A.
TAHAP PRA INTERAKSI
o
Data
Tentang Pasien
Nama Pasien : Sri Purwati
Jenis Kelamin :
Perempuan
Usia : +
57 Tahun
Alamat : Sapta
Marga, Semarang
Agama :
ISLAM
Jenis Penyakit : Asam
Urat, Kolestrol Tinggi, Stroke
Lama Inap : 1
Minggu
Lama Menderita : Asam Urat, Kolestrol Tinggi Sekitar 2
Tahun dan Stroke sekitar 2 Bulan
Tentang Pasien : Pasien ini sudah lama menderita penyakit
asam urat dan kolestrol tinggi sekitar 2
tahun. 2 tahun yang lalu, pasien ini sudah pernah berada di Rumah Sakit ini
dengan penyakit asam urat dan kolestrol tinggi. Menginap selama + 5 hari
dan selebihnya hanya kontrol dan rawat jalan. Dan kini kembali menginap di
Rumah Sakit dikarenakan stroke. Stroke yang dialami pasien berawal dari pasien
mendengar berita kematian anak pertamanya yang meninggal dikarenakan hipertensi
setalah melahirkan anak pertama (cucu dari pasien). Kemudian dilihat dari sikap
keluarga pasien (suami, anak, dan menantu) tampak terlalu sibuk dan jarang
menemani pasien.
o
Eksplorasi
Perasaan Pasien
Pasien ini
mengalami kesedihan yang berlarut-larut (depresi) karena kematian anaknya
tersebut. Pasien ini juga nampak butuh perhatian orang-orang disekitarnya.
o
Rencana
Pertemuan Dengan Pasien
Pertemuan
antara petugas Rohis dengan pasien adalah saat waktu berkunjung petugas Rohis
dengan pasien pasien di Rumah Sakit.
B. TAHAP ORIENTASI
Tahap orientasi dilaksanakan pada
awal pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan tahap orientasi adalah mengevaluasi
kondisi pasien, memvalidasi rencana yang telah Perawat buat sesuai dengan
keadaan pasien saat ini dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya
dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama pasien.
a. Memberi
salam
Assalamu’alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam Tuti.
b.
Memvalidasi dan mengevaluasi keadaan
pasien
Bagaimana perasaan Tuti hari ini?atau Coba Tuti
ceritakan perasaannya hari ini!
C.
TAHAP KERJA
Dalam tahap
kerja ini rohis mendasarkan pada teori perbandingan sosial. Festinger
menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi
dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya
kebutuhan untuk menilai diri sendiri (self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat
dipenuhi dengan membandingkan diri dengan orang lain.
Masing-masing
orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya
melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini disebut sebagai
perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak
pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka meraka akan mengevaluasi diri mereka
melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses
otomatis dan spontan terjadi. Umumnya motif yang dilakukan manusia dalam
melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri,
memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri.
Manusia dalam
melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut :
·
Persamaan
(similarity hypothesis) : artinya manusia melakukan perbandingan dengan
orang-orang yang sama dengan dirinya (laterla comparison) atau yang sedikit
lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi lebih baik.
·
Dikaitkan
dengam atribut (related atribut hypothesis) : artinya manusia melakukan
perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang sama
·
Downward
comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk
dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari perasaan yang lebih baik atau
mengabsahkan diri sendiri (self validating). Disini muncul dalil bahwa manusia
kadang tidak objektif dalam melakukan perbandingan sosial. (Sarwono, 2004: 102)
·
Hari
Pertama (Orientasi)
PELAKU
|
VERBAL
|
NON VERBAL
|
ROHIS
|
Assalamu’alaikum Bu Purwati.
|
Ramah, Masuk dalam ruangan dan berjalan mendekati pasien yang
posisinya sedang berbaring miring
|
PASIEN
|
Wa’alaikumussalam
|
Tanpa Ekspresi dan tanpa merubah posisi tidurnya.
|
ROHIS
|
Bu, saya Rara. Petugas Rohis di Rumah Sakit ini. Kedatangan saya
ingin membantu ibu dan pasien yang lain. Tugas saya juga mendoakan orang yang
sedang sakit.
|
Sedikit merunduk ke arah pasien.
|
PASIEN
|
|
Masih tanpa ekspresi dan tidak menjawab
|
ROHIS
|
Apakah ibu berkenan jika saya berada disini membantu untuk proses
penyembuhan ibu?
|
|
PASIEN
|
Oh iya mbak.
|
|
ROHIS
|
Apa yang sedang ibu rasakan sekarang?
|
|
PASIEN
|
Sakit
|
Sambil menggerak-gerakan kakinya ke ranjang.
|
ROHIS
|
Ooh. Sebelah sini ya bu sakitnya..
|
Memegang kaki pasien smbil sedikit memijit kakinya.
|
PASIEN
|
Heem mbak
|
Masih menggerak-gerakkan kakinya menggambarkan bahwa kakinya
sakit.
|
·
Hari
Pertama (Tahap Kerja)
PELAKU
|
VERBAL
|
NON VERBAL
|
ROHIS
|
Ini sakitnya
Cuma sebentar bu, gak akan lama. Obatnya diminum terus kan bu?
|
|
PASIEN
|
|
Mengangguk
|
ROHIS
|
Bagus itu bu.
Jangan sampai telat ya bu. Kalau ibu rajin minum obat, nanti sakitnya pasti
kapok deketin ibu lagi. Nah, ibu juga harus yakin pasti sembuh. Berdoa sama
Allah. Allah pasti akan bantu ibu.
|
Memotivasi
pasien, masih sambil memijit kaki pasien
|
PASIEN
|
Iya mbak.
|
Mengangguk
|
ROHIS
|
Nah, coba
sekarang sambil digerak-gerakan kakinya bu.
|
|
PASIEN
|
Sakit mbak.
|
|
ROHIS
|
Ya sudah
kalau begitu, nanti kalau sudah berkurang sakitnya sambil digerakkan kakinya
ya bu, agar tidak kaku.
|
|
PASIEN
|
Iya mbak.
|
|
ROHIS
|
Sekarang
sambil saya doakan ya bu. Ibu mau berdoa dengan saya?
|
|
PASIEN
|
Saya gak bisa
berdoa mbak.
|
Agak terbata.
|
ROHIS
|
Gak papa bu,
doa dalam hati saja nanti sebisa ibu, sekarang coba baca أسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمِ, cukup itu saja bu. Insya Allah sakitnya
cepat hilang.
|
|
PASIEN
|
Aaass ttaaag
|
|
ROHIS
|
Saya bantu ya
bu, أسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ
|
|
PASIEN
|
أسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ
|
Sambil
terbata-bata
|
ROHIS
|
Sekarang kita
baca sama-sama ya bu, أسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ
|
Membaca
bersama pasien
|
PASIEN
|
أسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ
|
|
ROHIS
|
Nah, sekarang
ibu sambil membaca istighfar, saya akan membacakan doa untuk ibu agar cepat
sembuh.
|
|
Kemudian Rohis membacakan surat Al Ikhlas, Al
Falaq, An Naas, dan Al Faatihah Kemudian ditiupkan ke
telapak tangan dan diusapkan ke kaki pasien.
|
||
PASIEN
|
أسْتَغْفِرُاللهَ
الْعَظِيْمِ
|
|
ROHIS
|
Sudah bu,
nanti jangan lupa kalau sudah tidak terlalu sakit digerakkan kakinya, obatnya
diminum terus ya bu, istighfarnya juga sering dibaca.
|
Mengelus bahu
pasien
|
PASIEN
|
Iya mbak,
makasih ya mbak
|
|
ROHIS
|
Sama-sama bu,
kalau begitu saya pamit dulu ya bu. Assalamu’alaikum.
|
|
PASIEN
|
Wa’alaikumussalam
|
|
·
Hari
Kedua (Orientasi)
PELAKU
|
VERBAL
|
NON VERBAL
|
ROHIS
|
Assalamu’alaikum
Bu Purwati
|
Ramah, Masuk dalam ruangan dan berjalan mendekati pasien yang
posisinya sedang berbaring miring
|
PASIEN
|
Wa’alaikumussalam
|
Agak merubah posisi tidurnya.
|
ROHIS
|
Saya Rara bu,
masih ingat saya kan bu?
|
Ramah
|
PASIEN
|
Oh, iya mbak
Rara.
|
Tersenyum
|
ROHIS
|
Bagaimana
keadaan ibu saat ini? Masih seperti kemaren atau sudah ada sedikit perubahan?
|
|
PASIEN
|
Alhamdulillah
mbak, sudah berkurang sedikit. Tapi ya masih sakit.
|
Agak merintih
|
ROHIS
|
Bertahap ya
bu, ibu kan orangnya sabar, pasti akan lekas sembuh.
|
Memotivasi
|
PASIEN
|
Iya mbak,
saya juga berdoa.
|
|
ROHIS
|
Alhamdulillah.
saya senang sekali mendengarnya. Semoga Allah mendengar doa ibu yah.
|
|
·
Hari
Kedua (Tahap Kerja)
PELAKU
|
VERBAL
|
NON VERBAL
|
ROHIS
|
Bu, berbagai
penyakit itu bisa disembuhkan dengan sholat dan berdzikir kepada Allah.
Banyak orang yang sakitnya lebih parah dari ibu, namun karena semangat untuk
sembuhnya tinggi, kemudian mereka sholat dan berzikir. akhirnya sembuh total
dan bisa bekerja kembali.
|
Pelan,
penerapan teori perbandingan sosial.
|
PASIEN
|
Apa iya mbak?
|
Seperti tidak
percaya.
|
ROHIS
|
Iya bu,
ketika mereka sakit, sholatnya dengan berbaring, nah, ibu sekarang sudah
sholat dzuhur belum? Kalau belum biar saya bantu sholatnya.
|
Mengajak
|
PASIEN
|
Belum mbak,
sudah lupa cara sholat. Lama gaak sholat.
|
|
ROHIS
|
Tapi ibu mau
sholat kan bu pastinya?
|
Memperjelas
|
PASIEN
|
Iya mbak,
tapi gimana sholatnya. Gak bisa sholat.
|
Agak pesimis
|
ROHIS
|
Pasti nanti
juga bisa. Ibu kan sudah punya niatan yang bagus. Nanti saya bantu bu, saya
beri bacaan sholat juga. bagaimana?
|
|
PASIEN
|
Iya mbak, mau
sholat.
|
|
ROHIS
|
Saya bantu
tayamum ya bu.
|
|
PASIEN
|
|
Bertayamum
|
ROHIS
|
Sekarang ibu
sholat dengan membaca bacaan ini ya bu.
|
|
PASIEN
|
Apa boleh
mbak.?
|
|
ROHIS
|
Boleh saja
bu, yang gak boleh kalau tidak sholat.
|
|
Kemudian
setelah pasien sholat, Rohis memberi lembaran doa kepada pasien dan mengajak
pasien berdoa bersama Rohis.
|
||
ROHIS
|
Bu, ini saya
beri lembaran doa. Sekarang kita doa bersama-sama ya bu. Nanti ibu bisa baca
sendiri sewaktu-waktu.
|
|
PASIEN
|
Iya mbak
|
|
·
Hari
Ketiga (Orientasi)
PELAKU
|
VERBAL
|
NON VERBAL
|
ROHIS
|
Assalamu’alaikum
Bu Pur.
|
Ramah, Masuk dalam ruangan dan berjalan mendekati pasien yang
posisinya sedang berbaring miring
|
PASIEN
|
Wa’alaikumussalam,
Mbak Rara ya,.
|
Menyambut
ramah dengan senyuman.
|
ROHIS
|
Iya bu, wah
ibu sudah kenal suara saya rupanya. Bagaimana keadaan ibu saat ini?
Kelihatannya semakin membaik.
|
|
PASIEN
|
Alhamdulillah
mbak, tapi kakinya masih sulit digerakkan.
|
|
ROHIS
|
Jangan
khawatir bu, nanti kalau sudah bisa digerakkan, ibu bisa mengalahkan atlet
pelari nasional loh.
|
Memotivasi
dengan humor
|
PASIEN
|
Ah, mbak ini
bisa saja.
|
|
·
Hari
Ketiga (Tahap Kerja)
PELAKU
|
VERBAL
|
NON VERBAL
|
ROHIS
|
Tadi yang
nungguin anak perempuannya ya bu.
|
|
PASIEN
|
Iya mbak,
menantu. Anak perempuan saya sudah meninggal.
|
Menangis
|
ROHIS
|
Innalillahi.
Saya turut berduka bu. Ibu yang sabar ya. Kita doakan agar anak ibu diterima
disisi Allah. Amin.
|
Mengelus bahu
pasien
|
PASIEN
|
|
|
ROHIS
|
Sabar ya bu.
Allah punya rencana lain dibalik kejadian ini. Nanti ibu akan dipertemukan
disurga dengan anak ibu. Amin. Itu jauh lebih enak, indah, dan kekal bu.
|
|
PASIEN
|
Amin mbak. Makasih
mbak makasih
|
|
ROHIS
|
Sama sama bu,
ibu jangan sedih ya ibu berdoa saja pada Allah
|
|
PASIEN
|
Anak saya
menikah dengan orang Sukabumi mbak. Dari keluarga laki-laki gak boleh pulang.
|
|
ROHIS
|
Iya bu, saya
mengerti dan bisa merasakan ibu dengan
anak ibu. Lalu bagaimana bu?
|
|
PASIEN
|
Anak saya
hamil dan melahirkan cucu laki-laki. Seminggu setelahnya meninggal karena
hipertensi. Saya belum pernah lihat cucu laki-laki saya mbak. Dibawa keluarga
laki-laki. Aku pingin gendong.
|
|
ROHIS
|
|
|
PASIEN
|
Aku pingin
gendong cucuku mbak
|
|
ROHIS
|
Iya bu. Nanti
kalau ibu sembuh pasti bisa. Ibu sekarang berusaha untuk sembuh dulu biar
bisa ketemu cucu ibu.
|
|
PASIEN
|
Ketemu gimana
mbak? Apa bisa?
|
|
ROHIS
|
Pasti bisa
bu. Ibu yakin kan pada Allah, kalau ibu nanti sembuh, nanti di komunikasikan
dengan besan ibu. Mana mungkin mereka membiarkan ketulusan dan keinginan ibu?
|
|
PASIEN
|
|
|
ROHIS
|
Sekarang
harus semangat untuk sembuh ya bu.
|
|
PASIEN
|
Iya mbak.
|
|
ROHIS
|
Sekarang kita
berdoa ya bu.
|
|
PASIEN
|
Iya mbak.
|
|
D.
TAHAP TERMINASI
·
Evaluasi
Evaluasi pada hari pertama kunjungan pasien, pada awalnya pasien
tidak terbuka dengan Rohis. Pasien merasakan betapa sakit kakinya. Dan Rohis
memberi motivasi kepada pasien serta mendoakan pasien agar cepat sembuh. Dari perhatian yang rohis berikan, pasien
mulai membuka dirinya. Dengan sikap pasien yang sudah membuka dirinya dengan
Rohis, rohis merasa telah dipercaya dan harus menjaga kepercayaan yang telah
diberikan oleh pasien.
Pada hari kedua, Rohis kembali datang dan menanyakan keadaan
pasien, pasien nampak senang dengan kedatangan Rohis. Pada hari yang kedua
Rohis mulai mengajak pasien melakukan sholat meski sedang sakit. Awalnya pasien
nampak ragu, namun ia mau untuk melakukannya.
Dan pada hari ketiganya, pasien mau menceritakan hal yang membuat
dirinya sedih dan jatuh stroke. Dari sini, Rohis menjadi tahu apa yang menjadi
tahu bahwa pasien ini juga kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Rohis
pun keudian membei motivasi dan meyakinkan pasien bahwa segala masalahnya akan
dapat teratasi.
·
Kesimpulan
Setiap manusia pasti membutuhkan orang lain, dan naluri setiap
orang ingin dimengerti orang lain dan ingin diperhatikan oleh orang yang ada di
sekitarnya. Apalagi seorang pasien yang sedang menderita suatu penyakit. Dia
membutuhkan orang yang perhatian dan bisa menjadi semangat agar lekas sembuh.
Sakit yang di derita oleh seseorang akan cepat sembuh jika semangat dalam diri
pasien itu ada. Dan pasien yakin bahwa dirinya akan sembuh. Hal ini dapat
dijadikan sugesti untuk kesembuhan seseorang yang sakit.
Rohis sendiri harus bisa membaca situasi dan menyesuaikan diri
dengan pasiennya. Apabila rohis sudah mampu menyesuikan diri dengan pasiennya
dan pasien tersebut merasa nyaman, maka hal ini akan menjadi kedekatan dan
hubungan komunikasi yang baik. Ini juga akan mempermudah rohis dalam
pekerjaannya membantu proses penyembuhan pasien.
E.
PENUTUP
Demikianlah rangkaian interaksi yang
dapat saya sampaikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan tulisan
ini dan selanjutnya.
Dan akhirnya penulis mohon maaf
apabila terdapat banyak kesalahan, baik dalam sistematika penulisan, isi dalam
pembahasan maupun dalam hal penyampaian materi. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umunya
dalam kehidupan ini. Amin.
Ayo bosku Semuanya,
ReplyDeleteYuk iseng bermain game untuk mendapatkan uang tambahan setiap harinya Hanya di arena-domino.vip
Modal Kecil Dapat Puluhan Juta ^^
Bareng saya dan teman-temanku yang cantik-cantik loh !
Info Situs www.arena-domino.vip
yukk di add WA : +855964967353