I.
PENDAHULUAN
Menurut Darajat (1996) keabnormalan itu dibagi atas dua golongan,
yaitu gangguan jiwa (neurosa) dan sakit jiwa (psychose). Ada perbedaan antara
neurosa dan psychose. Orang yang terkena neurose masih mengetahui dan merasakan
kesukarannya, sebaliknya orang yang terkena psychose tidak. Disamping itu orang
yang terkena neurose kepribdiannya tidak jauh denan realitas dan masih dalam alam kenyataan pada umumnya. Dan
orang yang terkena psychose kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/emosi
dan dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup
jauh dari alam kenyataan.
Pada waktu yang lalu telah dijelaskan tentang gangguan jiwa yang
terjadi pada manusia. Dan sekarang saya akan sedikit menjelaskan tentang sakit
jiwa.
II.
PERMASALAHAN
a.
Apakah
yang dimaksud dengan sakit jiwa?
b.
Apa
saja yang termasuk penyakit jiwa?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Sakit Jiwa
Sakit jiwa biasa disebut dengan psikosis ialah suatu gangguan jiwa
dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Menurut Singgih D.
Gunarsa psikosis ialah gangguan jiwa yang meliputi keselruhan kepribadian
sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang
wajar dan berlaku umum. Kenyataan seperti ini dapat diketahui berdasarkan
gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. sedemikian
berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku
penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga orang
awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Berbicara mengenai psikosis, Zakiah Darajat menyatakan sebagai
berikut. Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychose) kepribadiannya
terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan
wajar dan tidak sanggup memahami problemnya. Seringkali orang sakit jiwa tidak
merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja,
bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.[1]
B.
Macam-macam Sakit Jiwa
Seorang yang diserang
penyakit jiwa (Psychose), kepribadiannya terganggu, dan selanjutkan kurang
mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya.
Seringkali orang yang sakit jiwa, tidak
merasa bahwa ia sakit, sebaliknya ia menganggap bahwa dirinya normal saja,
bahkan lebih baik, lebih unggul dan lebih penting dari orang lain.
Sakit jiwa itu ada 2
macam, yaitu:
Pertama: Psikosis organik yang disebabkan oleh
adanya kerusakan pada anggota tubuh, misalnya otak, sentral saraf atau hilangnya
kemampuan berbagai kelenjar sehingga penderita mengalami inkompeten secara
sosial. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena keracunan akibat minuman keras,
obat-obatan perangsang atau narkotik, akibat penyakit kotor dan sebagainya.
Kedua: Psikosis fungsional yang disebabkan
oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai
puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar atau hilangnya keseimbangan
mental secara menyeluruh, akibat suasana lingkungan yang sangat menekan,
ketegangan batin dan sebagainya.[2]
Psikosis
Fungsional (functional psychosis) merupakan penyakit mental secara fugsional
yang berat dan non-organis sifatnya, ditandai oleh desintegrasi/ kepecahan
kepribadian atau maladjusment sosial yang berat; orangnya tidak mampu
mengadakan relasi sosial dengan dunia luar, sering terputus sama sekai dengan
realitas hidup, lalu menjadi inkompeten secara sosial. Terdapat pula gangguan
karakter dan fungsi intelektualnya.[3]
Jenis psikosis yang tergolong dalam psikosi
organik adalah sebagai berikut:
1. Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau
rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
2. Drug Psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD,
kokain, sabu-sabu, dst.)
3. Traumaric psychosis yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma
pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
4. Dementia paralytica yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis
yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.[4]
Psikosis Fungsional
dibedakan menjadi beberapa, yaitu: schizophrenia, psikosis manic depresif dan
psikosis paranoid.
a. Schizophrenia
Uegen
Bleuler (1867-1939), seorang psikiatri swiss memperkenalkan istilah
schizophrenia, istilah ini berasl dari bahasa yunani schitos artinya
terbelah/terpecah dan phren artinya pikiran. secara harafiah
schizophrenia berarti pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih
menekankan pola perilaku yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempegaruhi
pikiran, persaan dan afeksi. dengan demikian tidak adanya kesesuaian antara
pikiran dan emosi, persepsi kenyataan yang sebenarnya.[5]
Schizophrenia
adalah bentuk kegilaan untuk disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan
intelektual yang ambigious (majemuk) dan terganggu secara serius; mengalami
regresi atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup
dan berdiam dalam dunia fantasi.
Simptom-simpto umum schizofrenia
ialah sebagai berikut :
1.
Simptom fisik; ada gangguan motorik
berupa retardasi jasmaniah, lamban gerak geriknya . tingkah lakunya jadi streotipis,
yaiti kadang-kadang ada gerak-gerak motorik lamban, tidak teratur, dan kaku
;atau tingkah lakunya menjadi aneh-aneh eksentrik.
2.
Simptom psikis:
a) Intelek dan
ingatanya jadi sangat mundur. Ia jadi sangat introvert dan pemimpi siang atau
daydreamer. Tidak ada sedikit sekali berkontak dengan lingkungannya. Tendensi menjadi
autis sangat kuat.
b) Penderita
mengalami regresi atau degenerasi mental, sehingga menjadi acuh tak acuh dan
apatis, tanpa minat pada dunia sekitarnya, tanpa kontak sosial.
c) Afeksi dan
perasaan kemesraannya menipis. Menjadi jorok dan kotor; tidak tau malu, suka
memperlihatkan alat kelaminya; dan sering bertingkah laku a-moral.
d) Dia
dihinggapi bermacam-macam angan-angan dan pikiran yang keliru, halusinasi, delusi,
dan ilusi yang salah.
e) Ia suka mengarang
kata-kata atau istilah-istilah baru, tanpa mengandung arti sesuatu pun atau
kata-kata yang diperpendek dan ditelannya.
f) Emosinya
banyak terganggu. Dia menjadi acuh tak acuh sama sekali terhadap diri sendiri
dan lingkungannya, apatis dan introvert sekali.
g) Gangguan
keperibadian berupa breakdown mental yang secara total. Tiba-tiba ia bisa
dihinggapi perasaan kebencian dan dendam yang meluap-luap.[6]
Schizofrenia ini di bagi dalam kategori, yaitu:
1. Schizofrenia
hebefrenik, (hebefrenic=penumpulann mental/jiwanya)
Hebefrenik itu artinya : mental atau
jiwanya menjadi tumpul. Gejala-gejala umum schizofrenia bebefrenik ialah
sebagai berikut :
a) Ada reaksi
sikap dan tingkah-laku yang kegila-gilaan, suka tertawa, untuk kemudian
menangis tersedu-sedu. Mudah tersinggung atau sangat irritabel. Sering di
hinggapi sarkasme dan jadi meledak-ledak marah atau menjadi eksplosif tanpa
suatu sebab.
b) Pikirannya
selalu melantur, banyak tersenyum-senyum dan mukanya perat-perot (grimassen)
tanpa ada stimulasi. Halusinasi dan delusinya biasanya bersifat aneh-aneh,
pendek-pendek dan cepat berganti-ganti.
c) Terjadi
regresi total, menjadi kekanak-kanakkan[7]
2. Schizofrenia
katatonik (catatonic)
Penderita seperti menjadi kaku (catatonic : kaku). Ciri-cirinya
sebagai berikut:
a. Urat-uratnya
menjadi kaku dan mengalami choreaflexibility (waxflexibility), yaitu badannya
menjadi kaku beku seperti malam, cenderung ke arah negativisme ekstrim.
b. Dia sering
menderita catalepsy, yaitu keadaan tidak sadar seperti dalam kondisi trance.
Seluruh badannya menjadi kaku, tidak pejal, dan tidak bisa di bengkokkan. Jika
ia telah mengambil satu posisi tertentu, misalnya berdiri, berjongkok, kaki ada
di atas dan kepala di bawah, miring, dan lain-lain, maka dia bisa bertingkah
sedemikian ini untuk berjam-jam atau berhari-hari lamanya. Dirinya seperti
dalam keadaan tidur yang hypnotik (kena sihir).
c. Ada pola
tingkah-lakunya yang stereotypis, aneh-aneh atau gerak-gerak atau otomatis dan
tingkah yang aneh-aneh, yang tidak terkendalikan oleh kemauan.
d. Ada gejala
stupor, yaitu bisa merasa, seperti terbius. Sikapnya negatif dan pasif sekali,
di sertai delusi-delusi kematian, mau ingin mati saja. Tidak ada interesse sama
sekali pada sekelilingnya, tanpa kontak sosial. Penderita terus-menerus membisu
(mutisme) dalam waktu yang lama. Dia menjadi autistis dan negativistis.
e. Kadang-kadang
di sertai catatonic excitement yaitu jadi meledak-ledak dan ribut hiruk-pikuk,
tanpa sebab dan tanpa tujuan apapun. Mengalami regresi total.
3. Schizofernia
Paranoid
Penderita diliputi macam-macam
delusi dan alusinasi yang terus berganti–ganti coraknya dan tidak teratur, serta
kacau balau. Ada delusion of persection, sering merasa iri hati, cemburu dan
curiga. Pada umumnya emosinya beku, dan ia sangat apatis.
Pasien tampaknya lebih waras dan
tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita schizofernia jenis
lainnya. Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuh terhadap siapa
pun juga, merasa dirinya penting, dan besar (grandieus). Sering sangat fanatic
religius secara berlebih-lebihan sekali dan kadang-kadang bersipat hipokondris.[8]
4. Schizophrenia
Residual
Orang yang mengalami schizophrenia
residual ciri-cirinya adalah gejala negatif dari schizophrenia yang menonjol
seperti psikomotor lambat, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif
dan tidak ada inisiatif, kuantitas atau isi pembicaraan miskin, komunikasi non
verbal buruk, seperti dalam ekspresi muka, modulasi suara dan posisi tubuh
serta perawatan diri dan posisi kinerja sosial yang buruk; sedikitnya ada
riwayat satu episode psikotik yang jelas pada masa lampau.[9]
Prognosa dan penyembuhan bagi schizophrenia
pada umumnya:
-
Schizophrenia ini pada umumnya
sedikit sekali kemungkinan bisa sembuh, terutama jika keadaanya sudah parah.
Pengobatan dengan: kuur obat-obatan.
-
Yang penting usaha–usaha preventif
berupa: menghindari frustasi-frustasi dan kesulitan-kesulitan psikisnya. Menciptakan
kontak-kontak social yang sehat dan baik. Membiasakan pasien memikiki sikap
hidup (attitude) pusitif, dan mau melihat hari depan dengan rasa keberanian.
Beranikah ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengn rasa
positif, dan usahakan agar dia bias menjadi extrovert.
b. Psikosis
Manic Depresif
Dalam tahap manic berarti waham,
gila, berang hati, mata gelap, pasien begitu sangat gembira sehingga ia
berbicara dengan sangat cepat dengan kata-kata yang tidak karuan. Keadaan
fisiknya mungkin sama sekali tidak terkendali sehingga ia merusak semua perabot
dalam rumah, menyerang orang lain yang berada di sekitarnya atau barangkali
merusak dirinya sendiri. Pada tahap depresif, ia mungkin sama sekali tidak
responsif, tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan atau menunggu lama-lama
sebelum menjawab. Ia mungkin menangis dalam jangka waktu yang lama dan mungkin
juga ingin mati. [10]
o
Simptom-simptom pada saat manic
(gembira,exited)
1. Penderitanya
masih sangat aktif, amat ribut dan lari kesana kemari. gerakanya banyak sekali.
Banyak berbicara sengat cepat dan ketawa-tawa riang; suka bernyanyi-nyanyian dan
mengeluarkan kata-kata atau bahasa yang kotor. Biasanya pasien amat gelisah.
2. Ia sangat
tidak sabaran dan tidak toleran. Menjadi iritabel dan gelisah.
3. Kesadaranya
kabur, idenya campur–aduk, ia tidak lagi mengenal larangan dan pantangan-pantangan
(inhibition)
4. Ada
disorientasi total terhadap ruang, tempat, dan waktu.
5. Emosinya
pendek-pendek dan meledak-ledak. Dalam keadaan excited ini sering melakukan
kekerasan, membanting-banting dan merusak segala sesuatu yang dapat
dijangkaunya. Dia menjadi ribut dan lari-lari kegilaan.
6. Penderita
merasa selalu dikejar-kejar oleh ilusi-ilusi serta halusinasi–halusnasi visual
dan aural; juga delusi-delusi person.
7. Pada stadium
berat, disaat pasien mengalami manic, dia bisa melakukan serangan-serangan,
kekerasan dan usaha-usaha untuk membunuh orang lain atau bunuh diri.
o
Simptom-simptom pada saat depresif
antara lain:
1. Penderita
menjadi melankonis, depresif, sangat sedih, banyak menangis, dihinggapi ketakutan
dan kegelisahan.
2. Perasaanya
tidak pernah merasa puas. Merasa tidak berguna dan sia-siakan dalam hidupnya.
Ia merasa sebatang kara didunia, menjadi positif, acuh tak acuh, dan apatis.
3. Dihinggapi halusinasi-halusinasi
dan delusi-delusi yang menakutkan atau menimbulkan kepedihan hati. Ada
penyesalan–penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa di masa lampau.
4. Merasa jemu
hidup dan berputus asa. Ia ingin mati dan melakukan usaha-usaha untuk bunuh
diri. Kadang-kadang dibarengi dengan gejala stupor komplit, atau dihinggapi
catelepsi (seluruh badan menjadi kaku dan tidak bias digerakkan ayau
dibengkokkan) dia berdiam diri saja dalam waktu yang lama, tidak mau berbicara,
serta menolak makan dan minum.
5. Kesadaran
jadi kabur biasanya disertai redertasi motorik, dan retardasi mental yang
semakin memburuk
o
Tingkatan-tingkatan/derajat manic
a. Tingkatan
hypomania (hypo= kurang; mania=kegilaan). Kegelisahan yang berlebih-lebihan . Pasien
menjadi aktif sekali, tidak mengenal jemu. Bicaranya cepat, gembira dan penuh
gairah, dia menjadi sangat irritable, tidak toleran mania dan tidak sabaran.
b. Tingkatan
mania akut. Pikiran dan ide-idenya begitu cepat bergerak atau berganti-ganti,
sehinggah bicaranya tidak jelas dan ketinggalan (ketinggalan dari pikiran),
hilang kemampuan beriontasi, dan kesadaranya jadi kabur.
c. Mania
hyperakut. Ada dorongan melakukan kekerasan dan suka berkelahi. Bersifat
destruktif diikuti dengan kecapaian yang luar biasa. Terjadi disortentasi total
terhadap waktu, tempat dan orang diikuti delirium, halusinasi dan hilang
insightnya.
o
Tingkat / derajat depresif
Ciri-ciri umum dari depresi atau
melancholia ialah;
a. Ada
retardasi motorik dan mental, kemurungan; tidak ada aktivitas sama sekali. Diikuti
delusi-delusi hypochondria, sedangkan tingkatan-tingkatan depresi dan ciri-cirinya
ialah sebagai berikut : Keterbatasan retardasi biasa: ada perasaan murung dan
putus asa. Hilang ambisinya. Ada prosses rentaldasi mental, dan respon-respon
motoriknya menjadi sangat lambat. Orientasi dan ingatannya belum banyak
terganggu.
b. Melancholia
akut (Acute Melancholia): hilang aktivitasnya. Pribadinya cenderung megasingkan
diri secara total. Dalam status hypochondria, ia dipenuhi delusi-delusi
menyalahkan diri sendiri. Ada rasa-rasa berdosa, pikiran-pikiran tidak riil,
dan delusi-delusi merasa hina, sengsara serta miskin sekali.
c. Stupor
Depresif (Depressive Stupor): dirinya sama sekali jadi membeku, diam mematung.
Ia menolak untuk berbicara, makan atau bergerak. Pasien mengasingkan diri
secara total dari lingkungannya. Kesadarannya menjadi kabur karena banyak di
hinggapi delusi-delusi yang campur-aduk. Banyak penderita psikosa jenis ini
sellalu bergerak dari status depresi / melankholis beralih pada status mania
(axited).
Pragnosa dan penyembuhan : ada
kemungkinan disembuhkan, khususnya bila treatment diberikan pada stadium
permulaan dari penyakit. Yang penting sekali ialah: usaha-usaha preventif; yaitu
mengajar anak-anak dan orang muda untuk mengepresikan emosinya dengan mekanisme
yang positifnya, dan menghindari penekanan-penekanan yang berlebihan-berlebihan
terhadap luapan emosinya.[11]
c. Psikosis
Paranoia
Paranoia adalah gangguan mental yang
amat serius, dicirikan dengan timbulnya delusi penyiksaan (delusion of
persecution) atau delusi kebesaran (delusion of grandeur) yang
disistematisasikan dengan kemerosotan jiwani ringan dan dihinggapi banyak ide
fixed (ide-ide yang salah dan terus-menerus melekat).
Lebih kurang 70% dari penderita
paranoia adalah kaum pria. Mereka selalu diliputi delusi-delusi, khususnya
delosion of grandeur dan delusion of persection, rasa iri hati, cemburu, dan
curiga .pada umumnya mereka tidak di ganggu oleh halusinasi-halusinasi. Pasien
pada umumnya menganggap dirinya superior dan memiliki bakat-bakat luar biasa,
merasa memiliki bakat ketuhanan atau ke-Nabian. Banyak para pemimpin, agitator
dan reformen gelisah / yang mempunyai symptom-simptom paranoid ini.
Symptom-simptom paranoia:
a) Selalu
diikuti oleh delusi-delusi: delusion of grandeur (khayalan kemegahan), delusion
of persecution (khayalan seperti di kejar-kejar), iri hati. Biasanya
delusi-delusi tersebut berupa ide-ide fixed (fixation) yang “disistematisir”.
Penderita menjadi dewa, nabi atau pemimpin-besar.
b) Kehidupan
mentalnya tidak mengalami dementia. Pikiranya masih logis; tetapi ide-idenya
selalu salah, khususnya ide-ide fixed (pikiran keliru / sesat yang tegar, sangkaan
paksaan yang sesat).
c) Gangguannya
pada umumnya bersifat kompensatoris; yaitu ada rasa-rasa bersalah dan berdosa,
rasa-rasa inferior, cemburu, iri dan lain-lain yang diproyeksikan pada orang
lain untuk membela egonya sendiri. Sehingga pasien dihinggapi oleh
delusi-delusi sebagai defence mechanisme dan rasa-rasa inferior, rasa bersalah
dan rasa-rasa yang negative tadi.
o
Sebab-sebab psikosa paranoia:
1. Kecenderungan-kecenderungan
homoseksual dan dorongan-dorongan seksual yang tertekan, yang kemudian di
proyeksikan (frued).
2. Ide-ide yang
sarat dimuati oleh efek-efek yang luar biasa kuatnya.
3. Kebiasaan-kebiasaan
berpikir yang salah, disebabkan oleh rasa iri hati, selfish, egosentris.
Terlalu sensitive dan kerap kali dihinggapi rasa curiga.
4. Merupakan
bentuk-bentuk kompensasi terhadap kegagalan-kegagalannya dan terhadap
kompleks-kompleks inferior; atau ada defence mechanisme terhadap rasa-rasa
berdosa dan bersalah. Seringkali pula tumbuh perasaan-perasaan super dan lain
dari pada orang biasa.[12]
o
Pengobatan
Gangguan Kepribadian Paranoid
Kesulitan
yang dihadapi oleh ahli terapi (terapist) pada gangguan ini adalah penderita
tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya dan merasa tidak memerlukan
bantuan dari terapist. Hanya beberapa saja dari penderita yang mau berobat atas
kemauannya sendiri. Dan sering penderita yang sedang diobati tidak percaya dan
menolak terapist-nya.
Pengobatan
pada gangguan ini lebih banyak difokuskan pada terapi perilaku, sedangkan
terapi obat umumnya tidak efektif.
Terapi
perilaku pada gangguan ini, perlu dilihat masa lalu “kemarahan” penderita
sebagai dasar menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Kemudian, membantu
mengontrol kecemasan penderita dan memperbaiki kemampuan hubungan
interpersonalnya.[13]
IV.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya sakit
jiwa yang dikenal dengan psikosis pada intinya adalah: gangguan jiwa yang berat
yang terjadi pada semua aspek kepribadian, penderitanya tidak dapat lagi
berhubungan dengan realitas karena ia hidup dalam dunianya sendiri, penderita
penyakit ini tidak menyadari bahwa dirinya sakit dan penyembuhannya hanya bisa
dilakukan oleh pihak lain bukan dengan dirinya sendiri.
Secara umum psikosis dibagi menjadi dua yaitu organik dan
fungsional. Pembahasan sakit jiwa ini lebih condong saya bahas pada psikosis
fungsional. Pada psikosa fungsional ini ada kekacauan mental (secara fungsional) yang
non-organis sifatnya, sehingga terjadi keterpecahaan atau keterbelahan pribadi.
Desintegrasi kepribadiaan ini membuahkan maladjustment susial yang berat,
sehingga penderita terputus hubungannya dengan reaalitas hidup diluar. Dia
menjadi tidak kompeten secara social. Dimasukkan dalam kelompok psikosa
fungsional ini ialah schizophrenia,
manic-depresif, dan paranoia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Ardiani
,Tristiadi; Tri Rahayu, Iin; Solichatun, Yulia; Psikologi Klinis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
http://abidinblog.blogspot.com/2008/11/gangguan-kepribadian-paranoid.html/19042012/23:22
Kartono, Kartini,
Hygene Mental . Bandung :Cv. Mandar Maju, 2003
Semiun,
Yustinus, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Kanisius, 2006
Wihartati,
Wening, Modul Psikologi Abnormal, Semarang: IAIN Walisongo, 2011
[1]
Wening Wihartati, Modul Psikologi Abnormal, Semarang: IAIN Walisongo,
2011, Hal. 41
[2]
Tristiadi Ardi Ardiani, Iin Tri Rahayu, Yulia Solichatun, Psikologi Klinis, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, Hal 30-31
[3]
Kartini Kartono , Hygene Mental
. Bandung :Cv. Mandar Maju, 2003. Hal. 128
[4]
Wening Wihartati, Op.Cit. Hal. 43
[5]
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Kanisius, 2006, Hal. 21
[6]
Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 131
[7]
Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 133
[8]
Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 135
[9]
Yustinus Semiun, Op.Cit. Hal. 33
[10]
Yustinus Semiun, Op.Cit. Hal. 106
[11]
Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 135-139
[12]
Kartini Kartono, Op.Cit. Hal. 141
[13]
http://abidinblog.blogspot.com/2008/11/gangguan-kepribadian-paranoid.html/19042012/23:22