Tuesday, February 25, 2014

SAKIT JIWA




I.                   PENDAHULUAN
Menurut Darajat (1996) keabnormalan itu dibagi atas dua golongan, yaitu gangguan jiwa (neurosa) dan sakit jiwa (psychose). Ada perbedaan antara neurosa dan psychose. Orang yang terkena neurose masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya orang yang terkena psychose tidak. Disamping itu orang yang terkena neurose kepribdiannya tidak jauh denan realitas  dan masih dalam alam kenyataan pada umumnya. Dan orang yang terkena psychose kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/emosi dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.
Pada waktu yang lalu telah dijelaskan tentang gangguan jiwa yang terjadi pada manusia. Dan sekarang saya akan sedikit menjelaskan tentang sakit jiwa.
II.                PERMASALAHAN
a.       Apakah yang dimaksud dengan sakit jiwa?
b.      Apa saja yang termasuk penyakit jiwa?
III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sakit Jiwa
Sakit jiwa biasa disebut dengan psikosis ialah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Menurut Singgih D. Gunarsa psikosis ialah gangguan jiwa yang meliputi keselruhan kepribadian sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum. Kenyataan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Darajat menyatakan sebagai berikut. Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychose) kepribadiannya terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.[1]
B.     Macam-macam Sakit Jiwa
Seorang yang diserang penyakit jiwa (Psychose), kepribadiannya terganggu, dan selanjutkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang yang  sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia sakit, sebaliknya ia menganggap bahwa dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul dan lebih penting dari orang lain.
Sakit jiwa itu ada 2 macam, yaitu:
Pertama: Psikosis organik yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh, misalnya otak, sentral saraf atau hilangnya kemampuan berbagai kelenjar sehingga penderita mengalami inkompeten secara sosial. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena keracunan akibat minuman keras, obat-obatan perangsang atau narkotik, akibat penyakit kotor dan sebagainya.
Kedua: Psikosis fungsional yang disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar atau hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat suasana lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan sebagainya.[2]
Psikosis Fungsional (functional psychosis) merupakan penyakit mental secara fugsional yang berat dan non-organis sifatnya, ditandai oleh desintegrasi/ kepecahan kepribadian atau maladjusment sosial yang berat; orangnya tidak mampu mengadakan relasi sosial dengan dunia luar, sering terputus sama sekai dengan realitas hidup, lalu menjadi inkompeten secara sosial. Terdapat pula gangguan karakter dan fungsi intelektualnya.[3]
Jenis psikosis yang tergolong dalam psikosi organik adalah sebagai berikut:
1.      Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
2.      Drug Psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.)
3.      Traumaric psychosis yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
4.      Dementia paralytica yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.[4]
Psikosis Fungsional dibedakan menjadi beberapa, yaitu: schizophrenia, psikosis manic depresif dan psikosis paranoid.
a.       Schizophrenia
Uegen Bleuler (1867-1939), seorang psikiatri swiss memperkenalkan istilah schizophrenia, istilah ini berasl dari bahasa yunani schitos artinya terbelah/terpecah dan phren artinya pikiran. secara harafiah schizophrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola perilaku yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempegaruhi pikiran, persaan dan afeksi. dengan demikian tidak adanya kesesuaian antara pikiran dan emosi, persepsi kenyataan yang sebenarnya.[5]
Schizophrenia adalah bentuk kegilaan untuk disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan intelektual yang ambigious (majemuk) dan terganggu secara serius; mengalami regresi atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasi.
Simptom-simpto umum schizofrenia ialah sebagai berikut :
1.      Simptom fisik; ada gangguan motorik berupa retardasi jasmaniah, lamban gerak geriknya . tingkah lakunya jadi streotipis, yaiti kadang-kadang ada gerak-gerak motorik lamban, tidak teratur, dan kaku ;atau tingkah lakunya menjadi aneh-aneh eksentrik.
2.      Simptom psikis:
a)      Intelek dan ingatanya jadi sangat mundur. Ia jadi sangat introvert dan pemimpi siang atau daydreamer. Tidak ada sedikit sekali berkontak dengan lingkungannya. Tendensi menjadi autis sangat kuat.
b)      Penderita mengalami regresi atau degenerasi mental, sehingga menjadi acuh tak acuh dan apatis, tanpa minat pada dunia sekitarnya, tanpa kontak sosial.
c)      Afeksi dan perasaan kemesraannya menipis. Menjadi jorok dan kotor; tidak tau malu, suka memperlihatkan alat kelaminya; dan sering bertingkah laku a-moral.
d)     Dia dihinggapi bermacam-macam angan-angan dan pikiran yang keliru, halusinasi, delusi, dan ilusi yang salah.
e)      Ia suka mengarang kata-kata atau istilah-istilah baru, tanpa mengandung arti sesuatu pun atau kata-kata yang diperpendek dan ditelannya.
f)       Emosinya banyak terganggu. Dia menjadi acuh tak acuh sama sekali terhadap diri sendiri dan lingkungannya, apatis dan introvert sekali.
g)      Gangguan keperibadian berupa breakdown mental yang secara total. Tiba-tiba ia bisa dihinggapi perasaan kebencian dan dendam yang meluap-luap.[6]
Schizofrenia ini di bagi dalam kategori, yaitu:
1.      Schizofrenia hebefrenik, (hebefrenic=penumpulann mental/jiwanya)
Hebefrenik itu artinya : mental atau jiwanya menjadi tumpul. Gejala-gejala umum schizofrenia bebefrenik ialah sebagai berikut :
a)      Ada reaksi sikap dan tingkah-laku yang kegila-gilaan, suka tertawa, untuk kemudian menangis tersedu-sedu. Mudah tersinggung atau sangat irritabel. Sering di hinggapi sarkasme dan jadi meledak-ledak marah atau menjadi eksplosif tanpa suatu sebab.
b)      Pikirannya selalu melantur, banyak tersenyum-senyum dan mukanya perat-perot (grimassen) tanpa ada stimulasi. Halusinasi dan delusinya biasanya bersifat aneh-aneh, pendek-pendek dan cepat berganti-ganti.
c)      Terjadi regresi total, menjadi kekanak-kanakkan[7]
2.      Schizofrenia katatonik (catatonic)
Penderita seperti menjadi kaku (catatonic : kaku). Ciri-cirinya sebagai berikut:
a.       Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami choreaflexibility (waxflexibility), yaitu badannya menjadi kaku beku seperti malam, cenderung ke arah negativisme ekstrim.
b.      Dia sering menderita catalepsy, yaitu keadaan tidak sadar seperti dalam kondisi trance. Seluruh badannya menjadi kaku, tidak pejal, dan tidak bisa di bengkokkan. Jika ia telah mengambil satu posisi tertentu, misalnya berdiri, berjongkok, kaki ada di atas dan kepala di bawah, miring, dan lain-lain, maka dia bisa bertingkah sedemikian ini untuk berjam-jam atau berhari-hari lamanya. Dirinya seperti dalam keadaan tidur yang hypnotik (kena sihir).
c.       Ada pola tingkah-lakunya yang stereotypis, aneh-aneh atau gerak-gerak atau otomatis dan tingkah yang aneh-aneh, yang tidak terkendalikan oleh kemauan.
d.      Ada gejala stupor, yaitu bisa merasa, seperti terbius. Sikapnya negatif dan pasif sekali, di sertai delusi-delusi kematian, mau ingin mati saja. Tidak ada interesse sama sekali pada sekelilingnya, tanpa kontak sosial. Penderita terus-menerus membisu (mutisme) dalam waktu yang lama. Dia menjadi autistis dan negativistis.
e.       Kadang-kadang di sertai catatonic excitement yaitu jadi meledak-ledak dan ribut hiruk-pikuk, tanpa sebab dan tanpa tujuan apapun. Mengalami regresi total.
3.      Schizofernia Paranoid
Penderita diliputi macam-macam delusi dan alusinasi yang terus berganti–ganti coraknya dan tidak teratur, serta kacau balau. Ada delusion of persection, sering merasa iri hati, cemburu dan curiga. Pada umumnya emosinya beku, dan ia sangat apatis.
Pasien tampaknya lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita schizofernia jenis lainnya. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuh terhadap siapa pun juga, merasa dirinya penting, dan besar (grandieus). Sering sangat fanatic religius secara berlebih-lebihan sekali dan kadang-kadang bersipat hipokondris.[8]
4.      Schizophrenia Residual
Orang yang mengalami schizophrenia residual ciri-cirinya adalah gejala negatif dari schizophrenia yang menonjol seperti psikomotor lambat, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan tidak ada inisiatif, kuantitas atau isi pembicaraan miskin, komunikasi non verbal buruk, seperti dalam ekspresi muka, modulasi suara dan posisi tubuh serta perawatan diri dan posisi kinerja sosial yang buruk; sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas pada masa lampau.[9]
Prognosa dan penyembuhan bagi schizophrenia pada umumnya:
-          Schizophrenia ini pada umumnya sedikit sekali kemungkinan bisa sembuh, terutama jika keadaanya sudah parah. Pengobatan dengan: kuur obat-obatan.
-          Yang penting usaha–usaha preventif berupa: menghindari frustasi-frustasi dan kesulitan-kesulitan psikisnya. Menciptakan kontak-kontak social yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memikiki sikap hidup (attitude) pusitif, dan mau melihat hari depan dengan rasa keberanian. Beranikah ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengn rasa positif, dan usahakan agar dia bias menjadi extrovert.
b.      Psikosis Manic Depresif
Dalam tahap manic berarti waham, gila, berang hati, mata gelap, pasien begitu sangat gembira sehingga ia berbicara dengan sangat cepat dengan kata-kata yang tidak karuan. Keadaan fisiknya mungkin sama sekali tidak terkendali sehingga ia merusak semua perabot dalam rumah, menyerang orang lain yang berada di sekitarnya atau barangkali merusak dirinya sendiri. Pada tahap depresif, ia mungkin sama sekali tidak responsif, tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan atau menunggu lama-lama sebelum menjawab. Ia mungkin menangis dalam jangka waktu yang lama dan mungkin juga ingin mati. [10]
o   Simptom-simptom pada saat manic (gembira,exited)
1.      Penderitanya masih sangat aktif, amat ribut dan lari kesana kemari. gerakanya banyak sekali. Banyak berbicara sengat cepat dan ketawa-tawa riang; suka bernyanyi-nyanyian dan mengeluarkan kata-kata atau bahasa yang kotor. Biasanya pasien amat gelisah.
2.      Ia sangat tidak sabaran dan tidak toleran. Menjadi iritabel dan gelisah.
3.      Kesadaranya kabur, idenya campur–aduk, ia tidak lagi mengenal larangan dan pantangan-pantangan (inhibition)
4.      Ada disorientasi total terhadap ruang, tempat, dan waktu.
5.      Emosinya pendek-pendek dan meledak-ledak. Dalam keadaan excited ini sering melakukan kekerasan, membanting-banting dan merusak segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Dia menjadi ribut dan lari-lari kegilaan.
6.      Penderita merasa selalu dikejar-kejar oleh ilusi-ilusi serta halusinasi–halusnasi visual dan aural; juga delusi-delusi person.
7.      Pada stadium berat, disaat pasien mengalami manic, dia bisa melakukan serangan-serangan, kekerasan dan usaha-usaha untuk membunuh orang lain atau bunuh diri.
o   Simptom-simptom pada saat depresif antara lain:
1.      Penderita menjadi melankonis, depresif, sangat sedih, banyak menangis, dihinggapi ketakutan dan kegelisahan.
2.      Perasaanya tidak pernah merasa puas. Merasa tidak berguna dan sia-siakan dalam hidupnya. Ia merasa sebatang kara didunia, menjadi positif, acuh tak acuh, dan apatis.
3.      Dihinggapi halusinasi-halusinasi dan delusi-delusi yang menakutkan atau menimbulkan kepedihan hati. Ada penyesalan–penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa di masa lampau.
4.      Merasa jemu hidup dan berputus asa. Ia ingin mati dan melakukan usaha-usaha untuk bunuh diri. Kadang-kadang dibarengi dengan gejala stupor komplit, atau dihinggapi catelepsi (seluruh badan menjadi kaku dan tidak bias digerakkan ayau dibengkokkan) dia berdiam diri saja dalam waktu yang lama, tidak mau berbicara, serta menolak makan dan minum.
5.      Kesadaran jadi kabur biasanya disertai redertasi motorik, dan retardasi mental yang semakin memburuk
o   Tingkatan-tingkatan/derajat manic
a.       Tingkatan hypomania (hypo= kurang; mania=kegilaan). Kegelisahan yang berlebih-lebihan . Pasien menjadi aktif sekali, tidak mengenal jemu. Bicaranya cepat, gembira dan penuh gairah, dia menjadi sangat irritable, tidak toleran mania dan tidak sabaran.
b.      Tingkatan mania akut. Pikiran dan ide-idenya begitu cepat bergerak atau berganti-ganti, sehinggah bicaranya tidak jelas dan ketinggalan (ketinggalan dari pikiran), hilang kemampuan beriontasi, dan kesadaranya jadi kabur.
c.       Mania hyperakut. Ada dorongan melakukan kekerasan dan suka berkelahi. Bersifat destruktif diikuti dengan kecapaian yang luar biasa. Terjadi disortentasi total terhadap waktu, tempat dan orang diikuti delirium, halusinasi dan hilang insightnya.
o   Tingkat / derajat depresif
Ciri-ciri umum dari depresi atau melancholia ialah;
a.       Ada retardasi motorik dan mental, kemurungan; tidak ada aktivitas sama sekali. Diikuti delusi-delusi hypochondria, sedangkan tingkatan-tingkatan depresi dan ciri-cirinya ialah sebagai berikut : Keterbatasan retardasi biasa: ada perasaan murung dan putus asa. Hilang ambisinya. Ada prosses rentaldasi mental, dan respon-respon motoriknya menjadi sangat lambat. Orientasi dan ingatannya belum banyak terganggu.
b.      Melancholia akut (Acute Melancholia): hilang aktivitasnya. Pribadinya cenderung megasingkan diri secara total. Dalam status hypochondria, ia dipenuhi delusi-delusi menyalahkan diri sendiri. Ada rasa-rasa berdosa, pikiran-pikiran tidak riil, dan delusi-delusi merasa hina, sengsara serta miskin sekali.
c.       Stupor Depresif (Depressive Stupor): dirinya sama sekali jadi membeku, diam mematung. Ia menolak untuk berbicara, makan atau bergerak. Pasien mengasingkan diri secara total dari lingkungannya. Kesadarannya menjadi kabur karena banyak di hinggapi delusi-delusi yang campur-aduk. Banyak penderita psikosa jenis ini sellalu bergerak dari status depresi / melankholis beralih pada status mania (axited).
Pragnosa dan penyembuhan : ada kemungkinan disembuhkan, khususnya bila treatment diberikan pada stadium permulaan dari penyakit. Yang penting sekali ialah: usaha-usaha preventif; yaitu mengajar anak-anak dan orang muda untuk mengepresikan emosinya dengan mekanisme yang positifnya, dan menghindari penekanan-penekanan yang berlebihan-berlebihan terhadap luapan emosinya.[11]
c.       Psikosis Paranoia
Paranoia adalah gangguan mental yang amat serius, dicirikan dengan timbulnya delusi penyiksaan (delusion of persecution) atau delusi kebesaran (delusion of grandeur) yang disistematisasikan dengan kemerosotan jiwani ringan dan dihinggapi banyak ide fixed (ide-ide yang salah dan terus-menerus melekat).
Lebih kurang 70% dari penderita paranoia adalah kaum pria. Mereka selalu diliputi delusi-delusi, khususnya delosion of grandeur dan delusion of persection, rasa iri hati, cemburu, dan curiga .pada umumnya mereka tidak di ganggu oleh halusinasi-halusinasi. Pasien pada umumnya menganggap dirinya superior dan memiliki bakat-bakat luar biasa, merasa memiliki bakat ketuhanan atau ke-Nabian. Banyak para pemimpin, agitator dan reformen gelisah / yang mempunyai symptom-simptom paranoid ini.
Symptom-simptom paranoia:
a)      Selalu diikuti oleh delusi-delusi: delusion of grandeur (khayalan kemegahan), delusion of persecution (khayalan seperti di kejar-kejar), iri hati. Biasanya delusi-delusi tersebut berupa ide-ide fixed (fixation) yang “disistematisir”. Penderita menjadi dewa, nabi atau pemimpin-besar.
b)      Kehidupan mentalnya tidak mengalami dementia. Pikiranya masih logis; tetapi ide-idenya selalu salah, khususnya ide-ide fixed (pikiran keliru / sesat yang tegar, sangkaan paksaan yang sesat).
c)      Gangguannya pada umumnya bersifat kompensatoris; yaitu ada rasa-rasa bersalah dan berdosa, rasa-rasa inferior, cemburu, iri dan lain-lain yang diproyeksikan pada orang lain untuk membela egonya sendiri. Sehingga pasien dihinggapi oleh delusi-delusi sebagai defence mechanisme dan rasa-rasa inferior, rasa bersalah dan rasa-rasa yang negative tadi.
o   Sebab-sebab psikosa paranoia:
1.      Kecenderungan-kecenderungan homoseksual dan dorongan-dorongan seksual yang tertekan, yang kemudian di proyeksikan (frued).
2.      Ide-ide yang sarat dimuati oleh efek-efek yang luar biasa kuatnya.
3.      Kebiasaan-kebiasaan berpikir yang salah, disebabkan oleh rasa iri hati, selfish, egosentris. Terlalu sensitive dan kerap kali dihinggapi rasa curiga.
4.      Merupakan bentuk-bentuk kompensasi terhadap kegagalan-kegagalannya dan terhadap kompleks-kompleks inferior; atau ada defence mechanisme terhadap rasa-rasa berdosa dan bersalah. Seringkali pula tumbuh perasaan-perasaan super dan lain dari pada orang biasa.[12]
o   Pengobatan Gangguan Kepribadian Paranoid
Kesulitan yang dihadapi oleh ahli terapi (terapist) pada gangguan ini adalah penderita tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Hanya beberapa saja dari penderita yang mau berobat atas kemauannya sendiri. Dan sering penderita yang sedang diobati tidak percaya dan menolak terapist-nya.
Pengobatan pada gangguan ini lebih banyak difokuskan pada terapi perilaku, sedangkan terapi obat umumnya tidak efektif.
Terapi perilaku pada gangguan ini, perlu dilihat masa lalu “kemarahan” penderita sebagai dasar menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Kemudian, membantu mengontrol kecemasan penderita dan memperbaiki kemampuan hubungan interpersonalnya.[13]

IV.             KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sakit jiwa yang dikenal dengan psikosis pada intinya adalah: gangguan jiwa yang berat yang terjadi pada semua aspek kepribadian, penderitanya tidak dapat lagi berhubungan dengan realitas karena ia hidup dalam dunianya sendiri, penderita penyakit ini tidak menyadari bahwa dirinya sakit dan penyembuhannya hanya bisa dilakukan oleh pihak lain bukan dengan dirinya sendiri.
Secara umum psikosis dibagi menjadi dua yaitu organik dan fungsional. Pembahasan sakit jiwa ini lebih condong saya bahas pada psikosis fungsional. Pada psikosa fungsional ini ada kekacauan mental (secara fungsional) yang non-organis sifatnya, sehingga terjadi keterpecahaan atau keterbelahan pribadi. Desintegrasi kepribadiaan ini membuahkan maladjustment susial yang berat, sehingga penderita terputus hubungannya dengan reaalitas hidup diluar. Dia menjadi tidak kompeten secara social. Dimasukkan dalam kelompok psikosa fungsional ini ialah schizophrenia, manic-depresif, dan paranoia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Ardiani ,Tristiadi; Tri Rahayu, Iin; Solichatun, Yulia; Psikologi Klinis,  Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
http://abidinblog.blogspot.com/2008/11/gangguan-kepribadian-paranoid.html/19042012/23:22
Kartono, Kartini, Hygene Mental . Bandung :Cv. Mandar Maju, 2003
Semiun, Yustinus, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Kanisius, 2006
Wihartati, Wening, Modul Psikologi Abnormal, Semarang: IAIN Walisongo, 2011


[1] Wening Wihartati, Modul Psikologi Abnormal, Semarang: IAIN Walisongo, 2011, Hal. 41
[2] Tristiadi Ardi Ardiani, Iin Tri Rahayu, Yulia Solichatun, Psikologi Klinis,  Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, Hal 30-31
[3] Kartini Kartono , Hygene Mental . Bandung :Cv. Mandar Maju, 2003. Hal. 128
[4] Wening Wihartati, Op.Cit. Hal. 43
[5] Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Kanisius, 2006, Hal. 21
[6] Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 131
[7] Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 133
[8] Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 135
[9] Yustinus Semiun, Op.Cit. Hal. 33
[10] Yustinus Semiun, Op.Cit. Hal. 106
[11] Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 135-139
[12] Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 141
[13] http://abidinblog.blogspot.com/2008/11/gangguan-kepribadian-paranoid.html/19042012/23:22

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...