MASALAH MASALAH DASAR DALAM KONSELING DAN PSIKOTERAPI
A.
Konsep-konsep utama dan filsafat
Pendekatan konseling dan psikoterapi
yang berlaku menjadi jelas bahwa tidak ada suatu filsafat bersama yang
mempersaukan semua pendekatan itu. Konsep-konsep tentang manusia, tujuan-tujuan
terapi yang berakar pada pandangan tentang sifat manusia, dan teknik-teknik
yang digunakan cenderung berbeda-beda pada masing-masing pendekatan terapi.
Perbedaan terutama tampak jelas diaantara asumsi-asumsi filosofis yang
melandasi tiga pendekatan yang berbeda : pendekatan psikoanalitik,
pendekatan behavioral, dan pendekatan eksistensial humanistik.
Pendekatan Psikoanalitik Freudian
memandang manusia melalui kacamata deterministik. Ia berasumsi bahwa manusia
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar dan irassional, oleh energi psikis
oleh keseimbangan homeostatik, dan oleh pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.
Psikoanalisis adalah suatu pendekatan terapi jangka panjang yang yang dirahkan
mengubah kepribadian klien. Yang dimana klien mampu untuk membentuk ulang masa
depannya bukan ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak dini dan
dinamika-dinamika tak sadar yang direpresi.
Pendekatan behavioral, dilain pihak
lebih berfokus pada tigkah laku-tingkah laku spesifik yang dapat diamati. Terapi
tinkah laku berasumsi bahwa tingkah laku manusia adalah hasil dari belajar.
Sama halnya dengan psikoanalisis, pendekatan behavioral berasumsi bahwa
individu mampu berubah dengan merancang ulang keniscayaan-keniscayaan
eksternal. Apa yang telah dipelajari bisa dihapus dengan belajar dan pola-pola
tingkah laku baru yang efektif bisa menggantikan tingkah laku yang telah
dipelajari yang tidak efektif.
Pendekatan eksistensial. Pandangan
ini menempatkan kesedian, memilih, dan memutuskan pada suatu tempat sentral
dalam terapi. Pendekatan ini memandang manusia memiliki kesadaran dan kebebasan
untuk membuat pilihan-pilihan fundamental yang membentuk kehidupannya.
Pendekatan ini ditujikan untuk membantu klien mengembalikan tanggung jawab
untuk memilih kualitas kehidupannya, ini cenderung merupakan terapi yang
berorientassi ke masa depan.
Adapun Filsafat dasar dan konsep
utama dari beberapa pendekatan diantaranya adalah
a.
Terapi
Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan
pengalaman-pengalaman diri. Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral
dalam tingkah laku sekarang. Ketentuan-ketentuan irasional kuat, orang didorong
oleh dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting karena
masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik kanak-kanak yang direpresi.
Perkembangan kepribadian yang normal berdasarkan resolusi dan
intregasi fase-fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan
kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase
perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. Id, ego,superego membentuk
dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat pereprsia
konflik-konflik dasar. Mekanisme-mekanisme pertahan ego dikembangkan untuk
mengendalikan kecemasan. Proses-proses tak sadar berkaitan erat dengan tingkah
laku yang muncul sekarang.
b.
Terapi
Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sikap dan kondisi manusia yang mencakup kesanggupan
untuk menyadari diri, bebas untuk memilih menentukan nasib sendiri, kebebasan
dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang
unik didalam dunia yang tak bermakna, berada dalam hubungan dengan orang lain
keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Merupakan suatu pendekatan pada konseling dan terapi alih-alih
suatu model terapi tetaap. Terapi ini menekankan kondisi-kondisi inti manusia.
Perkembangan kepribadian yang normal berdasarkan keunikan massing-masing
individu. Berfokus pada saat sekarang dan pada menjadi seseorag itu, yang
berarti memiliki orientasi ke masa depan. Ia menekankan kesaadaran diri sebelum
bertindak.
c.
Terapi
Client centered
Memandang manusia secara positif, manusia memiliki suatu
kecenderungan kearah menjadi berfungsi penuh. Dalam kondisi terapeutik, klien
mengalami perasaan-perasaaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan
potensi dan bergerak kearah meningkatkan kesadaran, sportanitas, kepercayaan
kepada diri dan keterarahan dalam.
Klien memiliki kemampuan untuk sadar atas mesalah-masalahnya serta
cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk
mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri
ideal dan diri real. Berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan
mengekspresikan perasaan-perasaan.
d.
Terapi
Gestalt
Orang terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan
dan tingkah laku. Individu depandang memiliki kesanggupan untuk menyadari
bagaiman pengaruh massa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
Mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak selesai,
penghindaran mengalami dan menyadari saat sekarang.
e.
Terapi
Tingkah laku
Manusia dibentuk dan dikondisikan dengan pengkondisian sosial
budaya. Tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengkondisian.
Berfokus pada tingkah laku yang nampak, terapi berlandaskan pada
prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui
perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat belajar yang
keliru.
f.
Terapi
Realitas
Orang membutuhkan identitas dan mampu megembangkan identitas
keberhasilan maupun identitas kegagalan. Terapi realitas berdasarkan motivasi
pertumbuhan dan antideterministik.
Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa
lampau sebagai variabel utama. Petimbangan nilai dan tanggung jawab moral di
tekankan. Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggung jawab.
B.
Tujuan-tujuan dalam konseling dan psikoterapi
ada beberapa para ahli yang
mengemukakan tujuan konseling antara lain :
1.
Menurut willis,
konseling adalah upaya bantuan yang di berikan seorang pembimbing yang terlatih dan bepengalaman,
terhadap individu-individu yang membutuhknnya agar berkembang potensinya secara
optimal, mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang selalu berubah
2.
Menurut
Prof. Rosjidan Ada 3 kategori dalam tujuan-tujuan konseling. tujuan khusus
meliputi :
a.
merubah tingkah laku yang terganggu
b.
mempelajari tingkah laku yang terganggu
c.
mencegah problem-problem
3.
Corey (dalam abimanyu dan manrihu 1996dalam
abimanyu dan manrihu 1996)mengelompokkan tujuan-tujuan konseling antara lain :
a. Reorganisasi kepribadian
b. menemukan makana dalam hidup
c.
penyembuhan gangguan emosional
d.
penyesuaian terhadap masyarakat
e.
penyesuaian aktualisasi diri
f . peredaan kecemasan
g.
penghapusan perilaku maladatif (sulit
menyesuaikan diri )
4.
Shertzer dan stone (dalam abimanyu dan manrihu
1996) membuat pengelompkan tujuan
konseling yang sederhana meliputi :
a.
perubahan perilaku
b.
kesehatan mental yang positif
c.
pemecahan masalah
Tujuan Psikoterapi
Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal
yang benar
Tujuan ini biasanya dilakukan melalui
terapi yang sifatnya direktif (memimpin) dan suportif (memberikan dukungan dan
semangat). persuasi (ajakan ) dengan cara di beri nasehat sederhana
C.
Fungsi dan peran terapis
Masalah yang menyangkut fungsi
fungsi yang pantas dan tidak pantas serta penentuan peran terapis merupakan
suatu masalah dasar yang harus dihadapi oeh setiap terapis.
Satu masalah yang berkaitan dengan
fungsi dan peran terapis adalah tingkat pengendalian seorang terapis terhadap
tingkah laku klien selama terapi dilakukan maupun di luar proses terapi. Para
terapi perlu menyadari betapa pentingnya pengaruh tingkah laku mereka terhadap
klien mereka karena pengaruh terapis berkaitan erat dengan keontetikan apa yang
dilakukan seorang terapis tersebut.
Jadi, masalah yang penting adalah
sejauh mana seorang konselor harus bisa menjadi diri nya sendiri selama proses
konseling dan masalah struktur atau tanggung jawab .
D.
Pengalaman klien dalam terapi
Pada umumnya
para klien datang ke terapis yaitu karena tidak adanya kesesuaian antara apa
yang diinginkan oleh dirinya . dan diantaranya seseorang mendatangkan terapi
yaitu karena adanya keinginan oleh seorang klien untuk membantu menyelesaikan
konflik yang dia hadapi.
Terlepas dari
apakah tujuan klien mendatangkan terapis yaitu untuk menyembuhkan suatu
gangguan atau untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Apa sesungguhnya ciri ciri klien yang
berhasil dalam terapi? Truax dan Carkhuuf ( 1967 ) menyebutkan tipe klien yang
berhasil dalam konseling dan psikoterapi yaitu individu memiliki taraf gangguan
batin yang tinggi, akan tetapi klien dapat menunjukkan taraf gangguan tingkah
laku yang rendah. Definisi ini sejalan dengan gagasan Rogers yang menyebutkan
bahwa syarat dasar bagi terapi adalah klien mempersepsi kan bahwa dirinya (
kilen ) memiliki suatu masalah yang menimbulkan motivasi untuk berubah. Juga ,
klien yang berhasil biasanya memperlihatkan taraf kesediaan yang tinggi untuk
berubah dan memiliki pengharapan yang positif atas perbaikan diri nya sendiri .
E.
Hubungan antara terapis dan klien
Hubungan terapeutik melibatkan dari
terapis maupun klien. Tingkat perhatiaan terapis, minat dan kemampuannya dalam
membantuk klien dan ketulusannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
hubugan. Klien pun mempengaruhi hubungan melalui variabel-variabel motivasi,
kerja sama, minat, perhatian, sikap, persepsi-persepsi, dan reaksi-reaksinya
terhadap terapis.
Adapun hubungan terapeutik dari
beberapa pendekatan diantaranya :
a.
Terapi
Psikoanalitik
Klien memperoleh pemahaman dengan berbicara. Dan terapis membuat
penafsiran-penafsiran untuk mengajari klien tentang makna tingkah lakunya
sekarang sambl meghubungkannya dengan masa lampau klien
b.
Terapi
Eksistensial Humanistik
Tugas utama terapis adalah menangkap secara akurat ada dalam dunia
klien serta menciptakan suatu pertemuan yang personal dan otentik dengan klien.
Klien menemukan keunikan diri dalam hubungannya dengan terapis.
c.
Terapi
Client Centred
Hubungan terapis-klien sangat penting. Kualitas-kualitas terapis
yang mencakup kesejatian, kehangatan, empati yang akurat, respek, sikap
permisif, dan kemampuan
mengkomunikasikan pada klien. Klien menggunakan hubungan yang nyata
denganterapis itu untuk menerjemahkan belajar diri kedalam hubungan-hubungan
yang lain.
d.
Terapi
Gestalt
Terapi membantu klien dalam mengembangkan cara-cara membuat
penafsiran-penafsiran tersendiri. Klien
diharapkan mengenali dan menangani urusan yang tak selesai yang menghambat
fungsi dirinya, dengan mengalami ulang situasi-situasi traumatik masa lampau,
seakan-akan situasi-situasi tersebut muncul sekarang.
e.
Terapi
Tingkah laku
Terapis aktif dan direktif, dan berfungsi sebagai guru atau pelatih
dalam membantu klien belajar tingkah laku yang lebih efektif. Klien harus aktif
dalam peroses dan berseksperiment dengan tingkah laku baru. Meskipun hubungan
terapis dan klien tidak ditekankan, hubungan kerja yang baik menjadi krangka
landasan bagi pelaksanaan prosedur-prosedur terapi
f.
Analisis
Transaksional
Hubungan yang sedrajat dengan mengesampingkan status trapis
diutamakan. Klien membuat kontrak-kontrak dengan terapis untuk mencapai
perubahan-perubahan spesifik yang diinginkan, apabila kontrak telah selesai
maka terapi diakhiri. Transferensi dan ketergantungan pada terapis ditiadakan.
g.
Terapi
Rasional Emotif
Terapis sebagai guru dan klien sebagai murid. Hubungan terapis dan
klien tidak esensial. Klien memperoleh pemahaman atas masalah dirinya dan
kemudian harus secara aktif mengalahkan pengubahan tingkah laku yang
mengalahkan diri.
h.
Terapi
Realitas
Tugas utama terapi adalah melibatkan diri dengan klien dan
mendorong klien untuk menghadapi kenyataan dan membuat pertimbangan nilai
mengenai tingkah lakunya sekarang.
F.
Masalah tentang teknik-teknik dan prosedur
Diagnosis
Diagnosis sebagai bagian yang
mendasar dari proses trepeutik. Diagnosis psikologis pada umumnya adalah suatu
analisis atas masalah-masalah klien, faktor-faktor penyebab, serta sifat dan
perkembangan pola-pola meladjisment. Diagnosis itu juga menyiratkan
spesifikasi tipe-tipe intervensi terapeutik dan peramalan hasil-hasil dari segi
masa depan tingkah laku klien.
Diagnosis dalam konseling dan
psikoterapi adalah memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku
klien sekarang sehingga rencana treatment yang lain bisa dibuat. Banyak yang
mengkritik diagnosis dalam terapi, ada yang memandang bahwa diagnosis
psikologis itu merugikan bagi proses terapeutik.
Pada dasarnya diagnosis merupakan
bagian dasar dari proses terapi. Diagnosis sebagai suatu proses yang
berlangsung yang difokuskan pada memahami klien. Baik terapis maupun klien
terlibat dalam proses pencerian dan penemuan sejak pertemuan awal hingga
berakhirnya terapi. Diagnosis juga
menjadi suatu bentuk pembuatan hipotesis-hipotesis tentatif dan
hipotesis-hipotesis ini bisa dibuat bersama klien dan di berikan kepada klien
sepajang proses.
Pengetesan
Tes-tes bisa digunakan sebagai alat bantu bagi
konseling, informasi yang berharga, yang bisa ditambahkan pada kesanggupan
klien untuk membuat pututsan-putusan, bisa dikumpulkan melali test-test. Karna
harapan dari test-test tersebut bisa mendapatkan jawaban
Bertanya dan menggali informasi
Masalah bertanya dan nilainya dalam
terapi perlu didiskusikan. Sayangnya ada terapis-terapis yang teknik utamanya
adalah mengajukan segudang pertanyaan, mereka mengintrogasi klien. Pertemuan
terapi jadinya merupakan periode bertanya dan menjawab alih-alih merupakan
pertemuan eksplorasi. Klien acap kali merasa diintrogasi dengan teliti, tetapi
tidak bisa di mengerti. Teknik bertanya yang digunakan secara berlebihan bisa
mengacaukan intensitas terapi dan bisa memberikan kepada terapis cara yang aman
tetapi tidak efektif.
Terapi gestal dan realitas tidak
mengajukan pertanyaan mengapa, karenaa mencari cari dalih tingkah laku secara
tipikal, menurut merekaa mengetahui alasan-alasan tingkah laku tidaklah
penting. Seperti dalam prosedur-prosedur yang lainnya, ada tempat untuk
bertanya dalam konseing. Akan tetapi, terapis dan konselor perlu menyadari
bahwa penggunaan pertanyaan yang berlebihan bisa mengacaukan dan mengakibatkan
terapi yang tidak efektif.
Dukungan dan Pemberi Keyakinan
Semua pempraktek setuju bahwa bentuk
dukungan tertentu adalah bahan yang penting bagi pembentukan hubungan
terapeutik yang efektif. Ini diciptakan oleh
terapis dengan secara aktif memperhatikan dan mendengarkan pesan-pesan yang
halus dari klien, menerima klien sebagai pribadi yang dihormati, mengungkapkan
kepercayaan dan harapan yang tulus pada kesanggupan klien untuk berubah,
memberikan keleluasaan untuk mengeksplorasi segenap perasaan dan bersikap
memperhatikan klien.
Terdapat bahaya dan keterbatasan
dalam penggunaan metode pemberi keyakinan. Kesalahan utama dalam penggunaanya
adalah pendekatan “Band Aid” dimana terapis mendessakan bantuan dan kenyaman
kepada klien yang mengalami kecemasan dan kesakitan. Keterbatasan lainnya
adalah jika digunakan secara berlebihan, ia akan menunjang rasa kebergantungan
klien kepada terapis untuk mendapat persetujuan dan sanksi.
Konfrontasi
Konfrontasi kadang-kadang dipersepsi
dan dilaksanakan sebagai serangan yang tak mengenal kasihan, pelampiasan
perasaan-perasaan kebencian, dan perobekan pertahanan klien yang rawan. Dengan
harapan konfrontasi akan mengakibatkan peningkatan kesadaran dan tindak yang
kontruksif, untuk mendorong klien secara nondefensif memikirkan aspek-aspek
tertentu yang hilang dari dirinya. Oleh karena itu, cara konfrontasi yang
digunakan oleh terapis dan klien meneria konfrontasi sangat penting.
Penafsiran dan Refleksi
Terapis ini berfokus kepad
unsur-unsur subjektif dari apa yang dikatakan oleh klien untuk membantunya
manjelaskan perasaan-perasaan serta mengalami perasaan-perasaan itu lebih
inntens atau untuk memikirkan hal-hal tertentu yang dikatakannya pada taraf
yang lebih dalam. Yang direfleksikan adalahlebih dari sekedar makna yang tampil
dari apa yang dikatakan klien. Jika tidak demikian, gerakan kearah kesadaran
tidak akan terjadi. Terapis bukan
merefleksikan isi, melainkan pesan-pesan yang samar yang terkandung dalam
isi.dengan cara ini, kien bisa menimbang-nimbang makna tingkah laku tertentu
dan mulai memeriksa kaitan antara tingkah lakunya yang dahulu dan tingkah laku
yang sekarang.
No comments:
Post a Comment