Thursday, October 17, 2019

KONSELING DAN PSIKOTERAPI


MASALAH MASALAH DASAR DALAM KONSELING DAN PSIKOTERAPI
A.    Konsep-konsep utama dan filsafat
Pendekatan konseling dan psikoterapi yang berlaku menjadi jelas bahwa tidak ada suatu filsafat bersama yang mempersaukan semua pendekatan itu. Konsep-konsep tentang manusia, tujuan-tujuan terapi yang berakar pada pandangan tentang sifat manusia, dan teknik-teknik yang digunakan cenderung berbeda-beda pada masing-masing pendekatan terapi. Perbedaan terutama tampak jelas diaantara asumsi-asumsi filosofis yang melandasi tiga pendekatan yang berbeda : pendekatan psikoanalitik, pendekatan behavioral, dan pendekatan eksistensial humanistik.
Pendekatan Psikoanalitik Freudian memandang manusia melalui kacamata deterministik. Ia berasumsi bahwa manusia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar dan irassional, oleh energi psikis oleh keseimbangan homeostatik, dan oleh pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Psikoanalisis adalah suatu pendekatan terapi jangka panjang yang yang dirahkan mengubah kepribadian klien. Yang dimana klien mampu untuk membentuk ulang masa depannya bukan ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak dini dan dinamika-dinamika tak sadar yang direpresi.
Pendekatan behavioral, dilain pihak lebih berfokus pada tigkah laku-tingkah laku spesifik yang dapat diamati. Terapi tinkah laku berasumsi bahwa tingkah laku manusia adalah hasil dari belajar. Sama halnya dengan psikoanalisis, pendekatan behavioral berasumsi bahwa individu mampu berubah dengan merancang ulang keniscayaan-keniscayaan eksternal. Apa yang telah dipelajari bisa dihapus dengan belajar dan pola-pola tingkah laku baru yang efektif bisa menggantikan tingkah laku yang telah dipelajari yang tidak efektif.
Pendekatan eksistensial. Pandangan ini menempatkan kesedian, memilih, dan memutuskan pada suatu tempat sentral dalam terapi. Pendekatan ini memandang manusia memiliki kesadaran dan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan fundamental yang membentuk kehidupannya. Pendekatan ini ditujikan untuk membantu klien mengembalikan tanggung jawab untuk memilih kualitas kehidupannya, ini cenderung merupakan terapi yang berorientassi ke masa depan.
Adapun Filsafat dasar dan konsep utama dari beberapa pendekatan diantaranya adalah
a.       Terapi Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman diri. Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Ketentuan-ketentuan irasional kuat, orang didorong oleh dorongan-dorongan seksual dan agresif. Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik kanak-kanak yang direpresi.
Perkembangan kepribadian yang normal berdasarkan resolusi dan intregasi fase-fase perkembangan psikoseksual yang berhasil. Perkembangan kepribadian yang gagal merupakan akibat dari resolusi sejumlah fase perkembangan psikoseksual yang tidak memadai. Id, ego,superego membentuk dasar bagi struktur kepribadian. Kecemasan adalah akibat pereprsia konflik-konflik dasar. Mekanisme-mekanisme pertahan ego dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Proses-proses tak sadar berkaitan erat dengan tingkah laku yang muncul sekarang.
b.      Terapi Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sikap dan kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas untuk memilih menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik didalam dunia yang tak bermakna, berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.
Merupakan suatu pendekatan pada konseling dan terapi alih-alih suatu model terapi tetaap. Terapi ini menekankan kondisi-kondisi inti manusia. Perkembangan kepribadian yang normal berdasarkan keunikan massing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan pada menjadi seseorag itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Ia menekankan kesaadaran diri sebelum bertindak.
c.       Terapi Client centered
Memandang manusia secara positif, manusia memiliki suatu kecenderungan kearah menjadi berfungsi penuh. Dalam kondisi terapeutik, klien mengalami perasaan-perasaaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kearah meningkatkan kesadaran, sportanitas, kepercayaan kepada diri dan keterarahan dalam.
Klien memiliki kemampuan untuk sadar atas mesalah-masalahnya serta cara mengatasinya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah keselarasan antara diri ideal dan diri real. Berfokus pada saat sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-perasaan.
d.      Terapi Gestalt
Orang terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan dan tingkah laku. Individu depandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaiman pengaruh massa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
Mencakup tanggung jawab pribadi, urusan yang tak selesai, penghindaran mengalami dan menyadari saat sekarang.
e.       Terapi Tingkah laku
Manusia dibentuk dan dikondisikan dengan pengkondisian sosial budaya. Tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengkondisian.
Berfokus pada tingkah laku yang nampak, terapi berlandaskan pada prinsip-prinsip teori belajar. Tingkah laku yang normal dipelajari melalui perkuatan dan peniruan. Tingkah laku yang abnormal adalah akibat belajar yang keliru.
f.       Terapi Realitas
Orang membutuhkan identitas dan mampu megembangkan identitas keberhasilan maupun identitas kegagalan. Terapi realitas berdasarkan motivasi pertumbuhan dan antideterministik.
Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan menolak masa lampau sebagai variabel utama. Petimbangan nilai dan tanggung jawab moral di tekankan. Kesehatan mental sama dengan penerimaan atas tanggung  jawab.
B.     Tujuan-tujuan dalam konseling dan psikoterapi
ada beberapa para ahli yang mengemukakan tujuan konseling antara lain :
1.      Menurut  willis, konseling adalah upaya bantuan yang di berikan seorang   pembimbing yang terlatih dan bepengalaman, terhadap individu-individu yang membutuhknnya agar berkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah
2.       Menurut Prof. Rosjidan Ada 3 kategori dalam tujuan-tujuan konseling. tujuan khusus meliputi :
a.                  merubah tingkah laku yang terganggu
b.                  mempelajari tingkah laku yang terganggu
c.                   mencegah problem-problem                                                                                                                                                                            
3.      Corey (dalam abimanyu dan manrihu 1996dalam abimanyu dan manrihu 1996)mengelompokkan tujuan-tujuan konseling antara lain :
          a. Reorganisasi kepribadian
          b. menemukan makana dalam hidup
          c.  penyembuhan gangguan emosional
           d.  penyesuaian terhadap masyarakat
           e.  penyesuaian aktualisasi diri
          f . peredaan kecemasan
g.    penghapusan perilaku maladatif (sulit menyesuaikan diri )
4.      Shertzer dan stone (dalam abimanyu dan manrihu 1996) membuat pengelompkan tujuan   konseling yang sederhana meliputi :  
a.        perubahan perilaku
b.      kesehatan mental yang positif
c.       pemecahan masalah
Tujuan Psikoterapi 
 Memperkuat motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar
          Tujuan ini biasanya dilakukan melalui terapi yang sifatnya direktif (memimpin) dan suportif (memberikan dukungan dan semangat). persuasi (ajakan ) dengan cara di beri nasehat sederhana

C.    Fungsi dan peran terapis
Masalah yang menyangkut fungsi fungsi yang pantas dan tidak pantas serta penentuan peran terapis merupakan suatu masalah dasar yang harus dihadapi oeh setiap terapis.
Satu masalah yang berkaitan dengan fungsi dan peran terapis adalah tingkat pengendalian seorang terapis terhadap tingkah laku klien selama terapi dilakukan maupun di luar proses terapi. Para terapi perlu menyadari betapa pentingnya pengaruh tingkah laku mereka terhadap klien mereka karena pengaruh terapis berkaitan erat dengan keontetikan apa yang dilakukan seorang terapis tersebut.
Jadi, masalah yang penting adalah sejauh mana seorang konselor harus bisa menjadi diri nya sendiri selama proses konseling dan masalah struktur atau tanggung jawab .

D.    Pengalaman klien dalam terapi
Pada umumnya para klien datang ke terapis yaitu karena tidak adanya kesesuaian antara apa yang diinginkan oleh dirinya . dan diantaranya seseorang mendatangkan terapi yaitu karena adanya keinginan oleh seorang klien untuk membantu menyelesaikan konflik yang dia hadapi.
Terlepas dari apakah tujuan klien mendatangkan terapis yaitu untuk menyembuhkan suatu gangguan atau untuk meningkatkan kualitas kehidupan mereka.  Apa sesungguhnya ciri ciri klien yang berhasil dalam terapi? Truax dan Carkhuuf ( 1967 ) menyebutkan tipe klien yang berhasil dalam konseling dan psikoterapi yaitu individu memiliki taraf gangguan batin yang tinggi, akan tetapi klien dapat menunjukkan taraf gangguan tingkah laku yang rendah. Definisi ini sejalan dengan gagasan Rogers yang menyebutkan bahwa syarat dasar bagi terapi adalah klien mempersepsi kan bahwa dirinya ( kilen ) memiliki suatu masalah yang menimbulkan motivasi untuk berubah. Juga , klien yang berhasil biasanya memperlihatkan taraf kesediaan yang tinggi untuk berubah dan memiliki pengharapan yang positif atas perbaikan diri nya sendiri .

E.     Hubungan antara terapis dan klien
Hubungan terapeutik melibatkan dari terapis maupun klien. Tingkat perhatiaan terapis, minat dan kemampuannya dalam membantuk klien dan ketulusannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hubugan. Klien pun mempengaruhi hubungan melalui variabel-variabel motivasi, kerja sama, minat, perhatian, sikap, persepsi-persepsi, dan reaksi-reaksinya terhadap terapis. 
Adapun hubungan terapeutik dari beberapa pendekatan diantaranya :
a.       Terapi Psikoanalitik
Klien memperoleh pemahaman dengan berbicara. Dan terapis membuat penafsiran-penafsiran untuk mengajari klien tentang makna tingkah lakunya sekarang sambl meghubungkannya dengan masa lampau klien
b.      Terapi Eksistensial Humanistik
Tugas utama terapis adalah menangkap secara akurat ada dalam dunia klien serta menciptakan suatu pertemuan yang personal dan otentik dengan klien. Klien menemukan keunikan diri dalam hubungannya dengan terapis.
c.       Terapi Client Centred
Hubungan terapis-klien sangat penting. Kualitas-kualitas terapis yang mencakup kesejatian, kehangatan, empati yang akurat, respek, sikap permisif,  dan kemampuan mengkomunikasikan pada klien. Klien menggunakan hubungan yang nyata denganterapis itu untuk menerjemahkan belajar diri kedalam hubungan-hubungan yang lain.
d.      Terapi Gestalt
Terapi membantu klien dalam mengembangkan cara-cara membuat penafsiran-penafsiran tersendiri.  Klien diharapkan mengenali dan menangani urusan yang tak selesai yang menghambat fungsi dirinya, dengan mengalami ulang situasi-situasi traumatik masa lampau, seakan-akan situasi-situasi tersebut muncul sekarang.
e.       Terapi Tingkah laku
Terapis aktif dan direktif, dan berfungsi sebagai guru atau pelatih dalam membantu klien belajar tingkah laku yang lebih efektif. Klien harus aktif dalam peroses dan berseksperiment dengan tingkah laku baru. Meskipun hubungan terapis dan klien tidak ditekankan, hubungan kerja yang baik menjadi krangka landasan bagi pelaksanaan prosedur-prosedur terapi
f.       Analisis Transaksional
Hubungan yang sedrajat dengan mengesampingkan status trapis diutamakan. Klien membuat kontrak-kontrak dengan terapis untuk mencapai perubahan-perubahan spesifik yang diinginkan, apabila kontrak telah selesai maka terapi diakhiri. Transferensi dan ketergantungan pada terapis ditiadakan.

g.      Terapi Rasional Emotif
Terapis sebagai guru dan klien sebagai murid. Hubungan terapis dan klien tidak esensial. Klien memperoleh pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif mengalahkan pengubahan tingkah laku yang mengalahkan diri.
h.      Terapi Realitas
Tugas utama terapi adalah melibatkan diri dengan klien dan mendorong klien untuk menghadapi kenyataan dan membuat pertimbangan nilai mengenai tingkah lakunya sekarang. 
F.     Masalah tentang teknik-teknik dan prosedur
Diagnosis
Diagnosis sebagai bagian yang mendasar dari proses trepeutik. Diagnosis psikologis pada umumnya adalah suatu analisis atas masalah-masalah klien, faktor-faktor penyebab, serta sifat dan perkembangan pola-pola meladjisment. Diagnosis itu juga menyiratkan spesifikasi tipe-tipe intervensi terapeutik dan peramalan hasil-hasil dari segi masa depan tingkah laku klien.
Diagnosis dalam konseling dan psikoterapi adalah memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai tingkah laku klien sekarang sehingga rencana treatment yang lain bisa dibuat. Banyak yang mengkritik diagnosis dalam terapi, ada yang memandang bahwa diagnosis psikologis itu merugikan bagi proses terapeutik.
Pada dasarnya diagnosis merupakan bagian dasar dari proses terapi. Diagnosis sebagai suatu proses yang berlangsung yang difokuskan pada memahami klien. Baik terapis maupun klien terlibat dalam proses pencerian dan penemuan sejak pertemuan awal hingga berakhirnya terapi.  Diagnosis juga menjadi suatu bentuk pembuatan hipotesis-hipotesis tentatif dan hipotesis-hipotesis ini bisa dibuat bersama klien dan di berikan kepada klien sepajang proses.
Pengetesan
 Tes-tes bisa digunakan sebagai alat bantu bagi konseling, informasi yang berharga, yang bisa ditambahkan pada kesanggupan klien untuk membuat pututsan-putusan, bisa dikumpulkan melali test-test. Karna harapan dari test-test tersebut bisa mendapatkan jawaban


Bertanya dan menggali informasi
Masalah bertanya dan nilainya dalam terapi perlu didiskusikan. Sayangnya ada terapis-terapis yang teknik utamanya adalah mengajukan segudang pertanyaan, mereka mengintrogasi klien. Pertemuan terapi jadinya merupakan periode bertanya dan menjawab alih-alih merupakan pertemuan eksplorasi. Klien acap kali merasa diintrogasi dengan teliti, tetapi tidak bisa di mengerti. Teknik bertanya yang digunakan secara berlebihan bisa mengacaukan intensitas terapi dan bisa memberikan kepada terapis cara yang aman tetapi tidak efektif.
Terapi gestal dan realitas tidak mengajukan pertanyaan mengapa, karenaa mencari cari dalih tingkah laku secara tipikal, menurut merekaa mengetahui alasan-alasan tingkah laku tidaklah penting. Seperti dalam prosedur-prosedur yang lainnya, ada tempat untuk bertanya dalam konseing. Akan tetapi, terapis dan konselor perlu menyadari bahwa penggunaan pertanyaan yang berlebihan bisa mengacaukan dan mengakibatkan terapi yang tidak efektif.
Dukungan dan Pemberi Keyakinan
Semua pempraktek setuju bahwa bentuk dukungan tertentu adalah bahan yang penting bagi pembentukan hubungan terapeutik yang efektif.  Ini diciptakan oleh terapis dengan secara aktif memperhatikan dan mendengarkan pesan-pesan yang halus dari klien, menerima klien sebagai pribadi yang dihormati, mengungkapkan kepercayaan dan harapan yang tulus pada kesanggupan klien untuk berubah, memberikan keleluasaan untuk mengeksplorasi segenap perasaan dan bersikap memperhatikan klien.
Terdapat bahaya dan keterbatasan dalam penggunaan metode pemberi keyakinan. Kesalahan utama dalam penggunaanya adalah pendekatan “Band Aid” dimana terapis mendessakan bantuan dan kenyaman kepada klien yang mengalami kecemasan dan kesakitan. Keterbatasan lainnya adalah jika digunakan secara berlebihan, ia akan menunjang rasa kebergantungan klien kepada terapis untuk mendapat persetujuan dan sanksi.
Konfrontasi
Konfrontasi kadang-kadang dipersepsi dan dilaksanakan sebagai serangan yang tak mengenal kasihan, pelampiasan perasaan-perasaan kebencian, dan perobekan pertahanan klien yang rawan. Dengan harapan konfrontasi akan mengakibatkan peningkatan kesadaran dan tindak yang kontruksif, untuk mendorong klien secara nondefensif memikirkan aspek-aspek tertentu yang hilang dari dirinya. Oleh karena itu, cara konfrontasi yang digunakan oleh terapis dan klien meneria konfrontasi sangat penting.

Penafsiran dan Refleksi
Terapis ini berfokus kepad unsur-unsur subjektif dari apa yang dikatakan oleh klien untuk membantunya manjelaskan perasaan-perasaan serta mengalami perasaan-perasaan itu lebih inntens atau untuk memikirkan hal-hal tertentu yang dikatakannya pada taraf yang lebih dalam. Yang direfleksikan adalahlebih dari sekedar makna yang tampil dari apa yang dikatakan klien. Jika tidak demikian, gerakan kearah kesadaran tidak akan terjadi.  Terapis bukan merefleksikan isi, melainkan pesan-pesan yang samar yang terkandung dalam isi.dengan cara ini, kien bisa menimbang-nimbang makna tingkah laku tertentu dan mulai memeriksa kaitan antara tingkah lakunya yang dahulu dan tingkah laku yang sekarang.

No comments:

Post a Comment

Cerita Nyata

BAPAK HOBI SELINGKUH Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku, sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 t...