I.
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan kita sebagai seorang
calon konselor/ penyuluh sosial sebaiknya mengerti tentang kepribadian diri
kita sendiri dan kepribadian pasien/ klien. Sebab hal ini merupakan sebuah
pijakan yang baik untuk mengawali suatu proses pembelajaran yang baik juga.
Pada dasarnya kepribadian dari diri
seseorang merupakan suatu cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai
kepribadian yang unggul adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam
kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif
yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi
tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang
rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan.
Setiap manusia memiliki kepribadian yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan kepribadian ini sulit
diukur dibanding dengan kecakapan maupun kecerdasan. Kemampuan untuk mengukur
dan mengenal kepribadian manusia tergantung kepada masing-masing individu.
II.
PERMASALAHAN
a.
Apakah
kepribadian itu?
b.
Apakah
yang dimaksud dengan tes kepribadian dan apa gunanya?
c.
Bagaimana
cara mengukur kepribadian?
d.
Apa
saja macam-macam tes kepribadian?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kepribadian
Kepribadian sering disebut juga personality. Istilah
personality
berasal dari kata latin “persona”
yang berarti topeng atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh
pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak,
atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Roma, “persona” berarti bagaimana
seseorang tampak pada orang lain.
Sedangkan personality menurut Kartini Kartono adalah sifat dan tingkah
laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu
mengenai diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Allport juga mendefinisikan personality sebagai susunan sistem-sistem
psikofisik yang dinamis dalam diri individu, yang menentukan penyesuaian yang
unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud Allport meliputi
kebiasaan, sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang
bersifat psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan fisik anak
secara umum.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan suatu susunan sistem psikofisik (psikis dan fisik yang berpadu dan
saling berinteraksi dalam mengarahkan tingkah laku) yang kompleks dan dinamis dalam diri seorang individu, yang menentukan
penyesuaian diri individu tersebut terhadap lingkungannya, sehingga akan tampak
dalam tingkah lakunya yang unik dan berbeda dengan orang lain.[1]
B.
Tes
Kepribadian Serta Kegunaannya
Tes kepribadian adalah tes untuk mengungkapkan sifat-sifat,
aspek-aspek, maupun ciri-ciri keprbadian seseorang. Tes kepribadian ini sangat
langka di Indonesia walaupun perintisannya sudah agak lama dimulai. Pemberian
tes kepribadian di sekolah-sekolah pada umumnya masih banyak mengalami kesulitan,
sehingga perlu minta bantuan dari pihak atau petugas ahli dalam bidang
tersebut.
Pemberian tes kepribadian dalam rangka kegiatan bimbingan dan
konseling akan berguna:
a.
Untuk
kepentingan seleksi.
b.
Untuk
kepentingan jurusan
c.
Untuk
kepentingan diagnostik
d.
Untuk
kepentingan bimbingan jabatan
e.
Berfungsi
sebagai katarsis (khususnya tes proyektif).[2]
C.
Cara
Mengukur Kepribadian
Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari
(self-report) kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran
kepribadian seutuhnya (personality inventory, serangkaian instrumen yang
menyingkap sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara untuk mengukur atau
menyelidiki kepribadian. Berikut ini adalah beberapa diantaranya :
1. Observasi Direct
Observasi direk berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai
sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku
subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi
biasa mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau
dapat dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan
sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:
a. Time Sampling Method
Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu
tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons, atau
aspek tertentu.
b. Incident Sampling Method
Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku
dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan
dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok makan,
dan sebgainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi perhatian adalah
tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek berikut setelah respons.
c. Metode Buku Harian Terkontrol
Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam buku harian tentang tingkah
laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang bersangkutan sendiri. Misalnya
mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang marah. Syarat penggunaan metode
ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang dewasa yang cukup inteligen dan
lebih jauh lagi adalah benar-benar ada pengabdian pada perkembangan ilmu
pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap
muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi
kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
a. Stress interview
Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat
bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk
mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya
setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan
sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.
b. Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakn non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka
dibidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan
tes proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar
atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi
peluang kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas
hal yang disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menurut penggunaan imajinasi, kita
dapat menganalisis hasil fantasinya untuk menguur cara dia merasa dan berpikir.
Jika melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya,
memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. [3]
D.
Macam-Macam
Tes Kepribadian
Tes kepribadian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Tes
non-proyektif, dan (2) tes proyektif.
(1)
Tes
non-proyektif, yaitu tes kepribadian yang disusun dengn tidak mempertimbangkan
adanya proyeksi. Yang termasuk tes non-proyeksi, antara lain:
a)
Tes
Kepribadian (ARES)
Yaitu tes kepribadian untuk mengungkap aspek kepercayaan diri,
tanggung jawab, kestabilan emosi, dan hubungan sosial.
b)
Tes
L & TW (Leadership dan Team Work)
Tes L & TW digunakan untuk mengungkap aspek sikap,
kepemimpinan, dan kerjasama.
c)
Tes
Wiggly Block
Tes kepribadin yang berbentuk potongan balok, untuk mengungkap
aspek reaksi kerja, sistematika kerja, ketenangan kerja, kecepatan kerja dan
hasil kerja.
d)
Tes
EPPS
Tes EPPS
diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Tes Edwards Personal
Preference Schedule (EPPS) adalah tes kepribadian yang mengukur tingkat
individu dalam 15 kebutuhan dan motivasi umum.
Dalam
tes EPPS ini tak ada jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Namun hanya
merupakan tes yang mengetahui tipe-tipe motivasi, kebutuhan dan kesukaan
pribadi. Dalam dunia kerja tes EPPS ini dipergunakan untuk mengetahui karakter
masing-masing karyawan ataupun calon karyawan sehingga perusahaan dapat menempatkannya
pada bidang yang tepat sehingga kelebihan dan kemampuannya dapat dioptimalkan.
e)
Tes
Kraeplin
Tes kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam rekruitment
karyawan. Bagi anda yang pernah mengikuti tes kerja, tentunya anda pernah
melakukannya. Dimana anda disuguhi lembaran kertas yang penuh berisi
angka-angka dan anda diminta menjumlahkan angka diatas atau dibawahnya yang
berdekatan dalam satu kolom dan menulis hasilnya di antara angka tersebut, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester atau
penguji akan meminta anda melanjutkan ke kolom selanjutnya sampai waktu tes
berakhir. Sebelum membahas lebih jauh, baiknya kita mengetahui contoh dan
sejarah alat tes psikologi tersebut.
(2)
Tes
proyektif, yaitu tes yang disusun atas dasar
penggunaan mekanisme proyeksi. Penugasan terhadap pelaku tes (testee)
adalah proyekssi yang bersifat tak berstruktur yang memungkinkan aneka ragam
jawaban sehingga kehidupan awal seseorang bisa bergerak sebebas mungkin. Yang
termasuk Tes Proyektif adalah:
a.
Tes
Rorschach
Diciptakan pada
tahun 1921 oleh Herman Rorschach, seorang psikiatris. Rorschach membuat standar kartu – kartu yang ada dari pasien di rumah
sakit. Ada 10 kartu yang terpilih di antara ratusan kartu yang di ujicobakan. Rorschach adalah orang pertama yang menerapkan noda tinta pada penyelidikan
diagnostik atas kepribadian secara keseluruhan. Dalam pengembangan teknik ini,
rorschach bereksperimen dengan sejumlah besar noda tinta, yang ia uji cobakan
pada berbagai kelompok psikiatrik yang berbeda.
Tes rorschach
adalah sebuah tes psikologi dimana subjek mempersepsikan bercak tinta dan
kemudian dilakukan analisa atau di interpretasi psikologi. Beberapa psikolog
menggunakan test ini untuk memeriksa kepribadian seseorang. Test ini banyak
digunakan untuk kasus – kasus dimana pasien tidak ingin menggambar proses
terbuka.
Tahun 1960 test
rorschach menjadi kurang dihargai sebagai instrumen psikometris. Para peneliti
sadar bahwa mereka mulai dihambat oleh kesulitan inheren dalam metode itu
sendiri misalnya, kemungkinan variasi dalam jumlah total respon, pengaruh dari
efek penguji dan saling ketergantungan skor – skor serta juga perkembengan
sistem penetu skor. Orang ccenderung menggunakan data test rorschach dengan cara mereka sendiri.[4]
b.
Tes
Menggambar (Wartegg)
Tes Wartegg adalah tes kepribadian dan terutama bertujuan
memperoleh insight mengenai struktur kepribadian yang diselodiki dan dinyatakan
ke dalam istilah berbagai fungsi dasar dari pribadi. Tes ini adalah tes
menggambar dengan suatu seri gambar yang harus dikerjakan oleh testee. yang
digambar hanya dipandang dari sudut arti diagnostik, artinya dari nilai
ekspresinya dan sifat proyektifnya yang ada pada gambar-gambar itu.
Tes Wartegg diciptakan oleh Ehrich Wartegg, seorang psikolog Jerman
tahun 1939. Secara lengkap tes ini harus disebut tes menggambar Tes Menggambar
Wartegg. Ciri Tes Wartegg yang pertama adalah tugas sampai taraf tertentu tidak
berstruktur sehingga si subjek bebas sekali dalam memenuhi tugas. Jadi ada
banyak kemungkinan bagi hasil yang individuil. Yang kedua, adalah testing
tersamar (disguised testing) dengan kata lain si subjek tidak menginsafi
bagaimana jawabannya atau hasil tugasnya akan ditafsirkan. Ciri yang ketiga
adalah pendapatan global (global approach) artinya kepribadian diperiksa
sebagai keseluruhan.
Tes Wartegg merupakan tes ekspresi yang dapat untuk mengungkap
data-data mengenai struktur kepribadian
seseorang yaitu;
1.
Emotion
(Emosi) ; outgoing (terbuka), seclusive (tertutup)
2.
Imagination
(Imajinasi) ; combinative (kombinasi), creative (kreatif)
3.
Intelect
(intelegensi) ; practical (praktis), speculative (spekulatif)
4.
Activity
(aktivitas) ; dinamic (dinamis), controlled (terawasi)[5]
c.
Thematic
Apperception Test (TAT)
TAT merupakan singkatan dari
Thematic Appreciation Test. TAT adalah
sebuah test yang dilakukan untuk mengetahui kognitif atau gambaran kepribadian
secara umum dari seorang. Dan yang diteliti di sini, adalah pengukuran yang
dibutuhkan dalam sebuah pemberian nilai dari test ini. Dengan berbagai macam
perhitungan, kita bisa mengetahui alat ukur yang digunakan untuk menghitung,
bahkan mampu menarik sebuah kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan
kognitif seseorang secara umum.
Metode dengan
menggunakan dengan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing –
masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong.
Partisipan berjumlah 1619 yang diambil secara acak dari 2460 inteviewee. Mereka
akan diberikan waktu untuk menceritakan arti kartu bergambar tersebut, secara
lisan, detail dengan emosi yang mendalam (mendramatisir).
Hasilnya,
berdasarkan deskriptif statistik, menunjukkan alat ukur yang digunakan, mampu
menunjukkan skor yang tinggi. Ini berarti penggunaan TAT dengan pengukuran
untuk menhitung angka jumlah berkorelasi dengan baik. Kepribadian secara umum
dapat terlihat sesuai data yang ada.
TAT diciptakan oleh seorang psikolog
dari Harvard bernama Morgan dan Murray dan TAT yang lazim dilakukan kepada
orang-orang terdiri dari setumpuk kartu bergambar, yang mengandung
ekspresi-ekspresi yang kuat. Kartu TAT ini juga di kategorikan berdasarkan
gender, B untuk boys, G untuk girls dan M-F untuk male
and female, yakni untuk kedua jenis.[6]
d.
The
Draw a Person Test (Tes DAW)
Tes ini mengharuskan anda untuk
menggambar sesorang, unuk kemudian anda deskripsikan usia, jenis kelamin dan
aktifitas orang tersebut. Tes ini dipergunakan untuk mengatahui tanggung jawab,
kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja.
Tipsnya:
- Gambarlah orang tersebut secara utuh mulai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, termasuk detil muka seperti mata, hidung, mulut dan telinga.
- Gambarlah orang tersebut dalam keadaan sedang melakukan aktifitas, misalnya pak tani sedang membawa cangkul, eksekutif muda sedang menenteng koper dsb.[7]
e.
Tes
Asosiasi Kata
Dari sebuah daftar kata-kata, satu demi satu ditunjukkan kepada
anak (testee). Kemudian testee disuruh mengatakan atau menulis kata-kata atau
pengertian yang muncul pertama kali dalam kesadarannya. Misalnya, dari kata
“ujian”, ditulis atau dijawab oleh testee kejam, maka dari jawaban ini dapat
diambil kesimpulan, bahwa testee menganggap ujian itu hal yang menentukan
nasibnya.
f.
Sentence
or Story Completion Test
Dalam tes ini sebagai perangsangnya adalah kalimat atau cerita.
Testee dipertunjukkan sebagian dari kalimat atau sebagian dari cerita. Kemudian
diminta untuk menyempurnakan kalimat atau berita tersebut.[8]
IV.
PENUTUP
Tes kepribadian (personality test)
adalah sebuah tes psikologi yang meneliti jenis dan karakter kepribadian
seseorang dalam berbagai aspek, termasuk aspek kognitif dan aspek emosi. Secara
garis besar, ada dua jenis tes kepribadian yang populer saat ini. Yaitu tes
kepribadian proyektif dan tes kepribadian non-proyektif.
Tes kepribadian sebenarnya bukan
penilaian yang terpisah-pisah dari masing-masing aspeknya, melainkan penilaian
terhadap semua sifat atau aspek kpribadian yang merupakan totalitas seseorang
yang bersifat individuil yang memberi kemungknan untuk memperbedakan ciri-cirinya
yang umum dengan pribadi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://dibukamata.blogspot.com/2009/09/tips-menghadapi-psikotest-disertai.html
Kartono, Dr.
Kartini, Teori Kepribadian, Bandung: Mandar Maju, 2005
Ratna.
Subandi M.A., Wulan. Tes Rorschach Administrasi Dan
Skoring. Yogyakarta:Fakultas Psikologi Unifersitas
Gadjah Mada. 2004. Hal 34
Wibowo, Drs.
Mungin Edi, Tehnik Bimbingan dan Konseling, Semarang: IKIP, 1984
[1] Dr.
Kartini Kartono, Teori Kepribadian, Bandung: Mandar Maju, 2005, hal.
10-11
[2]
Drs. Mungin Edi Wibowo, Tehnik Bimbingan dan Konseling, Semarang: IKIP,
1984, hal. 154-155
[4] Subandi
M.A., Wulan Ratna. Tes Rorschach Administrasi Dan Skoring. Yogyakarta:Fakultas Psikologi Unifersitas
Gadjah Mada. 2004. Hal 34
[5] Op.Cit. Drs.
Mungin Edi W., Hal. 164-166
[6]
http://investigacionenpsicologiaforense.blogspot.com/2007/05/el-tat-test-de-apercepcin-temtica-y-sus.html.10/12/2011/
12:30
[7]
http://dibukamata.blogspot.com/2009/09/tips-menghadapi-psikotest-disertai.html
[8]
Op.Cit. Drs. Mungin Edi W., Hal. 167
No comments:
Post a Comment