BAPAK HOBI SELINGKUH
Cerita ini merupakan pengalaman anak tetanggaku,
sebut saja namanya Finsa. Saat ini usianya hampir mendekati 20 tahun. Bapaknya
punya hobi memancing, namun tidak hanya itu. Ia pun hobi selingkuh sejak Finsa
duduk di bangku SMP. Finsa mengetahui perilaku bapaknya lewat SMS, WA, dan
bahkan sering mendengar saat bapaknya telfon selingkuhannya.
Dulu, sejak Finsa duduk di bangku SD, bapaknya
sering menggoda janda yang ada di kampungnya diam-diam. Hanya saja yang digoda
tidak menghiraukannya karena bapak Finsa tidak punya pekerjaan. Cewek-cewek
yang digoda bapak Finsa, tidak hanya yang janda, yang bersuami dan dadanya
besar pun tetap digodanya. Pernah suatu hari, ibu Finsa sedang berbelanja. Ia
pun mendengar selentingan jelek dari para tetangganya.
“Eh, Pak X itu suka ganggu aku loh bu,” Kata
seorang tetangganya.
“Emang itu orang penggoda, sayang gak punya duit,”
timpal tetangga lainnya.
“Iya, lagipula dia kan punya istri dan anak,”
timpal yang lain.
“Kayaknya orang sekampung pernah juga digoda dia.
Tuh Tanya aja istrinya.”
“Mba, kenapa sih suaminya suka goda cewek lain?”
Tanya tetangga pada ibu Finsa.
“Lah, saya gak tau atuh bu, ibu nie mungkin yang
suka godain suami saya,” jawab ibuX
“Yaelah bu, kurang kerjaan amat godain orang gak
punya duit,” balas tetangganya.
“Gak punya duit juga suami saya punya tampang,”
balas ibu Finsa dan beranjak pergi.
“bu X itu gak sadar amat ya dikasih tau kelakuan
suaminya malah dibelain.”
“Yaudah deh bu, biarin aja.”
Sesampainya di rumah, ibu Finsa bertanya kepada
suaminya perihal di warung. Bapak Finsa pun meyakinkan bahwa ia tidak pernah
berbuat demikian.
“Pak, tadi ibu denger orang pada ngomongin bapak.”
“Ngomongin apa emangnya bu?”
“Katanya bapak suka godain cewek lain ya?”
“Jangan percaya lah bu, biasa orang ganteng gini
banyak yang suka ngaku-ngaku.”
“Beneran nih pak?”
“Iya bu, mereka lagi pada minta digoda kali bu.
Biarin aja, yang penting ibu jangan percaya. Udah bu, sekarang masak aja. Bapak
mau mancing.”
Setelah Finsa lulus SD, bapaknya diterima kerja di
luar kota. Akhirnya, bapak Finsa pun jarang pulang. Setiap 2 bulan sekali
bapaknya pulang. Namun, tidak pernah di rumah. Sering didapati bapaknya
menelfon seseorang diam-diam dan pergi dengan orang lain. Ha;l tersebut membuat
ibu dan anaknya curiga. Pernah suatu kali, ibu dan anaknya memeriksa HP
bapaknya. Ternyata didapati ada 3 chat dengan panggilan sayang yang berbeda.
Salah satu teman chat dengan panggilan sayang itu
adalah tantenya Finsa yang tidak lain adalah adik ibunya Finsa sendiri. Finsa
pun marah dengan kelakuan bapaknya. Ibunya pun sakit hati. Dan akhirnya ia
mencoba membicarakan hal ini kepada suaminya.
“Pak, tadi ibu buka HP bapak.”
“Kamu kok lancang buka-buka tanpa ijin suami!”
“Bapak selingkuh kok sama banyak orang? Adikku
juga kamu selingkuhi.”
“Urusanmu apa? Kamu kan enak tinggal nerima duit
aja!”
“Aku ini istrimu, pak. Wajar kalo aku marah.”
“Kamu gak berhak marah bu. Aku juga butuh hiburan.
Kalo aku nikahi selingkuhanku ya malah repot. Apa kamu mau gak tak nafkahi?”
“Bapak apa gak cukup istri satu?”
“Ya gak lah bu, gak enak.”
“Bapak sadar pak, jangan gila dong.”
“Udahlah, ibu diem aja. Kalo gituh mending bapak
gak usah kerja aja kalo gak boleh ini gak boleh itu. Apa ibu aja yang kerja,
bapak diem ae di rumah nuruti kamu?”
Semenjak itu, ibu Finsa tidak mampu berkata
apa-apa lagi. Ia membiarkan kelakuan suaminya semakin merajalela sampai Finsa
pun tamat SMA. Usut punya usut ternyata bapak Finsa pun sempat memiliki satu
anak dari hasil perselingkuhannya. Ibu Finsa pun diam diam juga mulai menggoda
beberapa duda keren di kampungnya. Ia mulai merasakan kurangnya belaian seorang
laki-laki. Cara berpakaiannya pun sudah mulai berubah. Dia lebih senang
memperlihatkan sedikit belahan dadanya kepada laki laki lain.
Hingga suatu saat, datanglah seorang tukang sol
sepatu ke rumahnya. Sambil menunggu orderan orang yang hendak memperbaiki
sepatunya, ia pun mengajak ibu Finsa mengobrol. Makin hari, tukan sol sepatu
itu makin sering berkunjung. Ibu Finsa pun seolah mendapatkan apa yang dia
butuhkan selama ini. Hal ini pun diketahui keluarga Bapak Finsa. Suatu hari,
Finsa pun ditegur oleh budhenya.
“Finsa, ibumu kok sering ada tamu sampai malem?”
“Oh, Itu Cuma tukang sol sepatu kok budhe.”
“Tukang Sol kok kayak orang pacaran.”
“Ya orangnya emang baik budhe, daripada bapak.”
“Loh kok kamu malah ngomongnya gituh?”
“Bapak kan suka selingkuh budhe, jadi ibu
selingkuh juga gak papa.”
“Takutnya nanti digerebek sama warga emang kamu
gak malu?
“Udahlah budhe, aku lebih tahu gimana keluargaku
kok.”
Akhirnya, Keluarga Finsa pun makin tidak karuan.
Dan ibunya menggugat cerai bapaknya karena tidak mau berpisah dari
selingkuhannya.
“Pak, kamu udah lama selingkuh. Meskipun aku gak
punya banyak bukti, aku minta cerai.”
“Kamu kenapa minta cerai? Kamu lebih milih tukang
sol sepatu itu?”
“Dia lebih perhatian daripada kamu pak.”
“Apa kamu gak mikir gimana anak-anak?”
“Finsa juga setuju aku cerai dari kamu, dia lebih
tahu gimana sakitnya aku yang kamu tinggal selingkuh.”
“Jangan ngomong masalah selingkuh. Kan kamu juga
selingkuh!”
“Aku selingkuh juga gara-gara kamu!”
“Aku minta maaf bu, sekarang kita jangan egois
dulu, kita ada anak anak juga.”
“Capek pak, udah pingin ngerasain hidup yang
enak.”
“Tolong lah bu, aku akan perbaiki semuanya.”
Ibu Finsa pun nekat tetap mau bercerai. Setelah
setahun mengurus surat perceraian dan melewati beberapa mediasi, akhirnya dapat
dikeluarkan surat cerai tersebut. Ibu Finsa pun segera menemui selingkuhannya
dan meminta selingkuhannya untuk menikahinya.
“Mas, aku sudah bercerai dengan suamiku sekarang.”
“Oh, kenapa kamu bercerai?”
“Ya aku lebih memilih mas yang hanya tukang sol
sepatu disbanding suamiku.”
“Loh, aku gak minta untuk kamu pilih kok.”
“Kan mas sendiri yang bilang kalo mas
mencintaiku.”
“Aku mencintaimu hanya sebagai selingkuhan aja,
gak lebih.”
“Trus sekarang kita gimana mas?”
“Ya gak gimana-gimana. Kan aku juga punya anak dan
istri.”
“Kamu gak mau ninggalin istri dan anakmu demi aku
mas?”
“Kalo aku ninggalin mereka, berarti aku yang
bodoh, warisan istriku lebih banyak dari kamu, Lagipula siapa yang nyuruh kamu
cerai. Ngomong juga aku gak pernah.”
“Ya Ampun mas, kamu kok tega sama aku. Trus aku
gimana sekarang?”
“Ya itu terserah kamu mau gimana. Aku mau kembali
sama istri dan anak-anakku.”
Ibu Finsa pun menangis sejadi-jadinya. Dia tidak
pernah menyangka seperti ini jadinya. Akhirnya ia pulang ke tanah kelahirannya
karena malu. Finsa pun tinggal sendiri dengan kakak laki-lakinya.
Para pembaca, sebenarnya kisah ini lebih rumit.
Hanya saja penulis tidak mempu menuangkan kerumitan cerita ini seluruhnya.
Terima kasih karena sudah mau membaca.
No comments:
Post a Comment