KONSELING KELOMPOK
LAPORAN
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MID SEMESTER
MATA KULIAH : Kesehatan Mental
DOSEN PENGAMPU : Mrs. Dra.
Maryatul Qibtiyah, M. Pd
Disusun Oleh:
Nur Syafitri Ramadhani
(091111043)
JURUSAN
BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
A.
PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK
Gazda (1984)
dan Shertzer & Stone (1980) mengemukakan pengertian konseling kelompok
yaitu : “konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat
pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri
terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi
pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan-perasaan mendalam yang
dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling
mendukung”.
Konseling
kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang dipimpin oleh seorang
konselor profesional dan beranggotakan beberapa konseli yang berkelompok dan diselenggarakan
dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat
hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini
merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani
perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan
perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman
masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan
masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
B.
ASAS KONSELING KELOMPOK
Dalam
kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang
harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1.
Asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan
ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang
dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok
diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam
kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang
yang mengikuti kegiatan konseling kelompok.
2.
Asas Kesukarelaan. Kehadiran,
pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat
sukarela, tanpa paksaan.
3.
Asas keterbukaan. Keterbukaan dari
anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak
muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
4.
Asas kegiatan. Hasil layanan
konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan
kegiatan dalam mencapai tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya
menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan
yang dimaksud dalam penyelesaian masalah.
5.
Asas kenormatifan. Dalam kegiatan
konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain,
jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus
mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.
6.
Asas kekinian. Masalah yag dibahas
dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah
yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang
mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian
segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.
C.
TAHAP PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK
Konseling
kelompok ini diadakan oleh dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Mental, yaitu
Ibu Dra. Maryatul Qibtiyah M. Pd sebagai praktik memenuhi nilai mid semester.
Beliau merencanakan seminggu sebelum praktik konseling kelompok dilaksanakan
dan kegiatan praktik konseling kelompok dilaksanakan sesuai waktu dan tempat
yang telah ditentukan, yaitu pada hari Kamis tanggal 17 Mei 2012, jam 08.40 –
10.00 WIB, dan bertempat di gedung perkuliahan I3 Fakultas Dakwah. Kegiatan
konseling kelompok ini diikuti oleh 8 orang mahasiswa yang megkuti kuliah
Kesehatan Mental. Kegiatan Konseling ini meliputi empat tahap, yaitu:
1.
Tahap I (tahap pembentukan).
Pada tahap
pertama ini anggota kelompok memilih salah
satu orang yang akan menjadi ketua. Dan pemilihan tersebut jatuh pada
mahasiswi perempuan, Siska Arifatun. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan
antar anggota satu dengan yang lainnya dengan tujuan agar lebih mengakrabkan
2.
Tahap II (tahap peralihan)
Tahap
peralihan dimasuki setelah melihat kondisi semua anggota sudah terlihat mulai
akrab dan semangat, kemudian dialihkan pada kesiapan untuk memulai kegiatan
konseling kelompok.
3.
Tahap III (tahap kegiatan)
Pada tahap
kegiatan ini ketua kelompok mempersilahkan anggota untuk mengutarakaan
permasalahan yaang sedang dihadapi dan solusi pada permasalahan yang dihadapi
dalam anggota kelompok, diantaranya:
Permasalahan
Ulfatur Rohmah
Ulfa
menalami psikosomatis dimana ketikan ia mempunyai banyak masalah ia langsung
menderita sariawan yang menyebabkan ia malas bicara dan susah makan
Solusi
yang diberikan adalah Ulfa harus banyak mengkonsumsi air putih dalam mencegah
sariawan tersebut dan menyelesaikan masalahnya dengan baik dan diannjurkan agar
tidak terlalu memikirkan masalahnya.
Permasalahan Nur
Syafitri Ramadani
Keluhan
tentang sakit kepala yang sering dirasakannya ketika ia berfikir terlalu lama,
seperti presentasi dan test.
Solusinya
hal tersebut adalah gejala kurang darah dan bisa diminimalisir dengan
mengkonsumsi makanan yang bisa menaikkan darah. Dan bisa juga dikarenakan adanya
masalah yang menumpuk. Jadi semua masalah tersebut segera diselesaikan agar
sakit kepalanya tidak berkelanjutan
Permasalahan
Mustoifatul Masruroh
Masruroh
mengalami kecemasan dan sering merasa mulas saat ia akan maju mempresentasikan
makalahnya.
Solusinya
Masruroh harus mempersiapkan dirinya dalam mempresentasikan makalahnya dengan
mempersiapkan materi serta membangu rasa percaya diri utuk tampil di hadapan
teman-temannya.
Permasalahan
Barkatul Mufidah
Tentang
penyakit insomnia, anggota ini merasa sangat terganggu dengan insomnia dan ia
merasa bahwa dirinya tidak mempunyai masalah yang membuatnya susah tidur.
Segala upaya telah ia jalankan namun hasilnya nihil. Pernah juga ia konsultasi
ke dokter, dan dokter mengatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi masalah,
bahkan ketika Barkatul mengaku pernah meminum obat tidur, dokter justru
memarahinya
Solusi
yang diberikan anggota lainnya adalah Barkatul bisa mengisi insomnia tersebut
dengan hal-hal yang positif seperti shalat, berzikir, membaca al-qur’an dan
belajar. Bisa juga dengan niat yang benar-benar bahwa dirinya harus tidur atau
mengistirahatkan dirinya dengan tidak melakukan hal lain. Ada juga anggota yang
mengatakan bahwa itu adalah suatu kelebihan dari Allah agar Barkatul bisa lebih
mendekatkan diri kepada Allah.
Permasalahan Siska
Arifatun dan Ilmi Hidayati
Permasalahan
mereka berdua hampir sama yaitu lupa.
Barang yang sedang mereka pegang saja terkadang mereka masih mencari.
Dan masalah tidak fokus pada jam kuliah atau pada sesuatu yang sedang dijalankan
dikarenakan banyak pekerjaan yang ada dalam benak mereka yang harus segera
dikerjakan pula.
Solusi
yang diberikan adalah menaruh sesuatu barang selalu pada tempatnya dan janan
berpindah-pindah, membuat jadwal dan merencanakan sejak bangun tidur hal apa
saja yang harus ia kerjakan dalam sehari itu. Membagi waktu dengan baik antara
kuliah dan kegiatan yang lainnya.
Permaslahan Kholisin
dan Kisnoto
Masalah
finansial mengingat masalah umur, keduanya meminta solusi bagaimana cara
mendapatkan uang yang banyak untuk tabungan masa depan.
Solusinya
adalah berusaha mencari kerja sambilan dan mencari wawasan serta mendekati
orang orang yang telah sukses untuk mendapatkan ilmu meraih kesuksesan
tersebut. Tidak mudah menyerah, apabila gagal harus bangkit dan mencoba kembali
dan memotivasi diri sendiri atau mencari orang yang bisa memotivasi.
4.
Tahap IV (tahap pengakhiran)
Pada tahap
pengakhiran ini anggota sudah merasa cukup mendapatkan solusi dari anggota yang
lain. Serta menyampaikan harapan mereka dan diakhiri dengan penutup serta
ucapan terima kasih.
No comments:
Post a Comment