.2004)
  2. Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejek Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia.(Jakarta : Kencana. 2007),
5.      Syalabi, Prof, Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Alhusna Zikra,
  1. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Rajawali Pers. 2006)
  2. Zuhairi, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)




[1]Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejek Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia.(Jakarta : Kencana. 2007), Hlm 77
[2] Philip K. Hitti, Capital Cities Of Arab Islam, (Minneapollis: University Of  Minnesota Press, 1973) Hlm 85
[3] Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:Rajawali Pers. 2006) Hlm 277
[4] Syalabi, Prof, Dr, Sejarah dan Kebudayaan Islam 3, Alhusna Zikra, Hal 186
[5] Op. Cit. Badri Yatim. Hlm 280
[6] Op. Cit. Badri Yatim. Hlm 279
[7] http://yusufrahman.blogdetik.com/2009/02/08/menelusuri-jejak-kota-baghdad/ 

[8]Abudin Nata. Sejarah Pendidikan Islam-Periode Klasik & Pertengahan. ( Jakarta : RajawaliPress.2004) Hlm 56
[9] Op. Cit. Badri Yatim. Hlm 281
[10] Zuhairi, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997) Hlm 111
[11] Op. Cit. Samsul Nizar, Hlm. 179
[12] Log. Cit.

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...