Tuesday, February 25, 2014

PERAN PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH SUKOREJO KENDAL DALAM DAKWAH DEMONSTRATIF KARYA TULIS SANTRI



PERAN PONDOK PESANTREN DARUL AMANAH SUKOREJO KENDAL DALAM DAKWAH DEMONSTRATIF KARYA TULIS SANTRI

I.       PENDAHULUAN
Dakwah sebagai sebuah realitas, eksistensinya tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun. Aktivitas dakwah pada hakikatnya sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan yang merugikan, karenanya kegiatan dakwah merupakan kerja dan karya besar manusia, baik secara individual maupun kelompok yang dipersembahkan untuk Tuhan dan sesamanya dalam rangka menegakkan keadilan, meningkatkan kesejahteraan, menyuburkan persaudaraan dan kebersamaan, serta mencapai kebahagiaan baik di dunia kini maupun di akhirat kelak.
Bersumber pada al-Qur’an sebagai kitab dakwah, Sunnah Nabi sebagai penjelas kitab dakwah, dan produk ijtihad para waratsah al-anbiya, dipahami bahwa dakwah merupakan kewajiban setiap muslim sebagai upaya transmisi, transformasi, difusi dan internalisasi ajaran Islam kepada umat manusia. Proses kerja dan karya besar manusia (dakwah) ini dalam implementasinya melibatkan unsur subyek (da’i), pesan (maudhu), metode (ushlub), media (washilah), dan obyek (mad’u) dan dana bertujuan untuk mewujudkan kehidupan individu dan kelompok yang adil, sejahtera, persaduaraan, kebersamaan, selamat dan bahagia dan memperoleh ridha Allah.[1]
Berdasarkan sumber dakwah agama Islam, diantara bentuk dakwah dari sisi cara penyampaian terbagi menjadi dua bentuk yaitu bi ahsani qawl (dakwah menggunakan media lisan) dan bi ahsani ‘amal (dakwah melalui peerbuatan) dalam menyampaikan ajaran agama islam bagi umat manusia.[2]
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Q. S. Fushshilat:33)
Metode dakwah bi ahsani qawl sendiri terbagi dalam bentuk kegiatan dakwahnya melalui tabligh dan irsyad. Tabligh memiliki beberapa metode utama yaitu: pertama, khithabah yaitu penyampaian dan penyebarluasan ajaran melalui bahasa lisan; kedua, khitabah yaitu penyampaian dan penyebarluasan ajaran melalui bahasa tulisan; dan ketiga i’lâm, yaitu proses penyiaran dan penyebarluasan ajaran Islam, baik secara lisan maupun tulisan dengan cara menggunakan media bail cetak maupun elektronik.

II.    PEMBAHASAN
A.    Mengenal Pondok Pesantren
Untuk memberi definisi sebuah pondok pesantren, harus kita melihat makna perkataannya. Kata pondok berarti tempat yang dipakai untuk makan dan istirahat. Istilah pondok dalam konteks dunia pesantren berasal dari pengertian asrama-asrama bagi para santri. Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.[3] Maka pondok pesantren adalah asrama tempat tinggal para santri. Menurut Wahid, “pondok pesantren mirip dengan akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas.”[4]
Sekarang di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatra Barat, dan pondok pesantren di Jawa.[5] Pondok pesantren di Jawa itu membentuk banyak macam-macam jenis. Perbedaan jenis-jenis pondok pesantren di Jawa dapat dilihat dari segi ilmu yang diajarkan, jumlah santri, pola kepemimpinan atau perkembangan ilmu teknologi. Namun demikian, ada unsur-unsur pokok pesantren yang harus dimiliki setiap pondok pesantren. Unsur-unsur pokok pesantren, yaitu kyai. masjid, santri, pondok dan kitab Islam klasik (atau kitab kuning), adalah elemen unik yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.
a.       Kyai:
Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren.[6]
Istilah kyai bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan dari bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, perkataan kyai dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yaitu: (1) sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat; contohnya, “kyai garuda kencana” dipakai untuk sebutkan kereta emas yang ada di Kraton Yogyakarta; (2) gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya; (3) gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya.[7]
b.      Masjid:
Sangkut paut pendidikan Islam dan masjid sangat dekat dan erat dalam tradisi Islam di seluruh dunia. Dahulu, kaum muslimin selalu memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat lembaga pendidikan Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani,sosial dan politik, dan pendidikan Islam, masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap sebagai “tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, dan sembahyang Jumat, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.”[8] Biasanya yang pertama-tama didirikan oleh seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren adalah masjid. Masjid itu terletak dekat atau di belakang rumah kyai.
c.       Santri:
Santri merupakan unsur yang penting sekali dalam perkembangan sebuah pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren adalah bahwa harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau murid itu sudah menetap di rumah seorang alim, baru seorang alim itu bisa disebut kyai dan mulai membangun fasilitas yang lebih lengkap untuk pondoknya.
Santri biasanya terdiri dari dua kelompok, yaitu santri kalong dan santri mukim. Santri kalong merupakan bagian santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren. Santri kalong biasanya berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren jadi tidak keberatan kalau sering pergi pulang. Makna santri mukim ialah putera atau puteri yang menetap dalam pondok pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh. Pada masa lalu, kesempatan untuk pergi dan menetap di sebuah pesantren yang jauh merupakan suatu keistimewaan untuk santri karena dia harus penuh cita-cita, memiliki keberanian yang cukup dan siap menghadapi sendiri tantangan yang akan dialaminya di pesantren.[9]
d.      Pondok:
Definisi singkat istilah ‘pondok’ adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya .[10] Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan/atau lahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok.
Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem pendidikan di daerah Minangkabau yang disebut surau atau sistem yang digunakan di Afghanistan.[11]
e.       Kitab-Kitab Islam Klasik:
Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agam Islam dan Bahasa Arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab Islam klasik sering disebut kitab kuning oleh karena warna kertas edisi-edisi kitab kebanyakan berwarna kuning.
Menurut Dhofier,  “pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik…. merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren.”[12] Pada saat ini, kebanyakan pesantren telah mengambil pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab yang lebih mendalam dan tingkatan suatu pesantren bisa diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkan.[13]
Ada delapan macam bidang pengetahuan yang diajarkan dalam kitab-kitab Islam klasik, termasuk: 1.nahwu dan saraf (morfologi); 2.fiqh; 3.usul fiqh; 4.hadis; 5.tafsir; 6.tauhid; 7.tasawwuf dan etika; dan 8. cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Semua jenis kitab ini dapat digolongkan kedalam kelompok menurut tingkat ajarannya, misalnya: tingkat dasar, menengah dan lanjut. Kitab yang diajarkan di pesantren di Jawa pada umumnya sama.[14]

B.     Profil Singkat Pondok Pesantren Darul Amanah Sukorejo Kendal
Pondok Pesantren Darul Amanah adalah Filial Pesantren Darunnajah Jakarta, dan merupakan Pesantren Alumni Pondok Modern Gontor. Kurikulum Pendidikan yang diselenggarakan merupakan perpaduan antara Kurikulum Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan Nasional, Kurikulum Pm Gontor, dan Kurikulum Pesantren Salafi. Pondok Pesantren Darul Amanah Kabunan Ngadiwarno Sukorejo Kendal yang terlatak di atas tanah wakaf seluas 5 hektar di tepi Jalan raya jalur Provinsi Sukorejo-Pekalongan adalah Filial Pesantren Darunnajah Jakarta juga Pesantren Alumni Pondok Modern Gontor Jawa Timur satu-satunya di Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Pesantren yang berdiri pada tanggal 23 Mei 1990 ini dipimpin oleh seorang Kyai alumni PM. Gontor tahun 1975 dan alumni Pondok Pesantren Kedondong Mangkang Tahun 1969 dan pernah menjadi Kepala MTs Penawaja Pageruyung Kendal, beliau adalah KH. Mas'ud Abdul Qodir, Lahir di Kendal, 20 Juli 1949.
Pada awal berdirinya Pesantren Darul Amanah hanya menempati Tanah wakaf dari H. Sulaiman dan Ibu Hj. Aisyah Ngadiwarno seluas 6.000 m2, sejalan dengan bertambahnya waktu hingga ini telah berkembang dengan luas 4 hektar,  baik wakaf dair orang-perorang, maupun wakaf bersama. diawali dengan membuka sekolah formal berupa Madrasah Aliyah (MA) dengan membangun gedung permanen secara mandiri sebanyak 6 lokal yang diperuntukkan sebagai Ruang kelas, Kantor, sekaligus asrama bagi santri yang bermukim di Pesantren.
Pada tahun pelajaran awal yaitu 1990/1992 berhasil merekrut santri sebanyak 70 santri, dan sekarang pada tahun pelajaran 2010/2011, jumlah santri, baik MTs, MA, maupun SMK mencapai 1.416 santri, dengan menempati kampus seluas 2 hektar dari tanah keseluruhan 4 hektar.
C.    Metode Demonstrasi
Berdakwah dengan memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda atau peristiwa,bisa juga perbuatan dan sebagainya dapat dinamakan seorang da’I menggunakan cara atau metode Demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah , di mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu atau mengadakan pementasan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
Metode ini jarang pergunakan para da’I yang terdahulu, bahkan Rasullullah saw sering kali menggunakan metode demonstrasi ini. Sebagai mana dalam riwayat di terangkan Rasulllullah pernah di ajar oleh jibril, tentang sembahyang dengan metode demonstrasi atau dengan menampilkan contoh kaifiyah shalat kepada Rasullullah. Oleh karna itu Rasullullah mengambil tauladan jibril untuk mengajarkan shalat kepada sahabat-sahabatnya.
Metode Demonstrasi di gunakan apabila tujuan dakwah mengharapkan para objeknya dapat mengerjakan atau mengamalkan suatu pekerjaan dengan betul. Dengan kata lain metode demonstrasi di gunakan bila massa ingin mengetahui tentang:
a.       Bagaimana cara mengerjakannya.
b.      Bagaimana contoh yang benar dan yang salah.
c.       Bagaimana proses atau langkah-langkah sesuatu ibadah.
Selain itu metode Demonstrasi di gunakan sang da’I bila dia bertujuan:
a.       Untuk menghindari verbalisme, artinya dengan demonstrasi di harapkan masa tidak terjadi kesalah pahaman atau menjadi bingung.
b.      Untuk memudahkan berbagai penjelasan.
c.       Untuk lebih menarik perhatian masa.[15]

Kelebihan Metode Demonstrasi
Seperti metode-metode yang lain metode ini juga mempunyai kelemahan dan kekurangannya. Diantara kelebihan yang di milikinya adalah
a.       Metode ini memungkinkan masa dapat menghayati dengan penuh hati mengenai hal-hal baru yang menjadi stimulusnya.
b.      Lebih memusatkan perhatian masa kepada persoalan yang sedang di bahas.
c.       Mempunyai kesan yang awet dibandingkan dengan tanpa demonstrasi.
d.      Dimungkan mengurangi kesalah pahaman.
e.       Dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan dari keseluruhan persoalan yang di bahas, sebab masa menghayati langsung terhadap persoalan yang di bahas.

Kelemahan Metode Demonstrasi
a.       Metode demostrasi memerlukan waktu persiapan yang banyak dan memerlukan banyak pemikiran.
b.      Tidak wajar bila media tidak di amati secara seksama.
c.       Tidak semua hal dapat di demonstrasikan .
d.      Kurang efektif menggunakan metode demonstrasi, bila media kurang memadai dengan kebutuhan atau tujuan.
e.       Memerlukan keahlian khusus bagi para subjek (da’i)

D.    Dakwah Melalui Kitabah
Sesungguhnya sejak masa kelahiran, perkembangan dan kebangkitan Islam, dakwah melalui tulisan sudah dipandang Rasulullah SAW sebagai salah satu bentuk langkah dakwah yang efektif. Dakwah lewat jurnalistik sudah dimulai dan dikembangkan oleh Rasulullah SAW dengan pengiriman surat dakwah kepada kaisar, raja-raja, ataupun pemuka masyarakat yang ada. Bila setiap pembuat berita dapat disebut sebagai wartawan atau jurnalis, maka nama sahabat Nabi mulai Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thallib, Ibnu Umar, Aisyah ra ( Istri Nabi) dan banyak lagi tokoh muslim yang mempunyai aktivitas serupa, tentulah layak mendapat sebutansebagai wartawan.
Dari para sahabat, catatan aktivitas kenabian Rasulullah SAW diberikan kepada para tabiin. Para tabiin kemudian memberikan kepada perawi-perawi hadits. dengan kerjasama tersebut akhirnya lahirlah karya-karya jurnalistik islam yang terkenal, langgeng hingga akhir zaman. Banyak nama Jurnalistik kenamaan yang dapat disebut, seperti Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Hanafi, Abu Dawud, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Ibnu Rusd, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha.
Kitabah yaitu penyampaian dan penyebarluasan ajaran melalui bahasa tulisan. Pada implementasinya proses tabligh melalui tulisan dapat terbagi pada dua kategori, yaitu: pertama kitabah melalui media cetak, seperti: buku, novel, surat kabar, majalah, tabloid, dan jurnal; kedua khitabah melalui elektronik, seperti: blog, website, mailing list, sms, dan sebagainya. Tabligh melalui kitabah, dipandang efektif pada saat ini, sebab perkembangan teknologi informasi menjadi satu model peradaban tersendiri yang membawa hampir seluruh umat manusia terpesona olehnya. Perkembangan teknologi informasi menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para mubaligh yang memiliki tugas dan misi suci untuk menyebarkanluaskan nilai-nilai yang mengajak umat manusia ke arah persaudaraan, keadilan, kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan di dunia kini dan di akhierat kelak

E.     Aplikasi Dakwah Demonstrasi Karya Tulis Dalam Pondok Pesantren Darul Amanah
pondok pesantren darul amanah menggunakan dakwah demonstrasi dalam karya tulis santrinya. metode ini dibangun dalam organisasi santri yang bernama KISSDA (Komunitas Ilmiah dan Sastra Santri Darul Amanah). organisasi ini berdiri pada tahun 2008 dengan dipelopori ustadz yang juga penulis novel “Diary Hitam Putih” dan “Girl Makes Trouble” yang terbit pada tahun itu.
III.   KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA


1.      Arifin, Isep Zaenal. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikoterapi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
2.      Azra, Azyumardi, Prof.Dr.,  Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Penerbit Kalimah, Jakarta, 2001
3.      Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta, 1985
4.      Hasbullah, Drs., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,
5.      Munsy, Abdul Kadir,Metode Diskusi Dalam Dakwah, Surabaya: AL-Ikhlas, 1981
6.      Nur, Muhammad. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran, 2009.
7.      Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, LkiS, Yogyakarta, 2001




[1]Isep Zaenal Arifin. Bimbingan Penyuluhan Islam Pengembangan Dakwah Bimbingan Psikoterapi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Hal. 260

[2]Muhammad Nur. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran, 2009. Hal. 53

[3] Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3ES, Jakarta, 1985, Hal 18
[4] Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, LkiS, Yogyakarta, 2001, Hal 171
[5] Prof.Dr.Azyumardi Azra,  Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Penerbit Kalimah, Jakarta, 2001, Hal 70
[6] Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,hal 144

[7] Op. Cit., Dhofir, 1985, hal 55
[8] Op. Cit., Dhofir, 1985, hal 49
[9] Op. Cit., Dhofir, 1985, hal 52
[10] Op. Cit., Hasbullah, 1999, hal 142
[11] Op. Cit., Dhofir, 1985, hal 45
[12] Op. Cit., Dhofir, 1985, hal 50
[13] Op. Cit., Hasbullah, hal 144
[14] Op. Cit., Dhofir, 1985, hal 51
[15]Abdul Kadir Munsy,Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya: AL-Ikhlas, 1981) Hlm 148

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...