KLASIFIKASI ABNORMALITAS EKSTERNAL
I.
PENDAHULUAN
Cakupan abnormalitas kejiwaan eksternal diantaranya goncangan
kejiwaan, penyakit kejiwaan, neurotik, penyakit pikiran, psikopat dan
sejenisnya.
Goncangan jiwa pun terkadang disebut juga sebagai penyakit kejiwaan
atau penyakit syaraf yang dipicu adanya ketidakselarasan antara psikis
seseorang denga fisiknya atau lingkungan dan juga sosial masyarakatnya dimana
dia hidup, hingga darinya timbullah kecemasan, kegelisahan, dan kekhawatiran.
Terkadang seseorang tidak mengetahui penyebab jelas kekhawatirannya dari sisi
fisiologinya. Yakni, penyakit itu hanya menyerang sisi emosionalnya saja dan
tidak membuat seseorang kehilangan kontak dengan kenyataan hidupnya juga dengan
kemampuannya untuk bisa mengendalikan perilaku sosialnya.
Gagasan kualifikasi ini adalah untuk meningkatkan spesialisasi
ilmuan muslim dalam informasi sekitar goncangan kejiwaan yang bisa dihadapinya
dalam kehidupan kesehariannya.
II.
PERMASALAHAN
1.
Apakah
yang dimaksud dengan kecemasan, depresi, neurotik, dan phobia?
2.
Apa
saja penyebab dari kecemasan, depresi, neurotik, dan phobia?
3.
Bagaimana
terapi untuk menyembuhkan kecemasan, depresi, neurotik, dan phobia?
III.
PEMBAHASAN
1.
KECEMASAN
Emosi kecemasan adalah suatu keadaan neurotik yang disertai dengan
perubahan intern fisiologis untuk kemudian berimplikasi para gerakan eksternnya.
Ia adalah ketakutan atas sesuatu yang tidak diketahui atau bahaya yang tidak
bisa diprediksikan. Kecemasan memiliki tingkatan-tingkatannya: yakni normal dan
yang menyimpang.
Penyebab umum dari kedua kecemasan tersebut diantaranya adalah: Pertama,
hereditas atau bawaan. Untuk hipotesis awal, penyebab munculnya kecemasan
karena faktor hereditas bisa diterima. Tak bisa dimungkiri, faktor ini turut
memberikan kontribusi tertentu yang memicu datangnya suatu kecemasan.
Kedua, Lingkungan,
adalah suatu jaringan yang berkaitan dengan faktor eksternal dan kondisi yang
melingkupinya untuk kemudian membentuk kepribadian individu dan membentuk
caranya merespon berbagai kondisi yang berbeda.
Ketiga, Personal.
Problematika yang ada dalam diri individu tidak bertanggung jawab atas respon
dirinya terhadap kecemasan.
Adapun gejala timbulnya kecemasan diantaranya: Pertama,terkadang
kecemasan merupakan satu gejala atas penyakit kejiwaan dan terkadang pula
penyakit fisik dan terkadang kecemasan adalah penyakit tersendiri.
Kedua, tidak mungkin
dibedakan secara jelas antara kecemasan alami yang timbul dari
penyebab-penyebab tematik dan kecemasan karena penyakit tanpa ada penyebabnya
yang jelas. Sebagian referensi membedakan antara kecemasan yang kuat dan
kecemasan akut (berkala).
Ketiga, kecemasan
adalah satu emosi yang harus bisa diungkapkan oleh individu hingga dirinya
mampu memahami kehadiran dan tingkatannya.
Gejala fisik yang menyertai munculya kecemasan diantaranya: rasa
letih, penat, pusing, goncangan metabolisme tubuh, gangguan tidur, reproduksi,
gangguan gerak, penyakit kejiwaan fisik, hilangnya nafsu makan dan berat badan.
Gejala psikis yang menyertai munculnya kecemasan diantaranya:
khawatir dan ragu tanpa sebab yang jelas, merasa takut yang berlebihan, mudah
lupa dan sulit berkonsentrasi, da melemahnya kemampuan untuk beraktifitas.
Macam-macam terapi kecemasan, diantaranya:
Pertama, terapi medis.
Bila kecemasan yang terjadi sangat kuat, maka dibutuhkan terapi dan pengobatan
yang cepat (baik dengan obat tidur maupun dengan obat penenang). Terapi jenis
ini adalah salah satu dari ketiga terapi yang ada dimana terapis berusaha untuk
mengembalikan pasien ke kondisi normalnya.
Kedua, terapi
kejiwaan. Langkah pertama yang dilakukan terapis adalah dengan membangun
hubungan positif dengan pasien hingga pasien mau mengungkapkan tentang dirinya
dan problematika yang dihadapinya. Kemudian, barulah terapis bisa
mengklasifikasi kecemasan yang dialaminya. Langkah kedua adalah dengan
memberikan konseling yang cukup. Terapis hendaknya mampu membangun metode dalam
menafsirkan gejala kecemasan yang dialami oleh pasien.
Ketiga, Terapi
spiritual. Disaat seorang terapis mengarahkan pasien untuk berdoa kepada Allah,
khususnya dengan shalatnya serta dzikir dan doa, maka pada saat itu
sesungguhnya terapis sudah menggunakan terapi spiritual dalam mengatasi
kecemasan.
Dr. Muhammad Utsman Najati mengungkapkan: “Shalat memiliki pengaruh yang besar dan
efektif dalam terapi individu atas kegelisahan dan kecemasannya. Disaat
individu melakukan shalat di hadapan Tuhannya dengan penuh kekhusyu’an dan
memusatkan seluruh konsentrasinya dengan menyingkirkan semua kesibukan duniawi
dan problematikanya. Maka, pada saat iulah ia akan mendapat ketenangan dan
ketentraman yang semua itu akhirnya menjadi pereda atas kecemasan dan
ketegangan saraf yang ditimbulkan oeleh tekanan hidup dan segala
problematikanya.”
2.
DEPRESI
Depresi pada awalnya disebabkan oleh adanya kesedihan sebagaimana
kecemasan pada dasarnya disebabkan oleh rasa takut. Depresi adalah suatu
keadaan yang berkelanjutan dari suatu kesedihan. Ia adalah kesedihan yang
berkelanjutan dan berujung pada keputus-asaan, putus harapan, merasa lemas juga
cemas.
Penyebab depresi adalah semua goncangan jiwa pada umumnya, yakni
adanya faktor hereditas secara umum, tekanan lingkungan, krisis yang
berkelanjutan, kematian kerabat atau orang yang dicintai, kondisi kemiskinan,
buruknya kehidupan, penyakit yang menahun, bencana, musibah, perasaan bersalah
yang semuanya akhirnya menimbulkan perasaan depresi.
Gejala depresi dari sisi kejiwaan berkisar seputar rasa sedih,
putus asa, tidak percaya diri yang disertai dengan rasa takut, tertekan dan
tidak kuat menanggung beban. Sedangkan gejala fisik diantaranya adalah penat,
mudah lelah, mimpi buruk dan lemas.
Macam-macam terapi depresi diantaranya:
Pertama, Terapi Medis. Terapi bisa menggunakan obat
anti-depresan, dimana sabagian darinya diperlukan untuk depresi kejiwaan dan
sebagian lainnya untuk depresi pikiran. Terapi medis ini bisa digunakan sebagai
pelengkap terapi kejiwaan, karena terapi medis mampu menghilangkan gejala dan
menghilangkan rasa nyeri yang merupakan implikasi darinya.
Kedua, Terapi
kejiwaan. Terapi memberikan kesempatan bagi pasien untuk mengungkapkan secara
bebas mengenai kesedihan dan depresinya. Dan terapi bisa menganalisis dan
mengidentifikasikan tingkatan penyakit kejiwaan yang dihadapi pasien dari
ucapan, mimik wajah dan gerakannya.
Perbedaan antara deperesi kejiwaan dan depresi pikiran adalah
terletak pada bagaimana individu bisa mengatasinya. Seseorang yang mengalami
depresi kejiwaan akan mampu melewatinya dan menghilangkannya di saat
pandangannya atas problematika yang dihadapinya positif. Terapi kejiwaan pada
kondisi ini adalah dengan menganalisis penyebabnya dan mengubah pandangan
terhadapnya.
Ketiga, Terapi
Spiritual. Terapi spiritual untuk depresi dan kesedihan mendalam adalah
mengarahkan pasien untuk melakukan sekumpulan ibadah, baik yang berupa ucapan
maupun tindakan. Diantaranya:
a.
Istighfar
b.
Mendirikan
sholat 5 waktu, melaksanakan sholat Jum’at, berpuasa Ramadhan, melaksanakan
ibadah Haji dan Umroh. Semua itu dapat menjadi penghapus dosa.
c.
Dzikir,
doa, pekerjaan yang baik, pelayanan sosial dan pelayanan manusia dengan baik.
3.
NEUROTIK
4.
PHOBIA
IV.
PENUTUP
No comments:
Post a Comment